Wayang Suket: Inovasi dan Kreasi Pelestarian Budaya Wayang
Array

Keywords

Wayang Suket
Wayang
Pelestarian wayang
Budaya wayang
Seni tradisional

Synopsis

Wayang Suket Purbalingga atau Wayang Suket Mbah Gepuk pertama kali dikenalkan kepada masyarakat melalui ajang Perkemahan Wira Karya Nasional (PWN) tahun 1990 di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga. Kini pembuatan Wayang Suket diteruskan oleh Badriyanto yang merupakan generasi ketiga dan satu-satunya cucu. Wayang Suket Purbalingga memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari daerah lain baik dari bahan dan cara pembuatannya, yakni dibuat dengan bahan baku suket kasuran (rumput kasuran) yang dapat dipanen saat bulan Suro atau Muharam. Memiliki karakter nilai kesabaran dan ketekunan, Wayang Suket Purbalingga dianggap sebagai benda yang memiliki nilai proyek dan bentuk inovasi dan kreasi dalam pelestarian budaya wayang. Pada 2020, Wayang Suket Purbalingga masuk sebagai warisan budaya tak benda tingkat nasional.

Wayang Suket is a traditional puppet from Purbalingga that is made from a unique type of grass called suket kasuran. This grass can only be harvested during the month of Suro or Muharam. The Wayang Suket Purbalingga has significant differences from other Suket puppets in terms of materials and weaving techniques used in its creation. In 2020, Wayang Suket Purbalingga was recognized as a national intangible cultural heritage.

References

Suswandari, M. (2021). Eksistensi Wayang Suket Sebagai Identitas Budaya Kota Satria. Journal of Language Education, Literature, and Local Culture, 12(1), 2657-1625.

Rahmawati, A. (2018). Pelestarian Wayang Suket (Wayang Yang Terbuat Dari Rumput Kering) Kepada Masyarakat Melalui Metode Penayangan Wayang Di Bioskop.

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Copyright (c) 2024 Suhadi Adit Prastowo

Downloads

Download data is not yet available.