Templates
Indexed by
Citedness
Dibalik kelezatannya, nyatanya cokelat (kakao) memerlukan daya olah yang tidak sederhana. Barangkali sebagian besar dari kita juga tidak tahu bahwa biji cokelat Indonesia sering dihargai rendah di skala pasar internasional. Suatu paradoks sebetulnya mengingat Indonesia termasuk enam besar negara pemasok kakao di dunia.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa harga biji kakao asal Indonesia masih rendah dibandingkan kakao dari negara lain? Bagaimana petani kakao dapat berperan maksimal dalam meningkatkan kualitas biji kakaonya sehingga dalam tataran nasional bukan tidak mungkin perekonomian negara juga akan semakin meningkat.
Temukan jawaban selengkapnya dalam buku ini. Runutan uraian—dari mengapa biji kakao Indonesia rendah, variatif persoalan yang dihadapi petani kakao Indonesia, jenis-jenis kakao hingga bagaimana mengolah biji kakao dalam tiap tahapnya yang akan berdampak pada cita rasa dan aroma cokelat yang dihasilkan—dijelaskan secara singkat dan padat dalam buku ini. Oleh karena itu, buku ini cocok dibaca oleh siapa saja yang tertarik mengungkap fenomena persoalan cokelat Indonesia serta bagaimana solusi yang tepat untuk mengurai persoalan-persoalan yang ada.
Selamat membaca.
Fahrurrozi (2015). Microbiologycal and biochemical investigation of cocoa
beans fermentation. (Dissertation, University of Hamburg, Germany).
Fahrurrozi, Fauziyyah, S., Sari, M. N., Ratnakomala, S., & Lisdiyanti, P. (2019,
March). Quality of chocolate bar from fermented cocoa beans from
Lombok, West Nusa Tenggara. Dalam IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, Vol. 251, No. 1, p. 012046, IOP Publishing.
Fahrurrozi, Rahayu, E. P., Nugroho, I. B., & Lisdiyanti, P. (2019, April). Lactic
acid bacteria (LAB) isolated from fermented cocoa beans prevent the
growth of model food-contaminating bacteria. Dalam AIP Conference
Proceedings, Vol. 2099, No. 1, p. 020005, AIP Publishing LLC.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.