Synopsis
Kesenian Sasapian berasal dari istilah yang berkembang di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, yakni bahasa Sunda yang artinya sapi-sapian. Dikenal sebagai kesenian yang berupa replika utama bentukan sapi untuk perayaan seperti hari kemerdekaan 17 Agustus setiap tahun atau perayaan adat Hajat Cai dan Irung-irung. Penggambaran Sasapian menggambarkan nilai-nilai perjuangan, kearifan lokal yang patut dipelajari, dipertahankan secara turun temurun kepada generasi mendatang. Kesenian ini akan diusulkan menjadi warisan budaya tak benda Indonesia wilayah Bandung Barat.
Sasapian is a traditional art form that is unique to the West Bandung Regency. The term Sasapian, which originated from the Sundanese language, specifically from the Cihideung village in the Parongpong subdistrict of the West Bandung Regency, means "sapi-sapian" or cow mimicking. This art form involves the creation of replica cows for celebrations such as Independence Day or other traditional ceremonies like Hajat Cai, Irung-irung. The Sasapian performance depicts the values of struggle and local wisdom that should be studied and passed down to future generations.
References
Rahmat, A., Novianti, E., & Khadijah, U. L. S. (2021). Eksistensi Kesenian Sasapian Buhun Desa Cihideung di Era Globalisasi. Tornare: Journal of Sustainable and Research, 3(2), 74-79.
Rinaldi, R. (2014). Kesenian Sasapian pada Acara Salametan Irung-Irung di Cihideung Parongpong Kabupaten Bandung Barat (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Copyright (c) 2024 Diseminasi