Penghargaan Habibie Prize 2024

Authors

Felycia Edi Soetaredjo, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya; Bachti Alisjahbana, Universitas Padjajaran; Brian Yuliarto, Institut Teknologi Bandung; Anita Lie, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya; Muhammad Amin Abdullah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Keywords:

Habibie, Award, Prize

Synopsis

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta inovasi merupakan aspek utama dalam membangun suatu bangsa. Dengan penguasaan dan penerapan IPTEK dan inovasi, suatu bangsa dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien, serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian. Pada era ekonomi berbasis inovasi (innovation-based economy) seperti saat ini, kita dituntut untuk mampu membangun daya saing nasional yang kuat, dan salah satu kunci penting dalam peningkatan daya saing bangsa adalah melalui penguasaan dan pemanfaatan IPTEK dan inovasi.

Dalam rangka membangun ekosistem yang kondusif bagi berkembangnya IPTEK dan inovasi di masyarakat serta mendorong insan anak bangsa untuk menghasilkan karya-karya terbaiknya yang bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia, perlu diberikan penghargaan kepada individu yang sangat berjasa dalam penemuan, pengembangan, dan penyebarluasan berbagai kegiatan IPTEK dan inovasi serta berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa. Sehubungan dengan hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Yayasan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Yayasan SDM-IPTEK) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menyelenggarakan Habibie Prize Tahun 2024, yang sebelumnya dikenal dengan nama Habibie Award.
Penganugerahan Habibie Prize merupakan acara yang sangat penting dan bergengsi di Indonesia. Sejak tahun 1999 sampai 2020, Yayasan SDM-IPTEK sudah secara konsisten menyelenggarakan Penganugerahan Habibie Prize untuk memberikan penghargaan kepada perseorangan sangat aktif dan berjasa besar di bidang IPTEK dan inovasi. Berdasarkan Piagam Serah Terima Habibie Award dari Yayasan SDM-IPTEK kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional yang ditandatangani pada tanggal 6 November 2020, sejak tahun 2021 telah disepakati penyelenggaraan pemberian Habibie Award dilakukan secara bersama-sama antara Yayasan SDM-IPTEK dengan Kemenristek/BRIN, dengan perubahan nama menjadi Habibie Prize.

Sejak tahun 2022 penyelenggaraan penganugerahaan Habibie Prize diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional. Selain itu, pada tahun 2024 Badan Riset dan Inovasi Nasional memandang perlu diberikannya BJ. Habibie Memorial Lecture kepada para tokoh yang telah memberikan kontribusi, penyebarluasan, dan pengembangan dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Felycia Edi Soetaredjo, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Prof. Ir. Felycia Edi Soetaredjo, S.T., M.Phil., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. dikenal dengan panggilan Fely, lahir di kota Surabaya pada tanggal 2 April 1977. Fely menempuh pendidikan dari Taman Kanak-kanak sampai dengan lulus program Sarjana Program Studi Teknik Kimia, di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) di kota Surabaya. Keinginan untuk belajar lebih dalam dan melihat dunia yang lebih luas memberikan motivasi untuk melamar beasiswa program studi magister ke luar negeri. Beasiswa Australia Development Scholarship (ADS) didapatkan pada tahun 2021 untuk program master by research di Department of Chemical Engineering, The University of Queensland Australia. Beasiswa ADS ini diawali dengan pendidikan Bahasa Inggris yang dilaksanakan di IALF Bali. Perjalanan studi di negeri Kangguru dimulai pada awal tahun 2022. Studi lanjut untuk program doktor dimulai pada tahun 2010 di National Taiwan University of Science and Technology Taiwan dibawah pembimbingan Prof. Yi-Hsu Ju.
Perjalanan karier dimulai dengan menjadi asisten dosen pada tahun 1999 pada saat lulus dari program Sarjana Teknik Kimia, UKWMS, dan dilanjutkan terus setelah kembali dari studi lanjut. Rasa ingin tahu lebih dalam menjadi alasan untuk mencintai penelitian. Pada saat studi lanjut S2 di UQ, kemampuan untuk melakukan penelitian berkembang dengan pesat didukung dengan fasilitas yang memadai. Dukungan promotor dan co-promotor yang baik mampu mengembangkan kemampuan untuk mulai menulis. Bekal kemampuan meneliti dan menulis ini dikembangkan lebih lanjut pada saat kembali ke UKWMS, meskipun dukungan fasilitas yang ada terbatas. Keterbatasan yang ada memicu untuk mencari jalan keluar, dan dengan mengembangkan jejaring yang seluas-luasnya mampu untuk mengatasi rintangan yang ada.

Penelitian dibidang lingkungan khususnya di pengelohan limbah cair dan pemanfaatan biomassa diawali dari impian bahwa Indonesia pasti bisa mempunyai lingkungan yang bersih dan nyaman seperti di negara maju. Penelitian yang dilakukan pada umumnya berkisar pada penelitian dasar yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut ke hilirisasi. Dukungan pelaksaaan penelitian ini didapatkan dari berbagai lembaga internasional, nasional, dan lokal serta industri. Hibah penelitian internasional yang berhasil diraih adalah dari International Foundation of Science dan The World Academy of Science. Hibah penelitian dari DIKTI didapatkan dari berbagai skema penelitian termasuk world class research. Dana penelitian yang didapatkan dari Industri antara lain PT. Hartono Istana Technologi, PT. Sampoerna, PT. Unilever, dll. Diseminasi hasil penelitian dilakukan melalui publikasi internasional/nasional, seminar internasional/nasional, narasumber di berbagai acara, dan kuliah tamu. Dari hasil ini F. E. Soetaredjo saat ini meraih h-index 34 (scopus), jumlah dokumen yang dipublikasikan 155, dan jumlah sitasi adalah 5.617 (diakses pada 10 September 2024). Hasil penelitian yang mempunyai potensi untuk dikembangkan ke tahap hilirisasi dilindungi dengan paten/paten sederhana (7 paten yang telah granted)
Berbagai award telah berhasil diraih oleh F.E. Soetaredjo yang merupakan hasil dari penelitian dan pengembangan diri yang berkelanjutan, antara lain pada tahun 2012 terpilih sebagai finalis the Australian Alumni Award 2010 for Research and Innovation. F.E. Soetaredjo memenangkan beberapa kali Dosen Berprestasi Tingkat LLDIKTI VII, yaitu dua kali juara 2 (2010 dan 2014) dan pada tahun 2016 memenangkan juara 1. Di pertengahan tahun 2016, F.E. Soetaredjo terpilih menjadi perwakilan dari Indonesia dalam Global Young Academy (The World Academy of Science for Young Researcher). Di tahun yang sama juga, F.E. Soetaredjo terpilih menjadi salah satu anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia. F.E. Soetaredjo juga mendapatkan penghargaan 2017 Elsevier Foundation Award for Early Career Women Scientists. Di tahun 2018, F.E. Soetaredjo terpilih dalam profile 100 Asian Scientists 2018, serta meraih penghargaan APTIK award bidang penelitian dan publikasi. Penghargaan lain diraih di tahun 2019 Taiwan Tech Outstanding Alumni Award 2019 (dari National Taiwan University of Science and Technology), dan Distinguished Taiwan Alumni Award 2020 (Ministry of Education, Taiwan). Di tahun 2019 ini pula gelar Guru Besar (Profesor) didapatkan oleh F.E. Soetaredjo. Saat ini, Professor Felycia adalah anggota dari AIPI-AIR (Akedemi Ilmu Pengetahuan Indonesia – Akademi Ilmu Rekayasa).
Suatu bentuk pengabdian kepada institusi juga dilaksanakan dengan memangku posisi tertentu, antara lain Ketua Program Studi (2009-2010), Wakil Dekan 1 (2017-2022, dan saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik UKWMS. Pengembangan institusi melalui pengembangan jejaring juga telah dilakukan dengan pendirian Taiwan-Indonesia Science and Technology Innovation Center (kerjasama antara Taiwan Tech – UKWMS – ITS) dimana Profesor Felycia menjabat sebagai wakil direktur; dan Pusat Kolaborasi Riset Nir Limbah Berkelanjutan (kerjasama antara UKWMS – BRIN – ITS – UKP), dengan menjabat sebagai Ketua PKR.

 

Bachti Alisjahbana, Universitas Padjajaran

Prof. Bachti Alisjahbana, dr.,SpPD-KPTI, Ph.D. lahir di Bandung tanggal 6 Desember 1963, adalah putra bungsu dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Prof. Dr. Ing. Iskandar Alisjahbana (alm.) dan Ibu Prof. Dr. Anna Alisjahbana, dr., Sp.A(K), PhD. Menikah dengan Dewi Hawani Alisjahbana, dr.,Sp.A(K) dan dikaruniai dua orang putri, yaitu Kara Dinissa Alisjahbana dan Kania Alisjahbana. Putri pertama, Kara adalah lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung yang saat ini sedang menyelesaikan pendidikan S3-nya di Graduate School of Comprehensive Human Sciences, Degree Program in Design, Tsukuba University, Japan. Sedangkan Kania putri kedua, adalah lulusan dari Nanyang Academy of Fine Arts, Singapore dan Master in Music Business, Berklee College of Music, USA.

Bachti Alisjahbana menamatkan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Atas di sekolah Taruna Bakti Bandung; pada tahun 1975, 1979 dan 1982 secara berturut-turut. Mengikuti program pertukaran pelajar American Field Service (AFS) pada tahun 1982 di Lawrence High School, New Jersey Amerika Serikat. Ia memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1990, gelar Spesialis Penyakit Dalam dari Universitas Padjadjaran tahun 1999; Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi diperoleh pada tahun 2006 dari Kolegium Ilmu Penyakit Dalam Indonesia.
Gelar Philosophical Degree diperoleh dari Radboud University Medical Centre Nijmegen, Belanda pada tahun 2007 dengan thesis berjudul Tuberculosis, host response and patient care dibawah bimbingan Prof. Jos van Der Meer dan Prof R.H.H. Nelwan (FKUI) dan Prof Reinout van Crevel melalui Scientific Programme Indonesia-Netherlands - Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen (SPIN-KNAW).
Dalam pekerjaan, Ia mulai meniti karirnya sebagai dokter umum Kepala Puskesmas Bokondini di Pegunungan Jayawijaya, Papua pada tahun 1990-1993. Selepas pendidikan dokter Penyakit Dalam tahun 2000 ybs. masuk menjadi dosen pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran- Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung, hingga saat ini.
Sejak lulus S3 ia aktif mengepalai berbagai penelitian multi disiplin mengenai Tuberkulosis, HIV, Dengue dan COVID-19 di UNPAD. Diantaranya adalah penelitian Integrated Management for Prevention And Care for HIV (IMPACT) pada tahun 2007-2011. Kemudian penelitian Tuberkulosis dan Diabetes Melitus (TANDEM) dan penelitian eksplorasi mengenai peran swasta dalam pengendalian penyakit tuberkulosis (INSTEP) yang banyak bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung. Pengembangan dari kegiatan kegiatan penelitian itu membawa Bachti dan Tim peneliti nya dipercaya untuk memimpin penelitian yang disebut EVIDENT, yaitu suatu penelitian yang akan menguji coba dan berupaya mempercepat implementasi berbagai alat diagnostik TB baru di tingkat layanan primer. Penelitian ini akan di implementasikan di daerah yang lebih luas mencakup Kota dan Kabupaten Bandung dengan potensi untuk menjadi studi multisenter.

Kegiatan penelitian tersebut dapat berkembang pesat karena kerjasama yang telah dimulai dan dibinanya dengan Radboud University Medical Center, Netherland, Otago University New Zealand, KNCV, US-Naval Research Medical Center, US National Institute of Health, US-AID, McGill University dan Harvard University hingga saat ini Dalam berbagai kegiatan penelitian tersebut Ia telah memfasilitasi dan membimbing peneliti-peneliti muda yang terlibat di dalamnya untuk mencapai jenjang S3 atau PhD dan mendapatkan pengakuan internasional.

Dengan keaktifannya dalam membina penelitian, Ia mendapatkan amanah sebagai ketua Pusat studi TB dan HIV pada tahun 2014 dari FK-UNPAD yang kemudian memperluas cakupan koordinasinya menjadi Pusat Studi Infeksi Klinis pada tahun 2016. Pada tahun 2020, bersama kelompok peneliti yang dipimpinnya, Ia mendapatkan kepercayaan untuk meningkatkan status organisasi tersebut menjadi Pusat Riset RC3ID (Research Center for Care and Control of Infectious Disease) langsung di bawah naungan Rektor UNPAD. Dilihat dari capaian publikasi internasional yang di hasilkan, Pusat riset yang dipimpinnya hingga sekarang ini merupakan Tim peneliti yang paling aktif melakukan penelitian Tuberkulosis di Indonesia.
Di samping itu, di tingkat Nasional, Bachti juga aktif sebagai anggota TB operational research group (TORG), Kementerian Kesehatan RI sejak tahun 2004 dan menjadi pimpinannya pada tahun 2010 - 2016. Sejak tahun 2016 ia terlibat aktif sebagai Sekretaris Komite Ahli Tuberkulosis Nasional, Kementrian Kesehatan RI hingga sekarang. Di samping itu iya juga terlibat aktif sebagai Steering Committee Indonesian Research Network On Infectious Diseases (INA RESPOND), suatu organisasi koordinasi penelitian nasional di bawah kendali Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan. Dengan keaktifan berkontribusi di tingkat nasional. Ybs. diangkat menjadi Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia pada tanggal 25 Juni 2021 dengan Surat Keputusan Presiden tertanggal 31/M tahun 2021.

Selain dalam posisi sebagai dosen dan koordinator penelitian, Bachti juga aktif dalam kegiatan sosial. Ia terlibat sebagai pengurus Yayasan Frontier For Health yang mengedepankan implementasi teknologi tepat guna dalam peningkatan kesehatan masyarakat yang berketerbatasan. Yayasan Suryakanti yang aktif dalam mengelola anak yang berkebutuhan khusus. Ia juga aktif dalam manajemen Yayasan Mitra Tanaya yang mengelola klinik, pendidikan anak usia dini, TK serta tempat penitipan anak yang mengimplementasikan konsep ilmu perkembangan anak terkini. Ia dan Dr Sukwan Handali mendirikan perusahaan produsen alat uji cepat untuk diagnostik penyakit infeksi PT Pakar Biomedika Indonesia pada tahun 2007, yang merupakan salah satu perusahaan pertama yang memproduksi rapid test dalam negeri.
Organisasi profesi yang diikuti adalah Ikatan Dokter Indonesia, Perkumpulan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia, Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia (PETRI).
Selama dalam kegiatannya ybs menghasilkan lebih dari 221 publikasi ilmiah terindeks scopus, memiliki 7 hak kekayaan intelektual dan menerbitkan sebanyak 5 buah buku. Ybs Mempunyai citation index dan h-index 10.903 dan 52 di Google Scholar, serta 6.008 dan 41 di SCOPUS.
Penghargaan yang pernah diterima nya antara lain adalah: Mahasiswa teladan ke 2 di FKUI tahun 1987. Pemenang MEDIKA Award 1995, dalam penulisan Laporan dari Lapangan tentang penggunaan Komputer dan Radio Komunikasi di daerah terpencil. Menerima penghargaan sebagai Peneliti terbaik berdasarkan Science and Technology Index (SINTA) dari Universitas Padjajaran pada tahun 2019 dan 2020. Penulis makalah ilmiah terbanyak Universitas Padjadjaran tahun 2016, 2018 dan 2020. Best Poster Presentation dari Perkumpulan Peneliti Tropik-Infeksi Indonesia pada tahun 2011.

Tim peneliti HIV-AIDS yang dipimpinnya mendapatkan penghargaan Millenium Developmental Goals -Award untuk pengembangan HEBAT, suatu materi Pendidikan HIV pada anak & remaja. Tim peneliti Tuberkulosis yang di pimpinnya 29 mendapatkan Penghargaan dari Pemda Kota Bandung beberapa kali untuk kontribusinya pada pengendalian penyakit Tuberkulosis di kota Bandung.

Brian Yuliarto, Institut Teknologi Bandung

Prof. Brian Yuliarto, ST., M.Eng., Ph.D. lahir di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1975 dari pasangan Mochammad Baedowi dan Sri Purwaningsih. Sebagai anak ke 3 dari 4 bersaudara, Brian memulai Pendidikan di TK dan SD Putra 1 Kalimalang Jakarta Timur. Selanjutnya Brian menempuh Pendidikan di SMP Negeri 80 dan SMA Negeri 14 keduanya di Jakarta Timur. Kesenangannya pada hobi membaca buku dan belajar membuatnya selalu menduduki rangking satu di kelas sejak SD hingga SMA. Brian selanjutnya menempuh kuliah di Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung pada tahun 1994. Brian menyelesaikan Tugas Akhir/ Skripsi pada bidang ilmu rekayasa material untuk aplikasi sensor gas, suatu bidang yang yang selanjutnya ditekuni pada kuliah di S2 dan S3 nya bahkan hingga saat ini. Setelah meraih gelar Sarjana Teknik, Brian mendapatkan beasiswa Magister dari Pemerintah Jepang untuk berkuliah S2 di Departemen Quantum Engineering and Systems Science , The University of Tokyo Jepang. Keinginan yang tinggi untuk melanjutkan Pendidikan Doktor membuat Brian melanjutkan kuliah S3 di The University of Tokyo meskipun harus sambil bekerja paruh waktu karena belum menadapatkan beasiswa untuk Doktor. Barulah pada tahun kedua Brian mendapatkan beasiswa dari Epson dan AIST Jepang. Selama masa kuliah S3, Brian mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian di lembaga ternama yaitu National Instutute of Advanced Industrial Science and Technology Jepang (AIST) di Tsukuba. Judul riset yang diteliti adalah “Pengembaangan Material Berpori Nano MCM 41 dengan Modifikasi Sebagai Sensor Gas”. Setelah berhasil mempublikasikan 4 paper pada jurnal bereputasi tinggi, Brian mendapatkan gelar Doktor pada tahun 2005. Brian sempat melakukan program Posdoktoral di AIST selama satu tahun sebelum bergabung menjadi dosen di Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, ITB pada tahun 2006.

Kecintaannya pada riset bidang nano material dan keinginan melakukan penelitian seperti yang pernah dirasakannya selama 6 tahun di Jepang, membuat Brian secara gigih membangun Laboratorium yang diberi nama Material Fungsional Maju (MFM). Laboratorium ini memfokuskan pada penelitian dan pengembangan material nano untuk aplikasi sensor dan energi. Seperti yang juga dirasakan oleh banyak dosen/ peneliti yang kembali ke Indonesia, melakukan penelitian di Indoensia tidaklah mudah. Dana riset yang tidak besar, atmosfer riset yang belum terbangun dan peralatan yang terbatas tidak menyurutkan langkah Brian untuk membangun lab MFM bersama kolega dosen di Teknik Fisika ITB. Beruntung lingkungan ITB sangat kondusif untuk mewujudkan mimpi membangun penelitian berkelas dunia dan memberikan kontribusi nyata bagi bangsa. Setelah melalui masa-masa awal yang sulit, Brian bersama dosen dan peneliti di lab nya secara perlahan namun pasti dapat memperoleh kepercayaan dari berbagai pemberi dana riset dan mitra kerja sama di luar negeri maupun dalam negeri untuk berkolaborasi. Kualitas hasil riset yang berkelas dunia membuat Brian bersama kolega di Lab MFM senantiasa mendapatkan kepercayaaan dari berbagai dana penelitian dalam dan luar negeri. Berbagai penelitian tersebut telah berhasil mengembangkan material struktur nano berbasis porous material maupun Metal Organic Framwork (MOF) sebagai material sensitive untuk gas sensor maupun biosensor deteksi berbagai penyakit. Material berstruktur nano juga telah diujicoba sebagai supercapacitor dengan performansi yang tinggi. Pengembangan lainnya adalah aplikasi material nano pada solar cell generasi ke 4 yaitu tipe DSSC dan Perovskite material. Produktifitas yang tinggi pada publikasi membuat Brian mendapatkan gelar Guru Besar di tahun 2018 di usia yang relative muda yaitu 43 tahun atau setelah 12 tahun berkarir sebagai dosen di ITB.

Berbagai kerja sama dengan Professor berkelas dunia telah dilakukan antara lain dengan Prof Omar Yaghi (UC Berkeley USA), Prof Inkyu Park ( KAIST Korea), Prof Yusuke Yamauchi (University of Queendsland dan Nagoya University), Prof Sahika Inal (KAUST), Prof Joe Henzie (NIMS Jepang). Berbagai kerja sama dengan peneliti papan atas di bidang nano material dari kampus top dunia tersebut membuat Brian menjadi pembicara kunci pada banyak seminar internasional, serta sebagai Dosen tamu di Tsukuba University jepang, dan UKM Malaysia. Hingga saat ini Brian telah mempublikasikan paper dan proceeding pada journal internasional terindeks scopus sebanyak 322 dengan sitasi sebanyak 5369 dan h indeks 38. Beberapa journal berimpact tinggi juga pernah dipublikasikan antara lain pada Journal Chemical Review dengan Impact Factor IF 51, Coordination Chemistry Reviews dengan Impact Factor IF 34, dan Advanced Materials dengan IF 29. Pengembangan sistem monitoring sensor udara dan air telah berhasil di patent kan bahkan telah mendapatkan royalty dari pengguna HKI ini yaitu PT Sensor Teknologi Indonesia. Pengembangan biosensor untuk deteksi berbagai penyakit tropis dengan menggunakan teknik elektrokimia dan surface plasmon resonance saat ini juga tengah dilakukan bersama industri yang siap melakukan komersialisasinya. Selain itu teknik rapid test berbasis nano partikel metal juga sedang dalam proses pendaftaran HKI dan telah dikerjasamakan oleh industri yang siap melakukan komersialisasi. Hingga saat ini Brian telah memiliki patent HKI sebanyak 13 dokumen, dimana 4 diantaranya telah berstatus granted. Berbagai pengembangan ini dilakukan tidak hanya oleh peneliti di ITB tapi juga bersama beberapa peneliti di dalam negeri seoerti dari BRIN, UPI, Universitas Riau, UGM, IPB , UNIMED dll. Brian senantiasa berprinsip sangat banyak masalah yang harus dipecahkan saat ini, dan akan mudah jika dilakukan secara bersama-sama. Berbagai hasil kerja keras dan prestasinya ini telah membuat Brian mendapatkan beberapa penghragaan seperti ”Akademisi Berprestasi” dari ITB pada tahun 2017, dan ”Peneliti Terbaik” dari ITB pada tahun 2021. Selain itu Brian juga merupakan ”The World’s Top 2% Scientist” di tahun 2022 dan 2023 dan ”Top 1 Researcher bidang Nanoscience dan Nanoteknologi di Indonesia”. Brian juga memiliki keinginan bahwa dari lab nya akan lahir peneliti-peneliti handal berkealas dunia, yang membuatnya tekun dan dekat dengan mahasiswa peneliti terutama paraa mahasiswa paska sarjana. Para lulusan program paska sarjana dari Lab AFM ITB telah sukses mempublikasikan paper-paper pada jurnal yang bereputasi dengan impact factor tinggi.

 

Anita Lie, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Prof. Anita Lie, MA., Ed.D. tumbuh di sebuah kampung, di lingkungan dengan orang-orang dari berbagai ras dan latar belakang sosio-ekonomi. Banyak teman masa kecil saya adalah anak-anak pengemudi becak dan pekerja berpenghasilan rendah. Sangat sulit bagi mereka untuk memutus lingkaran setan kemiskinan. Para tahun 1970-an, saya bersekolah di sekolah dasar negeri di kawasan kampung itu. Itu adalah sekolah miskin; kami bahkan tidak memiliki halaman sekolah dan harus berjalan 3 km untuk berolah-raga di lapangan di sebelah rel kereta api. Saya diberkati ketika ayah saya mendaftarkan saya di kursus bahasa Inggris setelah sekolah. Pada saat itu, bahasa Inggris tidak diajarkan pada jenjang sekolah dasar sehingga merupakan kemewahan bahwa saya mengenal bahasa Inggris lebih awal daripada kebanyakan teman sebaya saya. Saat itu muncul keinginan untuk menjadi guru untuk bisa membagikan kemewahan yang sama bagi lebih banyak orang
Ketika saya menyelesaikan kelas 6, salah seorang teman ayah saya menyarankan agar saya masuk ke sekolah yang “lebih baik”. Jadi, saya masuk ke SMP swasta dengan teman-teman sekolah yang berbeda, standar akademik yang lebih tinggi, dan harapan masa depan yang berbeda. Itu benar-benar titik balik dalam hidup saya. Melihat ke belakang, saya merasakan gelombang empati terhadap teman-teman masa kecil saya yang tidak menerima kesempatan yang sama seperti saya. Banyak dari mereka berakhir dalam siklus kemiskinan yang sama seperti yang dialami orang tua mereka. Keinginan menjadi guru semakin lebih besar karena saya percaya saat itu dan masih percaya bahwa pendidikan adalah alat yang ampuh untuk memutus rantai kemiskinan antargenerasi.

Saya mulai mengajar saat saya duduk di kelas 8. Pelajaran bahasa Inggris dari kursus memungkinkan saya untuk mengajar anak-anak di lingkungan sekitar yang beberapa di antaranya seusia saya atau bahkan lebih tua dari saya. Kelompok murid pertama saya adalah empat orang kakak beradik. Lambat laun, murid saya semakin banyak dan waktu siang/malam saya terisi penuh. Saya mengenakan biaya yang sangat kecil dan bahkan membebaskan biaya untuk banyak anak tetangga saya yang miskin. Saya mengajar di ruang tamu keluarga saya. Pengalaman mengajar di rumah tersebut menandai awal dari 10.000+ jam kerja keras dan praktik mengajar saya (Gladwell, 2008).

Singkat cerita, saya meniti karir sebagai akademisi. Saya mengajar, meneliti, menulis, dan berkegiatan di masyarakat. Kami, para guru, berupaya untuk membawa dampak melalui hasil pengajaran kami, dengan harapan bahwa murid kami menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang kami ajarkan untuk membuat perbedaan bagi keluarga mereka dan orang lain dalam kehidupan mereka. Meskipun saya sangat antusias dengan panggilan sebagai guru, selama bertahun-tahun saya mempertanyakan efektivitas saya dalam membawa perubahan.

Misalnya, saya selalu berupaya memperlakukan semua mahasiswa saya dengan adil dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua mahasiswa saya untuk belajar dan berkembang. Namun, saya melihat bahwa pendampingan saya memiliki dampak yang berbeda pada setiap mahasiswa. Setelah bertahun-tahun, beberapa mantan mahasiswa mengunjungi saya dan berbagi cerita kehidupan dan berbagai prestasi mereka. Hal ini, tentu saja, membuat saya gembira dan membuat saya berpikir bahwa apa yang saya lakukan bermanfaat. Namun, sebagian besar mahasiswa lainnya hanya “menghilang”. Melalui media sosial, terkadang saya mengetahui bahwa beberapa mantan mahasiswa bahkan sedang berjuang dengan kehidupan mereka—gagal dalam bisnis atau membuat pilihan karir dan hidup yang salah. Tentu saja, saya tidak menganggap diri saya bertanggung jawab penuh atas keberhasilan dan kegagalan setiap mahasiswa. Namun, jalan yang berbeda dari setiap mahasiswa membuat saya mempertanyakan peran berbagai variabel dalam rekayasa sosial untuk menggunakan sekolah/perguruan tinggi guna membawa kemajuan dalam peradaban manusia.

Sebagian besar variabel berada di luar kendali guru mana pun. Satu variabel penting adalah bahwa masing-masing mahasiswa tidak memulai dari titik awal yang sama. Beberapa mahasiswa beruntung karena mendapat dukungan dari keluarga, teman, dan sumber lain, sementara yang lain tidak mendapatkan dukungan tersebut. Isu ketimpangan sosial, keterbatasan akses pendidikan bermutu dan layanan sosial menjadi faktor penting kesuksesan mahasiswa yang bisa dijawab dengan kebijakan publik. Selain itu, kebijakan memainkan peran strategis dalam mengubah variabel lainnya seperti mendorong nilai dan norma budaya, kekuatan sosial dan politik.

Selama bertahun-tahun, saya telah berupaya memainkan peran sebagai pendidik yang bisa menembus dinding ruang kelas dengan mengubah kebijakan pemerintah. Saya telah melakukan ini dengan menulis artikel tentang pendidikan untuk media dan berpartisipasi memenuhi undangan dari lembaga pemerintah dalam penyusunan kebijakan pendidikan. Dengan cara ini, saya berusaha untuk memberikan pengaruh saya sebagai warga negara sekaligus pendidik yang terlibat.
Sebagian narasi sudah dipublikasi dalam Bab 2 “Tackling Poverty” dalam buku Becoming Community-Engaged Educators: Engaging Students within and beyond the Classroom Walls (hal. 7-16) bisa diakses di https://drive.google.com/file/d/1B8_48MK0jD6IuiR5Xm_HjRddAg9txSVF/view?usp=sharing

 

Muhammad Amin Abdullah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Prof. Dr. Muhammad Amin Abdullah lahir di Pati, Jawa Tengah, 28 Juli 1953. Menyelesaikan Ph.D pada Department of Philosophy, Middle East Technical University (METU), Faculty of Art and Sciences, Ankara, Turki (1984-1990). Post- Doktoral, di McGill, Montreal, Canada, 1997/1998. Guru Besar Filsafat dan Studi Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1999. Rektor IAIN-UIN Sunan Kalijaga tahun 2002-2006 dan 2006-2010. Staf Ahli Menteri Agama, Bidang Pendidikan, 2012-2013. Ketua Komisi Kebudayaan (KK), Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), 2014 sampai sekarang, Anggota Majelis Pendidikan, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016-2020. Anggota Parampara Praja, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016 – 2021 dan 2021 sd 2026. Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), 2022-2027.

Ketika memimpin IAIN-UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2002-2006 dan 2006-2010, sebelumnya menjadi Pembantu Raktor 1 dan Direktur Pascasarjana, mentransfomasikan IAIN ke UIN secara kelembagaan dan keilmuan. Paradigma keilmuan baru menandai transformasi IAIN ke UIN dikenal sekarang sebagai Integrasi-Interkoneksi keilmuan agama dan keilmuan semesta. Kementrian Agama Republik Indonesia menyebarluaskan gagasan tersebut dengan menerbitkan buku Pedoman Implementasi Integrasi Ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementrian Agama, 2019. UIN Sunan Kalijaga dikenal sebagai pionir di perguruan tinggi yang ramah difable. Pusat Studi dan Layanan Difable (PSLD) mendahului perguruan tinggi keagamaan Islam yang lain. Teori Integrasi Ilmu kemudian dikembangkan dan diperkokoh dengan metode dan pendekatan Multidisiplin, Interdisiplin dan Transdisiplin dalam Studi Agama dan Studi Islam, tahun 2020. Buku ini dibedah sampai 30 kali di berbagai kota di tanah air.
Dalam organisasi masyarakat sipil, sebagai Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 1995-2000. Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2000-2005. Metode ketarjihan dan pengembangan pemikiran keagamaan Islam di Muhammadiyah dikenal dengan Bayani, Burhani dan ‘Irfani serta buku Tafsir Tematik Al-Qur’an tentang Hubungan Sosial Antarumat Beragama, 2000, muncul saat memimpin Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam. Di BPIP, dalam rangka refleksi kemerdekaan RI ke- 79 diamanati untuk pimpin Focus Group Discussion (FGD) tentang “Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara dalam Berbangsa dan Bernegara” di 7 kota di tanah air, Jakarta, Malang, Makassar, Ambon, Pontianak, Kupang dan Medan dari bulan Agustus sampai dengan akhir Oktober 2024.
Buku terakhir yang diterbitkan Multidisiplin, Interdisiplin, Transdisiplin: Metode Studi Agama dan Studi Islam di Era Kontemporer, 2020 (Cetakan ke-4, Februari 2021). Akan segera terbit tahun 2025, IslamiKasi Indonesia. Filsafat Ilmu Memahami Pancasila. Tiga artikel terakhir dalam buku Bunga Rampai, pertama, “Integritas Penegak Hukum dan Hakim dalam Perspektif Agama: Keteranyaman Etika Skriptural dan Etika Kritis”, dalam Festy Rahma Hidayati (Ed.), Penegakan dan Penguatan Integritas Peradilan, Jakarta, Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2023, h.1-12; kedua, “Soekarno, Ende dan Pancasila. Telaah Hermeneutis”, dalam Aris Heru Utomo dkk. (Ed.), Tafsir Karya-karya Sukarno. Telaah Hermeneutis atas Surat dan Tonil di Ende, Jakarta, BPIP, h. xxvii-xlii, forthcoming, 2024, dan ketiga, “Dari Dialog ke Commitment. Menyambut Kunjungan Paus Fransiskus September 2024.”, dalam Willem L. Turpijn & Ismatu Ropi (Ed.), Tokoh Muslim Indonesia dan Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus, Jakarta, 2024.

Dua artikel terakhir di jurnal, pertama, “The Manhaj of Muhammadiyah Progressive Islam: Theological, Philosophical, Ethical Perspectives” dalam https://ejournal.umm.ac.id/index.php/progresiva/article/view/33887, Universitas Muhammadiyah Malang, 2024; kedua, “From Dialog to Engagement. The Experience of Civil Society Organizations in Religious Literacy Programs for Multicultural Education Curriculum in Indonesia,” JPAI, 22 (2),1-17. https://ejournal.uin.suka.ac.id/tarbiyah/index.php/jpai/index, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, forthcoming, Desember 2024.

Usia 60 tahun (2013) terbit 2 buku fetschrift. Pertama, Waryani Fajar Riyanto, Integrasi-Interkoneksi Keilmuan: Biografi Intellektual M. Amin Abdullah. Person, Knowledge, Institution, 2 jilid, Sukapress, Yogyakarta, 2013. Kedua, Moch Nur Ichwan & Ahmad Muttaqin (Eds.), Islam, Agama-agama dan Nilai Kemanusiaan, Yogyakarta, CISForm, 2013. Memasuki purna tugas, 70 tahun (2023) terbit 2 buku fetschrift. Pertama, Ustadi Hamzah dan Adib Sofia (Eds.), Filsuf Membumi dan Mencerahkan. Menyemai dan Menuai Legasi Pemikiran M. Amin Abdullah, Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, 2023, dan kedua, Waryani Fajar Riyanto dkk. (Ed.), 70 Tahun M. Amin Abdullah. Pemikir, Guru, Pemimpin, Yogyakarta, Laksbang Akademika, 2023.

References

Anggraeni, A., Kurniawan, A., Ong, L. K., Martin, M. M., Liu, J. C., Soetaredjo, F. E., Indraswati, N., & Ismadji, S. (2014). Antibiotic detoxification from synthetic and real effluents using a novel MTAB surfactant montmorillonite (organoclay) sorbent. RSC Advances, 4, 16298-16311.

Arief, V. O., Trilestari, K., Sunarso, J., Indraswati, N., & Ismadji, S. (2008). Recent progress on biosorption of heavy metals from liquids using low-cost biosorbents: Characterization, biosorption parameters, and mechanism studies. Clean, 36, 937-962.

Ay, C. O., Oscan, A. S., Erdogan, Y., & Ozcan, A. (2012). Characterization of Punica granatum L. peels and quantitatively determination of its biosorption behavior towards lead(II) ions and Acid Blue 40. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, 100, 197-204.

Azeez, A. A., Rhee, K. Y., Park, S. J., & Hui, D. (2013). Epoxy clay nanocomposites – Processing, properties, and applications: A review. Composite: B, 45, 308-320.

Azzam, E. M. S., Eshaq, G., Rabie, A. M., Bakr, A. A., Abd-Elaal, A. A., El Metwally, A. E., & Tawfik, S. M. (2016). Preparation and characterization of chitosan-clay nanocomposites for the removal of Cu(II) from aqueous solution. International Journal of Biological Macromolecules, 89, 507-517.

Bhattacharyya, R., & Ray, S. K. (2014). Micro- and nano-sized bentonite filled composite superabsorbents of chitosan and acrylic copolymer for removal of synthetic dyes from water. Applied Clay Science, 101, 510-520.

Bhatti, H. N., Zaman, Q., Kausar, A., Noreen, S., & Iqbal, M. (2016). Efficient remediation of Zr(IV) using citrus peel waste biomass: Kinetic, equilibrium, and thermodynamic studies. Ecological Engineering, 95, 216-228.

Blazquez, G., Martin-Lara, M. A., Tenorio, G., & Calero, M. (2011). Batch biosorption of lead(II) from aqueous solutions by olive tree pruning waste: Equilibrium, kinetics, and thermodynamic study. Chemical Engineering Journal, 168, 170-177.

Bulut, E., Ozacar, M., & Sengil, I. A. (2008). Equilibrium and kinetic data and process design for adsorption of Congo Red onto bentonite. Journal of Hazardous Materials, 154, 613-622.

Celis, R., Adelino, M. A., Hermosin, M. C., & Cornejo, J. (2012). Montmorillonite–chitosan bionanocomposites as adsorbents of the herbicide clopyralid in aqueous solution and soil/water suspensions. Journal of Hazardous Materials, 209-210, 67-76.

Chandra, I. K., Ju, Y. H., Ayucitra, A., & Ismadji, S. (2013). Evans blue removal from wastewater by rarasaponin-bentonite. International Journal of Environmental Science and Technology, 10, 359-370.

Deniz, F., & Kepecki, R. A. (2016). Dye biosorption onto pistachio by-product: A green environmental engineering approach. Journal of Molecular Liquids, 219, 194-200.

Ding, Z., Hu, X., Zimmerman, A. R., & Gao, B. (2014). Sorption and cosorption of lead (II) and methylene blue on chemically modified biomass. Bioresource Technology, 167, 569-573.

Bard, J. D., & McElvania, E. (2020). Panels and syndromic testing in clinical microbiology. Clinics in Laboratory Medicine, 40(4), 393-420. https://doi.org/10.1016/j.cll.2020.08.001

Gasem, M. H., Kosasih, H., Tjitra, E., Alisjahbana, B., Karyana, M., et al. (2020). An observational prospective cohort study of the epidemiology of hospitalized patients with acute febrile illness in Indonesia. PLoS Neglected Tropical Diseases, 14(1), e0007927. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0007927

Instruksi Presiden no 2 tahun 2022, tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, Dan Koperasi Dalam Rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Pada Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Diunduh tanggal 13 Oktober 2024, dari https://peraturan.bpk.go.id/Details/204320/inpres-no-2-tahun-2022

Kementerian Kesehatan (t.t.a). Laporan “National TB Inventory Study 2023-2024”.

Kementerian Kesehatan (t.t.b). Membuka lembaran baru, laporan tahunan 2022 Demam Berdarah Dengue. Diunduh pada tanggal 6 Oktober 2024, dari http://p2p.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2023/06/FINAL_6072023_Layout_DBD-1.pdf

Kosasih, H., Alisjahbana, B., Nurhayati, Mast, Q., et al. (2016). The epidemiology, virology, and clinical findings of dengue virus infections in a cohort of Indonesian adults in Western Java. PLoS Neglected Tropical Diseases, 10(2), e0004390. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0004390

Krisnian, T., Alisjahbana, B., & Afirandi, I. (2017). Treatment seeking patterns among dengue fever patients: A qualitative study. Althea Medical Journal, 4(3), 369-374.

Lokida, D., Hadi, U., Lau, C. Y., Kosasih, H., Liang, C. J., Rusli, M., et al. for INA-RESPOND. (2020). Underdiagnoses of Rickettsia in patients hospitalized with acute fever in Indonesia: Observational study results. BMC Infectious Diseases, 20(1), 364. https://doi.org/10.1186/s12879-020-05057-9

Prodjosoewojo, S., Riswari, S. F., Djauhari, H., Kosasih, H., van Pelt, L. J., et al. (2019). A novel diagnostic algorithm equipped on an automated hematology analyzer to differentiate between common causes of febrile illness in Southeast Asia. PLoS Neglected Tropical Diseases, 13(3), e0007183. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0007183

Simanjuntak, C. H., Totosudirjo, H., Haryanto, P., Suprijanto, E., Paleologo, F. P., Punjabi, N. H., et al. (1991). Oral immunisation against typhoid fever in Indonesia with Ty21a vaccine. The Lancet, 338(8774), 1055-1059.

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 17 Tahun 2023. Tentang Kesehatan. Diunduh tanggal 13 Oktober 2024, dari https://peraturan.go.id/id/uu-no-17-tahun-2023

Velema, J. P., Van Wijnen, G., Bult, P., Van Naerssen, T., & Jota, S. (1997). Typhoid fever in Ujung Pandang, Indonesia – High-risk groups and high-risk behaviours. Tropical Medicine & International Health, 2(11), 1088-1094.

World Health Organization. (2020). Ending the neglect to attain the Sustainable Development Goals: A road map for neglected tropical diseases 2021–2030. Geneva: World Health Organization. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.

World Health Organization. (2023). Global tuberculosis report 2023. Geneva: World Health Organization. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.

Downloads

Published

November 11, 2024