Mengenal Lebih Dekat Satwa Langka Indonesia dan Memahami Pelestariannya
Keywords:
Binatang Langka , Pelestarian, Satwa IndonesiaSynopsis
Indonesia adalah negara negara megabiodisersity. Meskipun luas wilayahnya hanya 1,3% dari luas muka bumi, namun Indonesia memiliki 12% mamalia, 16% reptilia, 10% tumbuhan, 25% ikan dan 17% burung yang ada di dunia. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya perlindungan, pengawetan dan pelestarian keanekaragaman hayati, antara lain melalui pencadangan kawasan hutan sebagai hutan konservasi seperti taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, taman hutan raya, dan taman buru. Disamping itu, pemerintah juga menetapkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MenLHK/Setjen/KUM.1/12/2018. Upaya konservasi satwa juga dilakukan melalui penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi spesies yang terancam punah serta penetapan 25 spesies prioritas.
Peningkatan populasi 25 spesies prioritas sebesar 10% dari baseline data 2013 merupakan salah satu yang akan dicapai pemerintah. Upaya peningkatan populasi tersebut antara lain dilakukan melalui pembinaan populasi, penanggulangan konflik, perlindungan dan pengamanan, penyadartahuan, rehabilitasi dan pelepasliaran, pengelolaan dan pengembangan pangkalan data.
Buku bunga rampai berjudul “Mengenal Lebih Dekat Satwa Langka Indonesia dan Memahami Pelestariannya” adalah karya para peneliti konservasi keanekaragaman hayati lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dirancang untuk konsumsi publik dengan tujuan mengenalkan kekayaan keanekaragaman hayati satwa dan mensosialisasikan upaya-upaya konservasinya. Harapannya adalah masyarakat bertambah pengetahuannya, meningkat pemahamannya dan akhirnya berpartisipasi serta mendukung segala upaya konservasi keanekaragaman hayati pada umumnya dan satwa langka yang terancam punah pada khususnya. Buku mencakup berbagai jenis satwa liar yang ada di Indonesia dari Pulau Sumatera hingga Papua.
Chapters
-
Kekayaan jenis satwa liar di zoogeografi wilayah Indonesia
-
Berdampingan Hidup dengan Orang Utan Tapanuli
-
Neli, Siamang Primadona Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Aek Nauli
-
Potensi Konflik Gajah di Areal HTI dan Perkebunan Sawit
-
Menakar Manfaat dan Risiko Memulangkan ‘Si Abah’ ke Alam Liar: Sebuah dilema dalam translokasi karnivora besar
-
Banteng Jawa: Bioekologi, Genetik, dan Upaya Pelestariannya
-
Sanctuary Banteng di TN Baluran
-
Harapan Baru Pengembangan Rusa Timor melalui Pola Kemitraan: Studi kasus di PT Cibaliung Sumberdaya, Banten
-
Manis javanica, Nasibmu Tidak Semanis Namamu
-
Elang Jawa, Satwa Langka Inspirasi Lambang Negara
-
Ekosistem Riparian, Harapan Masa Depan Bekantan
-
Jejak Orang Utan di Hutan yang Kian Tertekan
-
Merangkai Kembali Habitat Orang Utan Morio di Bentang Alam Wehea-Kelay
-
Tantangan dan Peluang Konservasi Bekantan di Kalimantan Selatan
-
Mungkinkah Melestarikan Sigung di Lanskap Mosaik Perkebunan Kelapa Sawit?
-
Sanca Batik, Sang Predator Cantik dan Unik
-
Cica Daun, Burung Kicau yang Semakin Sepi Nyanyiannya di Alam
-
Tarsius, Pemburu Handal Bermata Bola
-
Anoa Breeding Center, Pioneer Konservasi Ex-situ Anoa di Sulawesi
-
Burung Maleo, Melawan Punah di Lanskap yang Terus Berubah
-
Nuri Talaud, Sang Biduan yang Melegenda dari Bumi Porodisa
-
Perkici Dora, Nasibmu Tak Seindah Warnamu
-
Suaka Alam Masbait: Secercah harapan pelestarian babirusa di Kepulauan Maluku
-
Kepak Elang Flores di Langit Nusa Tenggara
-
Kura-kura Leher Ular Rote, Bagaimana Caranya Agar Tidak Punah?
-
Kura-kura Moncong Babi, Si Yatim yang Terus Terancam
-
Epilog: Melestarikan hutan, melestarikan satwa langka Indonesia
Downloads
References
Abdulhadi, R., Widjaja, E. A., Rahayuningsih, Y., Ubaidillah, R., Maryanto, I., & Rahajoe, J. S. (2014). Kekinian keanekaragaman hayati Indonesia. LIPI, BAPPENAS, Kementerian Lingkungan Hidup.
Badan Pusat Statistik. (2020). Jumlah penduduk hasil proyeksi menurut provinsi dan jenis kelamin (ribu jiwa), 2018–2020. https://www.bps.go.id/indicator/12/1886/1/jumlah-penduduk-hasil-proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html
Coates, B. J., & Bishop, K. D. (2000). Panduan lapangan burung-burung di kawasan Wallacea. BirdLife International-Indonesia Programe & Dove Publications Pty. Ltd.
Kementerian LHK. (2019). Statistik lingkungan hidup dan kehutanan tahun 2018-2019. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Proches, S., & Ramdhani, S. (2012). The world’s zoogeographical regions confirmed by cross-taxon analysis. Bioscience. 62(3), 260–270.
Shekelle, M., Groves, C. P., Maryanto, I., Mittermeier, R. A., Salim, A., & Springer, M. S. (2019). A new tarsier species from the Togean Islands of Central Sulawesi, Indonesia, with references to Wallacea and conservation on Sulawesi. Primate Conservation 33, 65-73.
Supriatna, J., & Ramdhani, R. (2016). Pariwisata primata Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Wallace, A. R. (1976). The geographical distribution of animals Vol I. Harper & Brothers Publishers.
Alikodra, H. S. (2019). Ekologi konservasi pengelolaan satwa liar: Hidup harmoni dengan alam. IPB Press.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan. (2019). Kabupaten Tapanuli Selatan dalam Angka 2019.
Departemen Kehutanan. (2008). Permenhut nomor P48/Menhut-II/2008 tentang pedoman penanggulangan konflik manusia dan satwa liar.
Kuswanda, W., Harahap, R. H., Alikodra, H. S., & Sibarani, R. (2020). Nest characteristics and populations of Tapanuli Orang utans in Batangtoru Landscape, South Tapanuli District, Indonesia. Biodiversitas, 21(7), 3398–3406. https://doi.org/10.13057/biodiv/d210765.
Kuswanda, W. (2014). Orang utan Batang Toru: Kritis di ambang punah. Forda Press.
Meijaard, E., Rijksen, H. D., & Kartikasari S. N. (2001). Diambang kepunahan!: Kondisi orang utan liar diawal abad ke-21. Publikasi the Gibbon Foundation Indonesia.
Putro, H. R., Rinaldi, D., Arief, H., Soekmadi, R., Kuswanda, W., Noorchasanatun, F., Rahman, D. A., Kosmaryandi, N., Mijiarto, J., Yudiarti, Y., Hakim, F., Priantara, F. R. N., & Simangunsong, Y. D. (2019). Ekologi orang utan tapanuli. kelompok kerja pengelolaan lansekap batang toru.
Wich, S. A., Utami-Atmoko, S. S., Setia, T. M., Rijksen, H. D., Schurmann, C., van Hooff, J. A. R. A. M. & van Schaik, C. P. (2004). Life history of wild Sumatran orang utans (Pongo abelii). Journal of Human Evolution, 47, 385–398. https://doi.org/10.1016/j.jhevol.2004.08.006
Wich, S. A., de Vries, H., Ancrenaz, M., Perkins, L., Shumaker, R. W., Suzuki A. & van Schaik, C. P. 2009. Orang utan life history variation. dalam S. A. Wich, S. S. Utami Atmoko, T. Mitra Setia, & C. P. van Schaik (eds), Orang utans: Geographic variation in behavioral ecology and conservation. Oxford University Press.
Chivers, D. J. (1977). The lesser apes. Prince Rainier III of Monaco & Bourne GH, [Ed.]. Primate conservation. Academic Press.
Gittins, S. P., & Raemaekers, J. J. (1980). Siamang, lar, and agile gibbons. Journals of Mammology, 53(1), 198–201. 10.1007/978-1-4757-0878-3_3
Google. (t.t.). [Taman Wisata Kera Sibaganding]. Diakses pada 2 Maret, 2023, dari https://www.google.com/maps/place/Monkey+Forest+Umar+Manik+Sibaganding/@2.6931519,98.9228761,17z/data=!4m9!1m2!2m1!1staman+primata+di+dekat+Sibaganding,+Simalungun+Regency,+North+Sumatra!3m5!1s0x3031ed88c3a8253b:0x895b849241557858!8m2!3d2.6931522!4d98.9269824!16s%2Fg%2F11fmq9zlkq
Gron, K. J. (2008). Primate Factsheets: Siamang (Symphalangus syndactylus) Taxonomy, Morphology, & Ecology. Wisconsin National Primate Research Center. http://pin.primate.wisc.edu/ factsheets/entry/siamang
Kuswanda, W., & Pratiara, L. (2017). Rencana Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli dengan Konsep Edutainment. BP2LHK Aek Nauli.
Kuswanda, W., & Garsetiasih, R. (2016). Daya dukung dan pertumbuhan populasi siamang (Hylobates syndactylus Raffles, 1821) di Cagar Alam Dolok Sipirok, Sumatera Utara. Jurnal Plasma Nutfah, 22(1), 67–80. http://dx.doi.org/10.21082/blpn.v22n1.2016.p67-80
Mubarok, A. (2012). Distribusi dan kepadatan simpatrik ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus) di Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara. [Skripsi tidak diterbitkan]. Institut Pertanian Bogor.
Napier, J. R., & Napier P. H. (1985). The natural history of the primates. Academic Press.
Nijman, V., Geissmann, T., Traeholt, C., Roos, C., & Nowak, M.G. (2020). Symphalangus syndactylus. The IUCN Red List of Threatened Species 2020: e.T39779A17967873. Diakses pada 7 November, 2022, dari https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2020-2.RLTS.T39779A17967873.en.
Palombit, R. A. (1997). Inter and intraspecific variation in diets of sympatric siamang (Hylobates syndactylus) and lar Hylobatidaes (Hylobates lar). Folia primatol, 6, 321–337. https://doi.org/10.1159/000157260
Permatasari, B. I. (2018). Deskripsi kondisi habitat siamang (Symphalangus syndactylus) di Hutan Lindung Register 28 Pematang Neba Kabupaten Tanggamus. [Skripsi tidak diterbitkan]. Universitas Lampung.
Sultan, K., Mansjoer, S. S., & Bismark, M. (2009). Populasi dan distribusi ungko (Hylobates agilis) di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal Primatologi Indonesia, 6(1), 25–31.
Abdullah, Asiah, & Japisa, T. (2012). Karakteristik habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kawasan Ekosistem Seulawah Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biologi Edukasi, 4(1), 41–45. https://jurnal.usk.ac.id/JBE/article/view/476;p[p;
Febriani, R. (2009). Pemetaan daerah rawan konflik gajah menggunakan sistem informasi geografis di Taman Nasional Gunung Leuser [Skripsi tidak diterbitkan]. Universitas Sumatera Utara.
Garsetiasih, R., Heriyanto, N. M., Rianti A., & Eman. (2018). Penguatan stakeholder dalam resolusi konflik habitat gajah di Sumatera. [Laporan hasil penelitian tidak dipublikasikan]. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan.
Garsetiasih, R., Rianti, A., & Takandjandji, M. (2018). Potensi vegetasi dan daya dukung untuk habitat gajah sumatra (Elephas maximus) di areal perkebunan sawit dan hutan produksi Kecamatan Sungai Menang Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berita Biologi, 17(1), 49–64.
Jajak, M. D. (2004). Binatang-binatang yang dilindungi. Progres.
Kuswanda, W., & Garsetiasih, R. (2016). Daya dukung dan pertumbuhan populasi siamang (Hylobates syndactylus Raffles, 1821) di Cagar Alam Dolok Sipirok, Sumatra Utara. Buletin Plasma Nutfah, 22(1), 67–80. http://dx.doi.org/10.21082/blpn.v22n1.2016.p67-80
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2017). Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Moestrup, S. F., Harum, Sunjaya, Purwanto, E., Irawan, U. S., Gunawan, H., Digdo, A. A., Wijayanto, A., Rahman, A., Idris, N., Adhiguna, Y., & Lestari, I. (2012). Manual pelatihan pengelolaan sumber daya alam untuk masyarakat pedesaan. PNPM Support Facility (PSF).
Nuryasin, Yoza, D., & Kausar. (2014). Dinamika dan resolusi konflik gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) terhadap manusia di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Jurnal Online Mahasiswa Faperta, 1(2), 1–14. https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/article/view/3628
Syahri, B.F., Gunawan, H., & Sudoyo, H. (2015). Analisis mikrosatelit pada sampel feses gajah sumatra (Elephas maximus) di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Jurnal Online Mahasiswa FMIPA, 2(1): 42–49. https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFMIPA/article/view/4139
WWF-Indonesia. (2017). Modul MP2CE untuk mitigasi konflik gajah-manusia terpadu.
Yoza, D. (2009). Pemetaan sebaran gajah di areal konsesi PT. Chevron Pacific Indonesia. Laporan Penelitian Bekerja sama dengan PT Chevron Pacific Indonesia.
Yoza, D. (2003). Inventarisasi, identifikasi dan keanekaragaman jenis satwa liar di Tahura SSH. Laporan Penelitian Bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Riau.
Yoza, D. (1995). Dampak perkebunan kelapa sawit terhadap keanekaragaman jenis burung di PT. Ramajaya Pramukti Kabupaten Kampar. [Skripsi tidak dipublikasikan]. Universitas Gadjah Mada.
Bandung Zoological Garden. (2020). Hasil pemeriksaan kesehatan macan tutul jawa (Panthera pardus melas) [laporan]. Bandung Zoological Garden.
Gunawan, H. (2020, 9 Juni 2020). Langkah antisipatif konservasi macan tutul jawa di masa pandemi Covid-19 [Paparan Webinar]. Teras Inovasi Bincang Cara Professor. Pusat Litbang Hutan, Bogor.
Gunawan, H. (2019). Inovasi konservasi habitat macan tutul jawa (Panthera pardus melas) di Lanskap Hutan Terfragmentasi. Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Gunawan, H., Ario, A., Rianti, A., Sihombing, V. S., Sultan, K., Rangkuti, U., & Fadillah, R. R. (2017, 27–30 November 2017). Investigasi konflik macan tutul jawa dan manusia di sekitar Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat [Presentasi makalah]. Konferensi Karnivora Indonesia “Upaya Konservasi Mamalia Karnivora”, Banyuwangi.
Gunawan, H., Sihombing, V. S, & Wienanto, R. (2016). Metapopulasi macan tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) di Pulau Jawa bagian barat. Dalam Jumilawaty, E. J., Fitmawati, Jamilah, I., Situmorang, M., & Hutahaean, S. (Ed.), Prosiding seminar nasional biologi “Implementasi riset hayati dan pengembangannya di era masyarakat ekonomi asean (MEA)” (130–140), USU Press. https://repository.usu.ac.id/handle/123456789/62937
Gunawan, H., & Alikodra, H. S. (2013). Bio-ekologi dan konservasi karnivora spesies kunci yang terancam punah. Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kehutanan. Kementerian Kehutanan.
Gunawan, H., & Wienanto, R. (2016, 4 November 2015). Sebaran ekologis dan ancaman kepunahan lokal macan tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) di Jawa bagian barat [Presentasi makalah]. Seminar Nasional menyambut Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional Tahun 2015.
International Union for Conservation of Nature [IUCN]. (2000). IUCN Guidelines for the Placement of Confiscated Animals. Gland, Switzerland: IUCN.
International Union for Conservation of Nature [IUCN]. (2019). Guidelines for the Management of Confiscated, Live Organisms. IUCN.
IUCN/SSC. (2013). Guidelines for Reintroductions and Other Conservation Translocations. Version 1.0. IUCN Species Survival Commission
Alikodra, H. S. (2011). Konservasi sumber daya alam dan lingkungan suatu upaya untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan. Gadjah Mada University Press.
Alikodra, H. S. (1983). Ekologi banteng (Bos javanicus d’Alton, 1832) di Taman Nasional Ujung Kulon [Disertasi tidak diterbitkan]. Institut Pertanian Bogor.
Balai Taman Nasional Baluran (BTNB) & Copenhagen Zoo. (2015). Monitoring populasi banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional Baluran tahun 2015 [Laporan]. Balai Taman Nasional Baluran.
Balai Taman Nasional Meru Betiri (BTNMB). (2002). Identifikasi dan inventarisasi banteng (Bos javanicus), di seksi konservasi wilayah Ambulu [Laporan]. Balai Taman Nasional Meru Betiri.
Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK). (2019). Inventarisasi banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional Ujung Kulon [Laporan]. Balai Taman Nasional Ujung Kulon.
Blog.act.id. (t.t). Bali susun strategi kurangi impor daging sapi. Diakses pada 26 Februari, 2023, dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20170720/99/673474/bali-susun-strategi-kurangi-impor-daging-sapi.
Castello, J. R. (2016). Bovids of the world: antelopes, gazelles, cattle, goats, sheep, and relatives. Princeton University Press
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE). (2017). Perjumpaan banteng di Taman Nasional Meru Betiri. http://ksdae.menlhk.go.id/info/1745/perjumpaan-langsung-banteng-di-tn-meru-betiri.html
Gardner, P. C. (2014) The natural history, non-invasive sampling, activity patterns and population genetic structure of the Borneanbanteng (Bosjavanicuslowi) in Sabah, Malaysian Borneo [Disertasi tidak diterbitkan]. Cardiff University.
Garsetiasih, R. (2013). Daya dukung padang perumputan banteng (Bos javanicus): Studi kasus di Sadengan dan Sumber Gedang, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,10(2),103–240. https://doi.org/10.20886/jphka.2013.10.2.229-240
Garsetiasih, R. (2006). Kajian populasi banteng (Bos javanicus ) di Taman Nasional Meru Betiri [Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2006]. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Garsetiasih, R. (2012). Manajemen konflik konservasi banteng (Bos javanicus) dengan masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur [Disertasi tidak diterbitkan]. Institut Pertanian Bogor.
Hassanin, A., & Ropiquet, A. (2007) What is the taxonomic status of the Cambodian banteng, and does it have close genetic links with the kouprey? J Zool, 271, 246–252. https://doi.org/10.1111/j.1469-7998.2006.00272.x
Hoogerwerf, A. (1970). Udjung Kulon, the land of the last Javan rhinoceros. Brill Archive.
International Union for Conservation of Nature. (2006). IUCN Red List of Threatened Species. Diakses 13 Januari, 2020, dari https://www.iucnredlist.org/about/background-history.
Kementerian Pertanian. (2016). Lewat UPSUS SIWAB, kementan selamatkan 16 ribu sapi betina dari pemotongan. Villagers. https://villagerspost.com/wp-content/uploads/2016/11/sapi-bali-pertanian.jpg
Peraturan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Nomor P. 58/MENHUT-II/2011 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Banteng (Bos javanicus) Tahun 2010–2020. (2011). https://peraturan.go.id/common/dokumen/bn/2011/bn446-2011.pdf
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (2018). https://peraturan.go.id/common/dokumen/bn/2019/BN%2032-2019.pdf.
Permata, T. J. (2016, 7 Januari). Ada 60 banteng tersebar di Taman Nasional Meru Betiri di Jember, Banyuwangi. Tribunnews. https://surabaya.tribunnews.com/2016/01/07/ada-60-banteng-tersebar-di-taman-nasional-meru-betiri-di-jember-banyuwangi
Populasi banteng Taman Nasional Meru Betiri menurun. (2013, Februari 25). Detik. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-2178490/populasi-banteng-taman-nasional-meru-betiri-menurun
Qiptiyah, M., Pudyatmoko, S., Widyatmoko, A. Y. P. B. C., Imron, M. A., & Nurtjahjaningsih, I. L. G. (2019a). Cytochrome b mitochondrial DNA characteristic from non invasive samples of wild population Javan Banteng (Bos javanicus D’Alton, 1823).Biodiversitas, 20(2),350–355. https://doi.org/10.13057/biodiv/d200207
Qiptiyah, M., Pudyatmoko, S., Widyatmoko, A. Y. P. B. C., Imron, M. A., & Nurtjahjaningsih, I. L. G. (2019b). Phylogenetic position of Javan banteng (Bos javanicus javanicus) from conservation area in Java base on mtDNA analysis, Biodiversitas, 20(11), 3352–3357. http:// 0.13057/biodiv/d201131
Sawitri, R., Zein, M. S. A., Takandjandji, M., & Rianti, A. (2014). Keragaman genetik banteng (Bos javanicus) dari berbagai lembaga konservasi dan Taman Nasional Meru Betiri. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 11(2),155-169. https://doi.org/10.20886/jphka.2014.11.2.155–159
Siswanto, & Noerwidi, S. (2016). Posisi Fauna Situs Patiayam dalam Biostratigrafi Jawa. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 19(2), 149–166. https://doi.org/10.24832/sba.v19i2.31
Subiandono, E. (2004). Kajian teknik pembinaan habiat banteng (Bos javanicus) di TN Meru Betiri, Jawa Timur [Laporan]. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Timmins, R. J., Duckworth, J. W., Hedges, S., Steinmetz, R., & Pattanavibool, A. (2008). Bos javanicus, The IUCN Red List of Threatened Species 2008: e.T2888A9490684. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2008.RLTS.T2888A9490684.en.
Gardner, P. C., Hedges, S., Pudyatmoko, S., Gray, T. N. E., & Timmins, R. (2016). Bos javanicus. The IUCN Red List of Threatened Species.’ e.T2888A463 62970. Diakses 8 Juni, 2020, dari https://www.iucnredlist.org/species/2888/46362970
Marsudi. (2015, 18–19 Desember 2015). Arah kebijakan pemerintah Kabupaten Situbondo dalam rangka mendukung pengelolaan Taman Nasional Baluran. Bappeda Situbondo. Workshop: Rancangan Pengelolaan Stasiun Riset di Taman Nasional, Banyuwangi, Indonesia.
Novianto, B. (2015, 16–18 November 2015). Arahan kebijakan dalam pengembangan kawasan konservasi [Presentasi makalah]. Workshop: Rancangan Pengelolaan Stasiun Riset di Taman Nasional. FGD Pembentukan Stasiun Riset di 3 (tiga) Taman Nasional (TN Baluran, TN Gn Halimun Salak, TN Ujung Kulon), Bogor, Indonesia.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (2018). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.106_tahun_2018_Jenis_TSL_dilindungi_.pdf
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.58/Menhut-II/2011 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Banteng (Bos Javanicus) Tahun 2010–2020. (2011). https://jdih.menlhk.go.id/new2/home/portfolioDetails/58/2011/5#
Riski, P., & Fajar, J. (2014, 30 Agustus 2014). Menengok keanekragaman hayati di Taman Nasional Baluran. Apa sajakah? Mongabay. https://www.mongabay.co.id/2014/08/30/menengok-keanekaragaman-hayati-di-taman-nasional-baluran-apa-sajakah/
Sawitri, R., Zein, M. S. A., Takandjandji, M., & Rianti, A. (2011). Keanekaragaman genetika banteng (Bos javanicus d’Alton) dari berbagai lembaga konservasi dan Taman Nasional Meru Betiri. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 11(2),155–169. https://doi.org/10.20886/jphka.2014.11.2.155-159
Setyawati, T. (2011). Ancaman jenis asing invasif di kawasan hutan Indonesi. [Makalah]. Jambore Penyuluhan Kehitanan Jakarta: Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Badan Litbang Kehutanan.
Suwarni, E. E. (2015, 18–19 Desember 2015). Riset dan Implementasinya di Taman Nasional Baluran. Workshop: Rencana Pengelolaan dan Pembangunan Stasiun Riset di Taman Nasional Baluran. Banyuwangi, Indonesia.
Suriani, N. E., & Razak. M. N. (2011). Pemetaan Ekowisata di Taman Nasional Baluran. Tahun 2011. Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 24(3), 251–260.
Taman Nasional Baluran. (2013). Laporan sensus banteng di Taman Nasional Baluran. [Laporan tidak diterbitkan]. Balai Taman Nasional Baluran: Situbondo.
Taman Nasional Baluran. (2019, 8 Oktober 2019). Beberapa kegiatan riset yang dilaksanakan di TN Baluran. Workshop: Pengelolaan Stasiun Riset. Hotel Ketapang Indah, Banyuwangi.
Adiati, U., & Brahmantiyo, B. (2015). Karakteristik morfologi rusa timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi. Dalam Susan M. N., Eko H., Eny M., Raphaella W., Ria S. G. S., Tati H., Maijon P., Yenny N. A., & Aron B. (Ed.), Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner (Jakarta, 8–9 Oktober 2015). Indonesian Agency for Agricultural Research dan Development (IAARD) Press. https://www.researchgate.net/publication/308105605_Prosiding_Seminar_Nasional_Teknologi_Peternakan_dan_Veteriner_-_Tahun_2015.
Destomo, A., Syawal, M., & Batubara, A. (2020). Kemampuan reproduksi induk dan pertumbuhan anak kambing Peranakan Etawah, Gembrong, dan Kosta. Jurnal Peternakan, 17(1), 31–38. http://dx.doi.org/10.24014/jupet.v17i1.7692
Hamdani, I. D. (2015). Perbandingan berat lahir, persentase jenis kelamin anak dan sifat prolifik induk kambing Peranakan Etawah pada paritas pertama dan kedua di Kota Metro. J. Ilmiah Peternakan Terpadu, 3(4), 245–250. http://dx.doi.org/10.23960/jipt.v3i4.p%25p
Hidayat, R., Toharmat, T., Boediono, A., & Permana, I. G. (2009). Manipulasi kondisi fisiologis semen melalui pengaturan perbedaan kation anion ransum dan suplementasi asam lemak pada domba garut. J. Ilmu Ternak dan Veteriner, 14(1), 25–35. 10.14334/jitv.v14i1.360
Kaunang, D., Suyadi, & Wahjuningsih, S. (2014). Analisis litter size, bobot lahir dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE). J. Ilmu-Ilmu Peternakan, 23(3), 41–46. https://jiip.ub.ac.id/index.php/jiip/article/view/131/143
Setio, P., & Takandjandji, M. (2018). Reproduksi dan produktivitas rusa di penangkaran. Sintesis Hasil-hasil Litbang: Pengembangan Penangkaran Rusa Timor. Ed Ketiga.
Takandjandji, M., Iskandar, S., & Wienanto, R. (2016). Pemberdayaan masyarakat Cibaliung melalui penangkaran rusa timor. Dalam M. Bismark & E. Santoso (Ed.), Membangun hasil hutan yang tersisa. Forda Press.
Yanuartono, Indarjulianto, S., Nururrozi, A., Purnamaningsih, H., & Raharjo, S. (2018). Review: Peran pakan pada kejadian kembung rumen. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 28(2), 141–157. https://jiip.ub.ac.id/index.php/jiip/article/view/430
Gaubert, P., Antunes, A., Neng, H., Miao, L., Peigne, S., July, F., & Love, S. J. (2018). The complete phylogeny of pangolin: Scaling up resources for the moleculer tracing of the most trafficked mamals on Earth. J. of Heredity, 109, 347–359. https://doi.org/10.1093/jhered/esx097
Gaubert, P., & Antunes, A. (2005). Assesing the taxonomic status of the palawan pangolin Manis culionensis (Pholidota) using discrete morphological characters. Journal of Mammalogy, 86(6), 1068–1074. https://doi.org/10.1644/1545-1542(2005)86[1068:ATTSOT]2.0.CO;2
IUCN. (2012). IUCN Red List of Threatened Species. Diakses 30 Oktober, 2012, dari http://www.iucnredlist.org.
Jacobs, R. L., Mc Clure, P. J., Baker, B. W., & Espinoa, E. O. (2019). Myth debunked: Keratinous pangolin scales do not contain analgesic tremadol. Conservation Science and Practice, 1(9), e82. https://doi.org/10.1111/csp2.82
Kuswanda, W., & Setyawati, T. (2015). Preferensi habitat trenggiling (Manis javanica Desmarest, 1822) di sekitar Suaka Margasatwa Siranggas, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan & Konservasi Alam, 13(1), 43–56. https://doi.org/10.20886/jphka.2016.13.1.43-56
Maneesai, R., & Chavalviwat, S. (2008). Issues and challenges of pangolin enforcement in Thailand. Dalam S. Pantel & S. Y. Chin (Ed.), Proceedings in Trade & Conservation of Pangolins native to South & SE Asia. Singapore Zoo. https://portals.iucn.org/library/node/9669
Manshur, A., Kartono, A. P., & Masy’ud, B. (2015). Karakteristik habitat trenggiling jawa (Manis javanica) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Media Konservasi, 20(1),77–83. https://doi.org/10.29244/medkon.20.1.%25p
Mohapatra, R. K., Panda, S., Achairyyo, L., Nair, M., & Challender, D. W. (2015). A note on the illegal trade and use of pangolin body parth in India. TRAFFIC Bulletin, 27(1), 33–40. https://www.pangolinsg.org/?attachment_id=2051
Pantel, S., & Anak, N. A. (2010, 30 September 2010). A preliminary assessment of sunda pangolin trade in Sabah. Traffic. https://www.traffic.org/publications/reports/a-preliminary-assessment-of-pangolin-trade-in-sabah/
Sawitri, R., & Takandjandji, M. (2016). Konservasi trenggiling jawa (Manis javanica, Desmarest 1822). Forda Press.
Soewu, D. A., & Adekanola, T. A. (2011). Traditional-medicinal knowledge and perception of pangolins (Manis sp.) among the Awori People, Southwest Nigeria. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 7, 25. https://doi.org/10.1186/1746-4269-7-25
Takandjandji, M., & Sawitri, R. (2016a). Ukuran morfometrik dan meristik pada trenggiling jawa (Manis javanica Desmarest, 1822) dari Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Buletin Plasma Nutfah, 22(2), 149-160. http://dx.doi.org/10.21082/blpn.v22n2.2016.p149-160
Takandjandji, M., & Sawitri, R. (2016b). Analisis penangkapan dan perdagangan trenggiling jawa (Manis javanica, Desmarest 1822) di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan, 13(2), 85–101. https://doi.org/10.20886/jakk.2016.13.2.85-101
The Maritime Executive. (t.t). Indonesia struggles to protect pangolins. https://maritime-executive.com/media/images/map(103).jpg
TRAFFIC South East Asia. (2008). Armored but endangered. Asian Geographic.
Wihardandi A. (2013, 15 Agustus). Enam ton trenggiling Indonesia disita di Vietnam. Mongabay. http://www.mongabay.co.id/2013/08/15/enam-ton-trenggiling-Indonesia.
Aryanti, N. A. (2021). Spatial modelling of Javan Hawk-Eagle (Nisaetus bartelsi) habitat suitability in Bromo Tengger Semeru National Park. Jurnal Sylva Lestari, 9(1), 179–189. DOI: https://doi.org/10.23960/jsl19179-189
Azmi, N., Syartinilia, & Mulyani, Y. A. (2016). Model distribusi spasial habitat Elang jawa (Nisaetus bartelsi) yang tersisa di Jawa Barat. Media Konservasi, 21(1), 9–18. https://doi.org/10.29244/medkon.21.1.9-18
Baan, M. R. (2017, 01 Juni). Kapan disahkan Garuda Pancasila lambang Negara Indonesia. Netralnews. https://archive.netralnews.com/news/singkapsejarah/read/79032/kapan-disahkan-garuda-pancasila-lambang-negaraindonesia#:~:text=Garuda%20Pancasila%20yang%20diresmikan%20penggunaannya,posisi%20cakar%20di%20belakang%20pita
BBTN Gunung Gede Pangrango [@TNGedePangrango]. (2019, 21 April). Lahirnya sang penguasa langit Jawa [Tweet]. Twitter. https://twitter.com/tngedepangrango/status/1119812918910914563
Burung elang jawa Nisaetus bartelsi. (2017, 11 April). Kehati.jogjaprov. http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/burung-elang-jawa-nisaetus-bartelsi
Cahyana, A. N., Hernowo, J. B., & Prasetyo, L. B. (2015). Pemodelan spasial kesesuaian habitat Elang jawa (Nisaetus bartelsi Stresemann, 1924 di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Media konservasi, 20(3), 211–219. https://doi.org/10.29244/medkon.20.3.%25p
Danang (2020, 17 Juli). Kisah sukses pelestarian elang jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dimensinews. https://www.dimensinews.co.id/77274/kisah-sukses-pelestarian-elang-jawa-di-taman-nasional-gunung-halimun-salak.html
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber daya Alam dan Ekosistem. (2019). Laporan Kinerja tahun 2019. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Eks. (2019, 23 April). Mengenal elang jawa, garuda si ‘penguasa langit Jawa’. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190423133918-199-388824/mengenal-elang-jawa-garuda-si-penguasa-langit-jawa
Fahmi, I., & Syartinilia. (2020). The 11th Asian Raptor research and Conservation Network International Symposium: Habitat preferences of current record of javan hawk-eagle (Nisaetus bartelsi) in lowland forest in Ujung Kulon National Park. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 590 012004. https://doi:10.1088/1755-1315/590/1/012004
Ferlazafitri, Syartinilia, & Mulyani, Y. A. (2020). The 11th Asian Raptor research and Conservation Network International Symposium: Habitat patch connectivity of javan hawk-eagle (Nisaetus bartelsi) in eastern part of Java, Indonesia. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 590 012003. https://doi:10.1088/1755-1315/590/1/012003
Fitriana, I. (2020, 14 Februari). Jokowi lepas sepasang elang jawa, Abu dan Rosy, di lereng Merapi. Kompas. https://today.line.me/id/v2/article/Jokowi+Lepas+Sepasang+Elang+Jawa+Abu+dan+Rossy+di+Lereng+Merapi-57DQZM
Gunawan, N., Fauziah, R., Zulham, Djamaludin, Pramono, H., & Yuniar, A. (2016). New homes on misty mountains: Javan Hawk-eagle Nisaetus bartelsi and changeable Hawk-eagle Nisaetus cirrhatus nesting in Gunung Halimun Salak National Park, West Java, Indonesia. Podoces, 11(1),1–6. https://wesca.net/Podoces/Podoces11.1.html.
Hermawan, W. (2019, 07 Juli). Elang jawa. Tribunnewswiki. https://www.tribunnewswiki.com/2019/07/07/elang-jawa
IUCN. Javan Hawk-eagle Nisaetus bartelsi. iucnredlist.org. Diakses pada 07 Maret, 2022, dari https://www.iucnredlist.org/species/22696165/110050373
Kibrispdr.org. (t.t). Detail gambar burung elang jawa koleksi nomer 29. https://www.kibrispdr.org/detail-28/gambar-burung-elang-jawa.html.
Maula, A., & Subeno. (2016). Distribusi dan karakteristik habitat elang jawa (Nisaetus bartelsi Stresemann, 1924) di Gunung Ungaran Jawa Tengah [Skripsi tidak diterbitkan]. Universitas Gadjah Mada.
Murad, A. R. P., & Syartinilia. (2021). The 5th ISSLD: Patch dynamics in the javan hawk-eagle (Nisaetus bartelsi) habitat of East Java. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 879 (2021) 012038. https://doi:10.1088/1755-1315/879/1/012038
Nijman, V., van Balen, S., & Sozer, R. (2000). Breeding biology of javan hawk-eagle Spizaetus bartelsi in West Java, Indonesia. Emu 100, 125–132. https://doi.org/10.1071/MU9826
Nijman, V., Shepherd, C. R., & van Balen, S. (2009). Declaration of the javan hawk eagle Spizaetus bartelsi as Indonesia’s national rare animal impedes conservation of the species. Fauna & Flora International, Oryx, 43(1), 122–128. https://doi.org/10.1017/S0030605307001081
Nurfatimah, C., Syartinilia, & Mulyani, Y. A. (2018). LISAT 2017: GIS-based aproach for quantifying landscape connectivity of javan hawk-eagle habitat. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 149 (2018) 012017. https://doi:10.1088/1755-1315/149/1/012017
Nursamsi, I., Partasasmita, R., Cundaningsih, N., & Ramadhani, H. S. (2018). Modelling the predicted suitable habitat distribution of javan hawk-eagle Nisaetus bartelsi in the Javan Island, Indonesia. Biodiversitas, 19(4), 1539–1551. https://doi:10.13057/biodiv/d190447
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor P.58/Menhut-II/2013 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Elang Jawa tahun 2013–2022. (2013). https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/P.58%20(6).pdf
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (2018). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.106_tahun_2018_Jenis_TSL_dilindungi_.pdf
Pradopo, S. T. (2012). Risk assessment of javan hawk-eagle’s (Nisaetus bartelsi) habitat: The impact of human encroachment and wildfire to the degradation (A case on the Mount Ciremai National Park, Indonesia [Tesis tidak diterbitkan]. Universitas Gadjah Mada.
Prawiradilaga, D. (2006). Ecology and conservation of endangered javan hawk-eagle Spizaetus bartelsi. Ornithological Science, 5(2), 177–186. https://doi.org/10.2326/1347-0558(2006)5[177:EACOEJ]2.0.CO;2
Pribadi, D. P. (2014). Studi populasi elang jawa (Spizaetus bartelsi Stresemann, 1924) di Gunung Salak. Bioma, 10(1), 17–24. https://doi.org/10.21009/Bioma10(1).3
Riatmoko, F. I. (2013). Apakah burung garuda dan elang sama?. Kompas. https://www.kompas.com/skola/image/2020/02/16/170000769/apakah-burung-garuda-dan-elang-sama?page=1
Literasipublik. (2019). Sejarah Terbentuknya Lambang Negara Garuda Pancasila. https://www.literasipublik.com/wp-content/uploads/2019/02/garuda-pancasila.jpg
Sejarah Terbentuknya Lambang Negara Garuda Pancasila. (2019, 9 Februari). Literasipublik. https://www.literasipublik.com/sejarah-terbentuknya-lambang-negara-garuda-pancasila
Sitorus, D. N., & Hernowo, J. B. (2016). Habitat dan perilaku elang jawa (Nisaetus bartelsi) di SPTN 1 Tegaldlimo Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Media Konservasi, 21(3), 278–285. https://doi.org/10.29244/medkon.21.3.278-285
Suciptoardi. (2008, 12 Agustus). Asal usul Garuda Pancasila dan penciptanya. Suciptoardi. https://suciptoardi.wordpress.com/2008/08/12/asal-usul-lambang-negara-kita-burung-garuda/
Van Balen, S., Nijman, & V., Sozer, R. (1999). Distribution and conservation of the javan hawk-eagle Spizaetus bartelsi. Bird Conservation International, 9, 333-349. https://doi.org/10.1017/S0959270900003695
Wibisono, A. (2020, 14 Februari). Usai erupsi, Jokowi lepas elang jawa di lereng Gunung Merapi. Kompas TV. https://www.kompas.tv/article/66621/usai-erupsi-jokowi-lepas-elang-jawa-di-lereng-gunung-merapi?page=all
Yudhi (2018, 03 April). Sejarah dan asal usul burung Garuda dijadikan simbol Negara Indonesia. Jatengpost. https://www.jatengpost.com/sejarah/pr-3562416168/sejarah-dan-asal-usul-burung-garuda-dijadikan-simbol-negara-indonesia
Yuliamalia, L., Sunarto, & Utami, T. (2020) Seminar nasional Magister Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur: Peran masyarakat terhadap elang jawa (Nisaetus bartelsi) di Kawasan Cagar Alam Gunung Picis Ponorogo. NST Proceedings. pages 98-107. https://doi: 10.11594/ nstp.2020.0611
Chivers, D. J. (1994). Functional anatomy of the gastrointestinal tract. Dalam G. Davies & J. Oates (Ed.), Colobine Monkeys: Their Ecology, Behaviour and Evolution. Cambridge University Press.
Drumm, A., & Moore, A. (2005). Ecotourism Development, A manual for conservation planners and managers. Volume I: An Introduction to ecotourism planning. Dalam A. Singer (Ed.), The nature conservancy. https://pdf.usaid.gov/pdf_docs/Pnadg549.pdf
Duvat, V. K. E., Magnan, A. K., Wise, R. M., Hay, J. E., Fazey, I., Hinkel, J., Stojanovic, T., Yamano, H., & Ballu, V. (2017). Trajectories of exposure and vulnerability of small islands to climate change. Wiley Interdiscip. Rev. Clim. Chang, 8(6). doi:10.1002/wcc.478.
MacArthur, R. H., & Wilson, E. O. (1967) The theory of biogeography. Princeton University Press.
Manansang, J., Traylor-Holzer, K., Reed, D., & Leus, K. (2005). Indonesian proboscis monkey PHVA Indonesian. IUCN/SSC Conserv. Breed. Spec. Gr:76.
Meijaard, E., & Nijman, V. (2000). Distribution and conservation of the proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Kalimantan, Indonesia. Biol. Conserv., 92(1), 15–24. https://doi.org/10.1016/S0006-3207(99)00066-X
Nijman, V. (2001). Forest (and) Primates. Conservation and ecology of the endemic primates of Java and Borneo. Tropenbos International. https://www.tropenbos.org/file.php/429/tbi_kalimantan_5.pdf
Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya Nomor P.8/KSDAE/BPE2/KSA.4/9/2016 tentang Pedoman Penentuan Koridor Hidupan Liar sebagai Ekosistem Esensial. (2016). http://ksdae.menlhk.go.id/assets/uploads/Perdirjen%20Pedoman%20Penentuan%20Koridor.pdf
Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor P.48/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. (2014). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/Permenhut_48_Tahun_2014_Tata_Cara_pemulihan_Ekosistem.pdf
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. (2017). https://peraturan.bpk.go.id/Details/51463
Ralls, K., Ballou, J. D., Dudash, M. R., Eldridge, M. D. B., Fenster, C. B., Lacy, R. C., Sunnucks, P., & Frankham, R. (2018). Call for a paradigm shift in the genetic management of fragmented populations. Conservation Letters, 11, e12412. https://doi.org/10.1111/conl.12412
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. (1999). https://jdih.esdm.go.id/peraturan/uu-41-1999.pdf
Yeager, C. P. (1989). Feeding ecology of the proboscis monkey (Nasalis larvatus). Int. J. Primatol. 10(6), 497–530. https://doi.org/10.1007/BF02739363
Johnson, A. E., Knott, C. D., Pamungkas, B., Pasaribu, M., & Marshall, A. J. (2005). A survey of the orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) population in and around Gunung Palung National Park, West Kalimantan, Indonesia based on nest counts. Biological Conservation, 121, 495–507. https://doi.org/10.1016/j.biocon.2004.06.002
Meijaard, E., Rijksen, H., & Kartikasari, S. (2001). Di ambang kepunahan! Kondisi orang utan liar di awal abad ke 21. Gibbon Foundation.
Sayektiningsih, T., & Ma’ruf, A. (2017). Karakteristik vegetasi habitat orang utan (Pongo pygmaeus morio) di hutan tepi Sungai Menamang, Kalimantan Timur. Jurnal Wasian, 4(1), 17–26. https://doi.org/10.20886/jwas.v4i1.2617
Wich, S., Buij, R., & van Schaik, C. (2004). Determinants of orangutan density in the dryland forests of the Leuser Ecosystem. Primates, 44, 177–182. https://doi.org/10.1007/s10329-004-0080-1
Atmoko, T., Rifqi, M. A., Muslim, T., Purnomo, & Maruf, A. (2018). Warisan alam Wehea-Kelay. E. Sudiono & P. Setio (Ed.). Forda Press. https://balitek-ksda.or.id/wp-content/uploads/2020/09/35-Buku-Warisan-Alam-Wehea-Kelay-Upload.pdf
Coolidge, H. J. (1940). Mammal and bird collections of the Asiatic Primate Expedition. Bull. Museum Comp. Zool. 87, 121–211. https://www.biodiversitylibrary.org/part/13705
Groves, C. P. (2001). Primate Taxonomy. Smithsonian Institution Press.
Hutan Wehea Raih Penghargaan Internasional (2008, Oktober 22). Kompas. https://nasional.kompas.com/read/2008/10/22/09094242/hutan.wehea.raih.penghargaan.internasional.
Kalpataru untuk Lembaga Adat Dayak Wehea (2009, Juni 2). Kompas. https://megapolitan.kompas.com/read/2009/06/02/17363532/kalpataru.untuk.lembaga.adat.dayak.wehea
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 11/Menhut-II/2009 tentang Sistem Silvikultur Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi. (2009). https://jdih.mkri.id/mg58ufsc89hrsg/P11_09.pdf
Pokja KEE Wehea-Kelay. (2016). Pengelolaan kawasan ekosistem esensial koridor orangutan bentang alam Wehea-Kelay di Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. I. Yassir & E. Sudiono (Ed.). The Nature Conservancy.
Utami-Atmoko, S., Traylor-Holzer, K., Rifqi, M. A., Siregar, P. G., Achmad, B., Priadjati, A., Husson, S., Wich, S., Hadisiswoyo, P., & Saputra F. (2019). Orangutan population and habitat viability assessment 2019 (Final Report). Ministry of Environment and Forestry of Indonesia and IUCN/SSC Conservation Planning Specialist Group. https://www.cbsg.org/sites/cbsg.org/files/documents/2016%20Orangutan%20PHVA.pdf
Xu, X., & Arnason, U. (1996). The mitochondrial DNA molecule of sumatran orangutan and a molecular proposal for two (Bornean and Sumatran) species of orangutan. J Mol Evol, 43, 431–437. https://doi.org/10.1007/BF02337514
Yuwono, E. H., Susanto, P., Saleh, C., Andayani, N., Prasetyo, D., & Utami-Atmoko, S. S. (2007). Petunjuk teknis penanganan konflik manusia-orang utan di dalam dan sekitar perkebunan kelapa sawit. WWF Indonesia. https://rspo.org/publications/download/56f109ed4ebdae6
Alikodra, H. S., & Srimulyaningsih, R. (2015). Populasi bekantan di Rawa Gelam. Dalam H. S. Alikodra, Efransjah, M. Bismark (Ed.), Bekantan: Perjuangan melawan kepunahan. IPB Press.
Bismark, M., & Iskandar. S. (2002). Kajian total populasi dan struktur sosial bekantan (Nasalis larvatus) di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Bul. Pen. Hut., 631, 17–29.
Iskandar. S., Alikodra, H. S., Bismark, M., & Agus, P. K. (2017). Status populasi dan konservasi bekantan (Nasalis larvatus Wurmb. 1787) di habitat Rawa Gelam, Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 14(2), 123–132. https://doi.org/10.20886/jphka.2017.14.2.123-132
Iskandar, S., Alikodra, H. S., Bismark, M., & Agus, P. K. (2016). Daily activity of proboscis monkey (Nasalis larvatus Wurmb. 1878) in disturbed and degraded habitat of peat swamp-riparian ecosystem of rawa gelam, at Tapin Regency, South Kalimantan-Indonesia. International Journal of Science: Basic and Applied Research, 29(3), 261–277. https://gssrr.org/index.php/JournalOfBasicAndApplied/article/view/6289
Jolly, C. J. (1972). The classification and natural history of Theropithecus (Simopithecus) (Andrews, 1916) babbons of the African Plio-Pleistocene. Bull. Brit. Mus. Nat. Hist. Geol., 22, 1-123.
Manansang, J., Traylor-Holzer, K., Reed, D., & Leus, K. (2005). Indonesian proboscis monkey population and habitat viability assessment [Final Report]. IUCN/SSC Conservation Breeding Specialist Group.
Meijaard, E., & Nijman, V. (2000). Distribution and conservation of proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Kalimantan Indonesia. Biol. Conserv., 92, 15–24. https://doi.org/10.1016/S0006-3207(99)00066-X
Milton, K. (1981). Food choice and digestive strategies of two sympatric primate species. Am. Nat., 117(4), 495–505. https://www.jstor.org/stable/2460457
Napier, J. R., & Napier, P. H. (1985). The natural history of the primates. The M.I.T Press
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (2018). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.106_tahun_2018_Jenis_TSL_dilindungi_.pdf
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa. (1999). https://peraturan.bpk.go.id/Details/54143/pp-no-7-tahun-1999
Salter, R. E., Mackenzie, N. A., Nightingale, N., Aken, K. M., & Chai, P. K. (1985). Habitat use, ranging behavior, food habits of proboscis monkeys (Nasalis larvatus Wurmb.) in Sarawak. Primates, 26(4), 436–451. https://doi.org/10.1007/BF02382458
Soendjoto, M. A. (2005). Adaptasi bekantan (Nasalis larvatus) terhadap hutan karet: Studi kasus di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan [Disertasi tidak diterbitkan]. Institut Pertanian Bogor.
Soendjoto, M. A., Akhdiyat, M., Hatami, & Kusumajaya, I. (2001). Persebaran dan tipe habitat bekantan (Nasalis larvatus) di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Media Konservasi, 7(2), 55–61. https://doi.org/10.29244/medkon.7.2.%25p
Soendjoto, M. A., Alikodra, H. S., Bismark, M., & Setijanto, H. (2005). Vegetasi tepi baruh pada habitat bekantan (Nasalis larvatus) di hutan karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Biodiversitas, 6(1), 40–44. https://doi.org/10.13057/biodiv/d060108
Soendjoto, M. A., Budiarto, C., Muhardiansyah, H., & Mahrudin. (2013, 20–21 November 2013). Sebaran dan status bekantan (Nasalis larvatus) di luar kawasan konservasi di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan [Presentasi Makalah]. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Ekologi dan Konservasi, Universitas Hasanuddin.
Austin, K. G., Mosnier, A., Pirker, J., McCallum, I., Fritz, S., & Kasibhatla, P. S. (2017). Shifting patterns of oil palm driven deforestation in Indonesia and implications for zero-deforestation commitments. Land Use Policy, 69, 41–48. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2017.08.036
Forman, R. T. T., & Godron, M. (1986). Landscape Ecology. John Wiley and Sons Ltd.
Gaveau, D. L. A., Sheil, D., Husnayaen, Salim, M. A., Arjasakusuma, S., Ancrenaz, M., Pacheco, P., & Meijaard, E. (2016). Rapid conversions and avoided deforestation: Examining four decades of industrial plantation expansion in Borneo. Scientific Reports, 6, 1–13. https://doi.org/10.1038/srep32017
Gunarso, P., Hartoyo, M. E., Agus, F., & Killeen, T. (2013). Oil palm and land use change in Indonesia, Malaysia and Papua New Guinea. Reports from the Technical panels of the 2nd Greenhouse Gas Working Group of Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Hitchman, S. M., Mather, M. E., Smith, J. M., & Fencl, J. S. (2018). Identifying keystone habitats with a mosaik approach can improve biodiversity conservation in disturbed ecosystems. Global Change Biology, 24, 308–321. https://doi.org/10.1111/gcb.13846
Hwang, Y. T., & Larivière, S. (2003). Mydaus javanensis. Mammalian Species, 723, 1–3. http://www.jstor.org/stable/3504440
Koh, L.P., & Wilcove, D. S. (2008). Is palm oil agriculture really destroying tropical biodiversity?. Conservations Letter, 1, 60–64. https://doi.org/10.1111/j.1755-263X.2008.00011.x
Kwatrina, R. T. (2018). Efektifitas areal nilai konservasi tinggi dalam konservasi keanekaragaman hayati di lanskap perkebunan kelapa sawit: Studi kasus di Kalimantan Tengah [Disertasi tidak diterbitkan]. Institut Pertanian Bogor.
Kwatrina, R. T., Santosa, Y., & Sunkar, A. (2019). The use spatial analysis in confirming the environmental issue on oil palm and biodiversity. AIP Conference Proceedings 2120. 040006. http://doi.org/10.1063/1.5115644.
Long, C. A. & Killingley, C. A. (1983). The Badger of the World. Springfield, Illinois.
Meijaard, E., Odom, K., Kwatrina, R. T., Nardiono, & Santosa, Y. (2019). Records of Sunda stink-badger Mydeus javanicus confirm the species’ presence across the Indonesian Borneo. Small Carnivore Conservation 57, 20–24.
Molotoks, A., Kuhnert, M., Dawson, T. P., & Smith, P. (2017). Global hotspot of conflict risk between food security and biodiversity conservation. Land. 6(67). https://doi.org/10.3390/land6040067
Nowak, R. M. (1999). Walker, s Mammals of the World. Johns Hopkins University Press.
Santosa, Y., Sunkar, A., Erniwati, & Purnamasari, I. (2016). Sejarah perkembangan status, penggunan lahan dan keanekaragaman hayati kebun kelapa sawit Indonesia [Laporan Riset]. Badan Pengelola Dana Perkebunan kelapa Sawit dan Lembaga Penelitian Pengabdian Kepada Masyarakat.
Odum, E. P. (1971). Fundamentals of ecology. WB Saunders Company.
Rustam, & Giordano, A. J. (2014). Records of Sunda Stink-badger Mydaus javanensis from Rajuk Forest, Malinau, North Kalimantan, Indonesia. Small Carnivore Conservation 50, 74–76.
Samejima, H., Meijaard, E., Duckworth, J. W., Yasuma, S., Hearn, A. J., Ross, J., Mohamed, A., Alfred, R., Bernard. H., Boonratana, R., Pilgrim, J. D., Eaton, J., Belant, J. L., Kramer-Schadt, S., Semiadi, G., & Wilting, A. (2016). Predicted distribution of the Sunda Stink-badger Mydaus javanensis (Mammalia: Carnivora: Mephitidae) on Borneo. The Raffles Bulletin of Zoology Supplement, 33, 61–70.
U.Name.Me. (2018). Mydaus javanensis. https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/57/Mydaus_javanensis.jpg/800px-Mydaus_javanensis.jpg?20181129133400
Vijay, V., Pimm, S. L., Jenkins, C. N., & Smith, S. J. (2016). The impacts of oil palm on recent deforestation and biodiversity loss. Plos One 11 (7), e0159668. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0159668
Wiens, J. A. (1995). Landscape mosaics and ecological theory. Dalam L. Hansson, L. Fahrig, G. Merriam (Ed.), Mosaic landscapes and ecological processes. Springer, Dordrecht. https://doi.org/10.1007/978-94-011-0717-4_1
Wong, S. T., Belant, J. L., Sollmann, R., Mohamed, A., Niedballa, J., Mathai, J., Meijaard, E., Street, G. M., Kissing, J., Mannan, S., & Andreas Wilting. (2018). Habitat associations of the Sunda stink-badger Mydaus javanensis in three forest reserves in Sabah, Malaysian Borneo. Mammalian Biology, 88, 75–80. https://doi.org/10.1016/j.mambio.2017.11.010
Barker, D. G., Barker, T. M., Davis, M. A., & Schuett. G. W. (2015). A review of the systematics and taxonomy of Pythonidae: an ancient serpent lneage. Zoological Journal of the Linnean Society, 175, 1–19. https://doi.org/10.1111/zoj.12267
Das, I. (2015). Field guide to the reptiles of South East Asia. Bloomsbury Publishing.
Enok, S., Simonsen, L. S., Wang, T. (2013). The contribution of gastric digestion and ingestion of amino acids on the postprandial rise in oxygen consumption, heart rate and growth of visceral organs in pythons. Comparative Biochemisty and Physiology Part A, 165, 46–53. https://doi.org/10.1016/j.cbpa.2013.01.022. Epub 2013 Feb 4.
Mattison, C. (2005). Encyclopedia of reptiles and amphibians: an essential guide to reptiles and amphibians of the world. The Grange Books.
Mexico, T. (2008). Python reticulatus. Diakses pada 6 Maret, 2020, dari http://animaldiversity.ummz.umich.edu
Orr, T. B. (2015). Reticulated python. Cherry Lake.
Rawlings, L. H. Rabosky, D. L., Donnellan, S. C., & Hutchinson, M. N. (2008). Python phylogenetics: inference from morphology and mitochondrial DNA. Biological Journal of the Linnean Society, 93(3), 603–619. https://doi.org/10.1111/j.1095-8312.2007.00904.x
Relox, R. E., Emmanuel, P. L., & Fritzie, B. A. C. (2011). Herpetofaunal endemism and diversity in tropical forests of Mt. Hamiguitan in the Philippines. Herp. Cons. Biol. 6(1), 107-113. http://www.herpconbio.org/Volume_6/Issue_1/Relox_etal_2011.pdf
Sihombing, V. S., & Takandjandji, M. 2019. Karakterikstik habitat, parameter demografi dan tata niaga ular sanca batik (Python reticulatus) di Kalimantan Timur. IPB Press.
Takandjandji, M., Gunawan, H., & Sihombing, V. S. (2018). Rapid assessment method for population estimation of softshell turtle (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) and reticulated python (Python reticulatus Schneider, 1801). Biodiversitas 19, 265–271. https://doi.org/10.13057/biodiv/d190136
BirdLife International. (2019a). Chloropsis sonnerati. The IUCN Red List of Threatened Species 2019: e.T22704950A156863893. Diakses pada 12 September 2020.
BirdLife International. (2019b). Chloropsis cochinchinensis. The IUCN Red List of Threatened Species 2019: e.T103775551A156811213. Diakses pada 12 September 2020.
BirdLife International. (2016). Chloropsis cyanopogon. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e.T22704953A93992611. Diakses pada 12 September 2020.
Biro Humas KLHK. (2018). Presiden lepas liarkan burung, KLHK: akan digelar se-indonesia. Siaran Pers Nomor : SP. 131/HUMAS/PP/HMS.3/03/2018. http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/4087/presiden-lepas-liarkan-burung-klhk-akan-digelar-se-indonesia.
Chng, S. C. L., Eaton, J. A., & Miller, A. E. (2017). Greater green leafbirds: The trade in South-east Asia with a focus in Indonesia. Traffic Bulletin, 29(1), 4–8
Ginanjar, D. (2020, 4 Januari). 178 cucak hijau dan cucak jenggot dikirim ke taman nasional Kutai. Jawa Pos. https://www.jawapos.com/surabaya/04/01/2020/178-cucak-hijau-dan-cucak-jenggot-dikirim-ke-taman-nasional-kutai/
Moltesen, M., Irestedt, M., Fjeldsa, J., Ericson, P. G. P., & Jonsson, K. A. (2012). Molecular phylogeny of Chloropseidae and Irenidae–Cryptic species and biogeography. Molecular Phylogenetics and Evolution, 65, 903–914.
Perputaran Bisnis Penangkaran Burung Tembus Rp 2 Triliun. (10 Agustus 2020). liputan6.com. https://www.liputan6.com/bisnis/read/4327278/perputaran-bisnis-penangkaran-burung-tembus-rp-2-triliun
Rosadi, S. (2019, 20 November). Penyelundupan 45 burung khas Kalimantan ke Parepare digagalkan petugas karantina. Merdeka. https://www.merdeka.com/peristiwa/penyelundupan-45-burung-khas-kalimantan-ke-parepare-digagalkan-petugas-karantina.html.
Suba, R. B., Rakhman, A., & Rustam. (2011). Pola kecenderungan penangkapan burung-burung liar bernilai ekonomis dan implikasi konservasinya: Studi kasus di Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Berita Biologi, 10(6), 797–806.
Sucipto. (2020, 5 Juni). Penjual 167 cucak hijau secara daring ditangkap di Samarinda. Kompas. https://kompas.id/baca/humaniora/2020/06/05/penjual-167-cucak-hijau-secara-daring-ditangkap-di-samarinda/
Sutriyanto, E. (2018, 16 November). 80 Ekor burung cucak ijo gagal diselundupkan lewat Pelabuhan Semayang. Tribunnews.com. https://www.tribunnews.com/regional/2018/11/16/80-ekor-burung-cucak-ijo-gagal-diselundupkan-lewat-pelabuhan-semayang
Utomo, D.P. (2018, 8 November). 481 ekor burung selundupan dari balikpapan gagal masuk Surabaya. Detik News. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4292775/481-ekor-burung-selundupan-dari-balikpapan-gagal-masuk-surabaya.
Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. (1990). https://peraturan.bpk.go.id/Details/46710/uu-no-5-tahun-1990
Satwa dilindungi disita KLHK: Cucak hijau, kakatua jambul, tiong mas hingga poksai sumatra. (2019, 18 November). Prokal. https://kaltim.prokal.co/read/news/363634-97-satwa-dilindungi-disita-klhk.html
Burton, J. A., & Nietsch, A. (2010). Geographical variation in duet songs of Sulawesi tarsiers: Evidence for new cryptic species in south and southeast Sulawesi. International Journal of Primatology, 31(6), 1123–1146. DOI: 10.1007/s10764-010-9449-8
Crompton, R. H., Blanchard, M. L., Coward, S., Alexander, R. M., & Thorpe, S. K. (2010). Vertical clinging and leaping revisited: Locomotion and habitat use in the Western Tarsier, Tarsius bancanus explored via loglinear modeling. International Journal of Primatology, 31(6), 958–979. doi:10.1007/s10764-010-9420-8
Farida, W. R., Wardani, K. K., Tjakradidjaja, A. S., & Diapari, D. (2008). Feed consumption and utilisation in female western tarsier (Tarsius bancanus) in captivity. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 9(2). DOI: 10.13057/biodiv/d090214
Fleagle, J. G. (2013). Primate adaptation and evolution. Academic press.
Gursky, S. (2000). Effect of seasonality on the behavior of an insectivorous primate, Tarsius spectrum. In. J. of Primatology, 21(3), 477–495. DOI: 10.1023/A:1005444020059
Hadiatry, M. (2003). Tingkah laku tarsius (Tarsius spectrum) di dua lokasi penangkaran di Bogor [Skripsi tidak diterbitkan]. Institut Pertanian Bogor.
Jablonski, N. G., & Crompton, R. H. (1994). Feeding behavior, mastication, and tooth wear in the western tarsier (Tarsius bancanus). International Journal of Primatology, 15(1), 29–59. https://doi.org/10.1007/BF02735233
Kappeler, P. M. (2012). The behavioral ecology of strepsirrhines and tarsiers. Dalam J. C. Mitani, J. Call, P. M. Kappeler, R. A. Palombit, J. B. Silk (Ed.), The Evolution of Primate Societies (17–42). University of Chicago Press.
Nijman, V., & Nekaris, K. (2010). Checkerboard patterns, interspecific competition, and extinction: lessons from distribution patterns of tarsiers (Tarsius) and slow lorises (Nycticebus) in insular Southeast Asia. International Journal of Primatology, 31(6), 1147–1160. DOI: 10.1007/s10764-010-9458-7
Polyak, S. (1957). The vertebrate visual system (Vol. 277). University of Chicago Press.
Roos, C., Boonratana, R., Supriatna, J., Fellowes, J. R., Rylands, A. B., & Mittermeier, R. A. (2013). An updated taxonomy of primates in Vietnam, Laos, Cambodia and China. Vietnamese J. of Primatology, 2(2), 13–26. http://www.primate-sg.org/vjp22/
Shekelle, M., & Leksono, S. M. (2019). Strategi konservasi di Pulau Sulawesi dengan menggunakan tarsius sebagai flagship spesies. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 9(1), 1–10. https://doi.org/10.24002/biota.v9i1.2791
Williams, E., Cabana, F., & Nekaris, K. (2015). Improving diet and activity of insectivorous primates in captivity: Naturalizing the diet of Northern Ceylon gray slender loris, Loris lydekkerianus nordicus. Zoo Biology, 34(5), 473–482. doi: 10.1002/zoo.21231
Arini, D. I. D., & Kafiar, Y. (2014). Preferensi pakan Anoa (Bubalus sp.) di penangkaran Balai Penelitian Kehutanan Manado. Jurnal Wasian, 1(2), 83–90.
Burton, J. A., Hedges, S., & Mustari, A. H. (2005). The taxonomic status, distribution and conservation of the lowland anoa Bubalus depressicornis and mountain anoa Bubalus quarlesi. Mammal Review, 35(1), 25–50. https://doi.org/10.1111/j.1365-2907.2005.00048.x
Direktorat Jenderal Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam (PJLWA). (2007). Pedoman pendidikan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Departemen Kehutanan.
Mustari, A. H. (2019). Ekologi, perilaku dan konservasi anoa (1st ed.). IPB Press. https://www.researchgate.net/publication/339788077
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (2018). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.106_tahun_2018_Jenis_TSL_dilindungi_.pdf
Rachman, M. (2012). Konservasi nilai dan warisan budaya. Indonesian Journal of Conservation, 1(1), 30–39. DOI: https://doi.org/10.15294/ijc.v1i1.2062
Suryaningsih, R., Arini, D.I.D., Kinho, J., Halawane, J.E., Suryawan, A., Mayasari, A., Cristita, M., & Simamora, T.A.J. (2018). Nilai kemanfaatan Anoa Breeding Center ditinjau dari motivasi pengunjung. Prosiding seminar nasional meningkatkan sinergitas dalam upaya pelestarian sumber daya alam, Manado: 24 Oktober 2018. 49–62.
Alamendah. (2009, 12 Oktober). Burung maleo si langka anti poligami. Alamendah. https://alamendah.org/2009/10/12/burung-maleo-si-langka-anti-poligami/comment-page-10/
Baker, G. C. (2002). Conservation status of maleo Macrocephalon maleo nesting grounds: an update. Megapode Newsletter, 16, 4–6.
BirdLife International. (2020). Species factsheet: Macrocephalon maleo. Diakses pada 23 Juni, 2020, dari http://www.birdlife.org.
BirdLife International. (2016). Macrocephalon maleo. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e.T22678576A92779438. Diakses pada 22 June, 2020, dari https://www.iucnredlist.org/species/22678576/194673255.
Butchart, S. H. M., & Baker, G. C. (2000). Priority sites for conservation of Maleos (Macrocephalon maleo) in central Sulawesi. Biological Conservation, 94(1), 79–91.
Dekker, R. W. R. J., Fuller, R. A., & Baker, G. C. (2000.) Megapodes. Status Survey and Conservation Action Plan 2000-2004. IUCN and World Pheasant Association, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.
Dua puluh dua provinsi belum selesaikan rencana tata ruang wilayah. (2010, 4 Agustus). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. https://pu.go.id/berita/22-provinsi-belum-selesaikan-rencana-tata-ruang-wilayah
Filatelis Indonesia. (2012, 5 September). prangko hari cinta puspa dan satwa tahun 1995. Filatelis Indonesia. https://filatelisindonesia.wordpress.com/2012/09/05/prangko-hari-cinta-puspa-dan-satwa-tahun-1995/
Gunawan, H. (2014). Dampak rencana pembangunan jalan melintasi kawasan lindung terhadap keseimbangan ekosistem dan habitat. Makalah disampaikan pada National Inception Workshop dengan tema “Membangun ketahanan hutan hujan tropis sumatera untuk mitigasi perubahan iklim and keanekaragaman hayati”, UNESCO-Pokja Wardun, Medan, 23–24 September 2014.
Gunawan, H. (2000). Strategi burung maleo (Macrocephalon maleo SAL. MULLER 1846) dalam seleksi habitat tempat bertelurnya di Sulawesi [Tesis tidak diterbitkan]. Institut Pertanian Bogor.
Gunawan, H., & Sugiarti. (2014). Perlunya penunjukkan kawasan konservasi baru untuk mengantisipasi degradasi keanekaragaman hayati akibat perubahan RTRW di kawasan Wallacea (Lesson Learnt inisiasi pengusulan Taman Nasional Mekongga, Sulawesi Tenggara). Bio Wallacea 1(3), 122–123. http://jurnal.unram.ac.id/index.php/ Biowallacea/article/view/766
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2018). Statistik Direktorat Jenderal KSDAE. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Nurudin. (2011, 20 Oktober). Maskot Tumbuhan dan Satwa dari Sulawesi Tengah. Noerdblog. https://noerdblog.wordpress.com/2011/10/20/emaskot-tumbuhan-dan-satwa-dari-sulawesi-tengah/
Pemerintah Kabupaten Banggai. (t.t.). Lambang Daerah Kabupaten Banggai. Diakses pada 17 Maret, 2022, dari http://beranda.banggaikab.go.id/lambang-daerah/
Pemerintah Kabupaten Banggai. (t.t). Lambang Daerah Kabupaten Banggai. Diakses pada 17 Maret, 2022, dari https://beranda.banggaikab.go.id/banggaikonten/uploads/2017/02/logo_kab-bgi-warna1.jpg
Pemerintah Kabupaten Boalemo. (t.t.) Profil sejarah Kabupaten Boalemo. Diakses pada 17 Maret, 2022, dari http://www.boalemokab.go.id/
Pemerintah Kabupaten Boalemo. (t.t.). Profil sejarah Kabupaten Boalemo. Diakses pada 22 Maret, 2022, dari https://boalemokab.go.id/logo.png
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi
Peraturan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Nomor 1 Tahun 2005 Seri E Nomor 1 Tentang Lambang Daerah Kabupaten Tojo Una-Una. (2005). https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/74976/perda-kab-tojo-una-una-no-1-tahun-2005
Taman Nasional Boganinani Wartabone. (t.t.) Profil Sejarah Taman Nasional Boganinani Wartabone. Diakses pada 15 April, 2022, dari http://www.boganinaniwartabone.org/portal/sejarah
Taman Nasional Boganinani Wartabone (t.t). Profil Sejarah Taman Nasional Boganinani Wartabone. Diakses pada 15 April, 2022, dari https://www..org/uploads/kontakkami/isi201905034616.jpg
Amama, F. P. (2006, 30 Oktober). Burung-burung yang “berlayar” (jejak-jejak perdagangan nuri talaud). Inlanderz. http://inlanderz.blogspot.com/2006/10/burung-burung-yang-berlaya_116220336130483615.html
Arini, D. I. D., Pudyatmoko, S., & Poedjirahajoe, E. (2017). Seleksi pohon tidur burung nuri talaud (Eos histrio Muller, 1776) di Pulau Karakelang Sulawesi Utara. Jurnal penelitian kehutanan Wallacea 6(1), 61–71.
Beehler, B. M., Pratt, T. K., & Zimmerman, D. A. (2001). Burung-burung di kawasan Papua. Puslitbang Biologi LIPI.
Lee, R. J., Riley, J., Merrill, R., & Manoppo, R. P. (2001). Keanekaragaman hayati dan konservasi di Sulawesi Utara. WCS-IP dan NRM.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (2018). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.106_tahun_2018_Jenis_TSL_dilindungi_.pdf
Roesone. (2014). Boneka maskot Porkab KORPRI Talaud 2014 burung nuri. https://roesone.com/wp-content/uploads/2014/06/Boneka-Maskot-PORKAB-KORPRI-Talaud-2014-Burung-Nuri.jpg
MacKinnon, J., Philips, K., & Van Balen, B. (1998). Burung-burung di Sumatera, Jawa Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI, Birdlife International Programme.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 57 Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008–2018. (2008). https://legalitas.org/download/write_pdf.php?url=pdf/peraturan_menteri/kementerian_kehutanan/2008/Peraturan-Menteri-Kementerian-Kehutanan-P.57-MENHUT--II-2008-tahun-2008.pdf
Snyder, N., McGowan, P., Gilard, J., & Grajal, A. (2000). Parrots. status survey and conservation action plan. Glan, Switzerland and Cambridge. IUCN.
White, C.M.N., & Bruce, M.D. (1986) The birds of Wallacea (Sulawesi, The Mollucas and Lesser Sunda Islands Indonesia). British Ornithologist’ Union.
Andrew, P., & Holmes, D. A. (1990). Sulawesi bird report. Kukila, 5(1), 4–26. http://kukila.org/index.php/KKL/article/view/78
BirdLife International. (2016). Trichoglossus ornatus. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e.T22684531A93034664. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-3.RLTS.T22684531A93034664.en. Diakses pada 17 Maret 2023.
Boinau, J., Layuk, D. S., & Puspaningrum, D. (2020). Keanekaragaman jenis burung pada berbagai tipe habitat perkebunan kakao. Gorontalo Journal of Forestry Research, 3(1), 11–22. https://doi.org/10.32662/gjfr.v3i1.796
Bororing, R., Hunowu, I., Hunowu, Y., Maneasa, E., Mole, J., Nusalawo, M., & Wangko, M. (2011). Birds of the manembonembo nature reserve, North Sulawesi, Indonesia. Kukila, 11, 58–72. http://kukila.org/index.php/KKL/article/view/227
CITES. (2020). Species data base: CITES species list. Diakses pada 10 April, 2022, dari http://www.speciesplus.net.
Coates, B. J., Bishop, K. D., & Gardner, D. (2000). Panduan lapangan: burung-burung di kawasan wallacea: Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Indonesia: Birdlife International-Indonesia Programmed and Dove Publication Pty. Ltd.
Gibbs, D. (1990). Wallacea. Unpublished site guide for birdwatchers
Gunawan, H., Putri, I. A., & Qiptiyah, M. (2005). Keanekaragaman jenis burung di Wanariset Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 2(3), 241–250. https://doi.org/10.20886/jphka.2005.2.3.241-250
Holmes, D., & Phillips, K. (1999). Burung-burung di Sulawesi. Birdlife International Indonesia Programme-LIPI.
Jamili, A., & Amnawati, W. O. (2014). Keanekaragaman jenis burung pada hutan mangrove di Kawasan sungai Lanowulu Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara. Biowallacea, 1(2), 71–81. http://dx.doi.org/10.33772/biowallacea.v1i2.132
Kelly, D., & Marples, N. (2010). Bird population of the Wakatobi. Dalam Clifton, J., Unsworth, R.K.F., Smith, D,J, (eds). Environmental Science, Engineering and Technology Series. Marine research and conservation in the Coral Triangel, The Wakatobi National Park. Operation Wallacea. Nova.
Khaeruddin, I. (2007). TNC finds new plant species in Central Sulawesi. Forest Science News, 3(12), 1.
Kinnaird, M. F. (2002). Sulawesi utara: Sebuah Panduan sejarah alam. Yayasan Pengembangan Wallacea.
Krell, R. (1996). Value-Added Products From BeeKeeping. Diakses pada 26 Mei 2010, dari http://www.fao.org/docrep/w0076e/w0076e00.HTM.
Martin, T. E., & Blackburn, G. A. (2010). Impacts of tropical forest disturbance upon avifauna on a small island with high endemism: implications for conservation. Conservation and Society, 8(2), 127–139. https://doi.org/10.4103/0972-4923.68914
Nurdiansyah, Labiro, E., & Sustri. (2019). Kesamaan komunitas burung di Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Warta Rimba, 7(3), 137–146.
O’Connell, D. P. (2018). Avian speciation and biodiversity in South-east Sulawesi, Indonesia: drivers of diversification [Disertasi tidak diterbitkan]. The University of Dublin.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (2018). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.106_tahun_2018_Jenis_TSL_dilindungi_.pdf
Prahara, W. (2003). Pemeliharaan dan penangkaran burung paruh bengkok yang dilindungi. Penebar Swadaya.
Prijono, S. N., & Handini, S. (1999). Memelihara, menangkar dan melatih nuri. Penebar Swadaya.
Pudjihastuti, E., Pangemanan, S. P., & Kaunang, C. L. (2007, 3–6 Mei). A study of carcass and meat chemical composition of babirusa (Babyrousa babyrussa celebensis Deniger) [Presentasi Makalah]. Proceeding of the Mini Workshop Southeast Asia Germany Alumni Network (SEAG)“Empowering of Society through the Animal Health and Production Activities with the appreciation to the Indigenous Knowledge”. Kota, Negara
Putri, I. A. (2006). Preferensi dan konsumsi pakan berprotein tinggi pada burung perkici dora (Trichoglossus ornatus Linne 1758) dalam Penangkaran. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 3(3), 259–270. https://doi.org/10.20886/jphka.2006.3.3.259-270
BKSDA Maluku. (2019). Rekomendasi evaluasi kesesuaian fungsi SA Masbait Tahun 2019. Balai KSDA Maluku.
Brooks, T., Mittermeier, R., da Fonseca, G. A., Gerlach, J., Hoffman, M., Lamoreux, J. F., Mittermeier, C. G., Pilgrim, J. D., & Rodrigues, A. S. L. (2006). Global biodiversity conservation priorities. Science 313, 58–62. https://doi.org/10.1126/science.1127609
Clark, J. S. (2007). Models for ecological data: An introduction. Princeton University Press
Dschwen. (2010). BabirusaGray. https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7b/BabirusaGray.jpg
Eaton, J. A., & Hutchinson, R. O. (2015). Surveys on Buru and Taliabu fail to reveal sign of babirusa. Ecology and Conservation, 27–28.
Macdonald, A. A., Burton, J., & Leus, K. (2008). Babyrousa babyrussa. The IUCN Red List of Threatened Species 2008: e.T2461A9441445. https://dx.doi.org/ 10.2305/IUCN.UK. 2008.RLTS. T2461A9441445.en. Diakses pada 28 September 2020 dari https://www.iucnredlist.org/species/2461/9441445.
Macdonald, A. A., & Pattikawa, M. J. (2017). Babirusa and other pigs on Buru Islands, Maluku, Indonesia–New Findings. Suiform Sounding 16(1), 5–18.
Margules, C., & Pressey, R. (2000). Systematic Conservation Planning. Nature, 405, 243–253. https://doi.org/10.1038/35012251
Meijaard, E., d’Huart, J. P., & Oliver, W. L. R. (2011). Family Suidae (pigs). dalam D. E. Wilson, R. A. Mittermeier (Ed.). Handbook of the mammals of the world, Vol 2. Barcelona, Spain, Lynx Edicions; p. 248–291.
Meijaard, E., & Groves, C. (2002). Proposal for taxonomic changes within the genus Babyrousa. Asian Wild Pig News 2(1), 9–10.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P. 55/Menhut-II/2013 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Babirusa (Babyrousa Babyrussa) Tahun 2013–2022. (2013). https://jdih.menlhk.go.id/new2/uploads/files/P.55%20(4).pdf
Tjiu, B., & Macdonald, A. A. (2016). Babirusa (Babyrousa babyrussa). Suiform Soundings 15(1), 20–16.
Verbelen, F. (2003). Short communication: Babirusa sightings on Taliabu and Buru. Asian Wild Pig News 3, 13.
BirdLife International. (2018). Nisaetus floris (amended version of 2017 assessment). The IUCN Red List of Threatened Species 2018: e.T22732096A125448523. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK. 2017-3.RLTS.T22732096A125448523.en. Downloaded on 22 July 2020.
BKSDA Nusa Tenggara Barat. (2019). Upaya konservasi elang flores melalui penyusunan strategi dan rencana aksi konservasi. http://ksdae.menlhk.go.id/info/5747/upaya-konservasi-elang-flores-melalui-penyusunan-strategi-dan-rencana-aksi-konservasi.html
Gjershaug, J. O., Kvaløy, K., Røv, N., Pwariradilaga, D. M., Suparman, U., & Rahman, Z. (2004). The taxonomic status of flores hawk eagle spizaetus floris. Forktail 20, 55–62.
Jempau, A. (2018, 7 Desember). Perburuan satwa masif, warga Kota Ruteng: Pemda segera buatkan Perda. Floresa. https://floresa.co/2018/12/07/perburuan-satwa-masif-warga-kota-ruteng-pemda-segera-buatkan-perda/
Kuspriyangga, & Hidayat, O. (in prep). Breeding Ecology of Flores Hawk-eagle (Nisaetus floris) at Wolojita, Ende, East Nusa Tenggara, Indonesia.
Lee, A. (2012, 15 Juli). Perangko burung terancam punah diluncurkan. Kompas. https://amp.kompas.com/internasional/read/2012/07/15/13030175/perangko.burung.terancam.punah.diluncurkan
Litbang KLHK. (2020). Gandeng BUMN, BP2LHK Kupang jajaki kerja sama konservasi satwa endemik NTT. Diakses pada. https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3038/gandeng-bumn-bp2lhk-kupang-jajaki-kerja-sama-konservasi-satwa-endemik-ntt
Morrison, J. (t.t.). Southeastern Asia: Lesser Sundas Islands, Indonesia. Diakses pada 12 April, 2022, dari https://www.worldwildlife.org/ecoregions/aa0201
Monk, K.A., De Fretes, Y., & Reksodihardjo-Lilley, G. (1997). The ecology of Nusa Tenggara and moluccas: Ecology of Indonesian series Vol. V. Prenhallindo.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional tahun 2008–2018. (2008). https://legalitas.org/download/write_pdf.php?url=pdf/peraturan_menteri/kementerian_kehutanan/2008/Peraturan-Menteri-Kementerian-Kehutanan-P.57-MENHUT--II-2008-tahun-2008.pdf
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (2018). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.106_tahun_2018_Jenis_TSL_dilindungi_.pdf
Raharjaningtrah, W., & Rahman, Z. (2004). Study on the distribution, habitat and ecology of Flores hawk-eagle Spizaetus cirrhatus floris in Lombok, Sumbawa, Flores, Komodo and Rinca Islands, Nusa Tenggara, Indonesia. Pro Natura Fund Annual Report Volume 13.
Suparman, U. (2013). Final report distribution, abundance and habitat selection of flores hawkeagle (Nisaetus floris) in Sumbawa Island, West Nusa Tenggara, Indonesia. West Java, Indonesia: Raptor Conservation Society.
Suparman, U. (2012). Final Report distribution, population and ecological aspect of flores hawk-eagle nisaetus floris in and around Flores Island, East Nusa Tenggara, Indonesia. West Java, Indonesia: Raptor Conservation Society.
Trainor. C., Verbelen, P., & Johnstone, R. E. (2012). The avifauna of alor and pantar, lesser Sundas, Indonesia. Forktail 28, 77–92.
Winasis, S., Hakim, L., & Imron, M. A. (2018). The utilization of burungnesia to detect citizen scientist participation preference in birding sites observation in Java Island. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies 6(1), 49–54.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2008 Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008–2018. (2008). https://legalitas.org/peraturan-menteri-kementerian-kehutanan-no-p-57-menhut-ii-2008-tahun-2008-tentang-arahan-strategis-konservasi-species-nasional-2008-2018
IUCN. (2000). The IUCN red list of threatened species. https://www.iucnredlist.org.
Kayat, Hidayatullah, M., Hidayat, O., & Naikulas, A. (2012). Karakteristik habitat dan dugaan populasi kura-kura leher ular rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994) di Pulau Rote [Laporan Hasil Penelitian]. Balai Penelitian Kehutanan Kupang.
Kayat, Saragih, G. S., da Silva, M. M., Hidayat, O., & Naikulas, A. (2015). Pemulihan populasi, pemanfaatan, dan konflik satwa liar di NTT [Laporan Hasil Penelitian]. Balai Penelitian Kehutanan Kupang.
Kayat, Saragih, G.S., Kurniadi, R., & Naikulas, A. (2010). Kajian habitat dan sebaran populasi kura-kura leher ular (Chelodina mccordi Rhodin, 1994) [Laporan Hasil Penelitian]. Balai Penelitian Kehutanan Kupang.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar. (2005). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.69_.pdf
Shepherd, C. R., & Ibarrondo, B. (2005). The trade of the Roti island snake-necked turtle Chelodina mccordi, Indonesia. TRAFFIC South East Asia. Petaling Jaya, Malaysia. https://www.traffic.org/site/assets/files/9695/the-trade-of-the-roti-island-snake-necked-turtle.pdf
Eisemberg, C. C., Rose, M., Yaru, B., & Georges A. (2011). Demonstrating decline of an iconic species under sustained indigenous harvest-the pig-nosed turtle (Carettochelys insculpta) in Papua New Guinea. Biol Conserv 144, 2282–2288. https://doi.org/10.1016/j.biocon.2011.06.005
Eisemberg, C. C., van Dijk, P. P., Georges, A., & Amepou, Y. (2018). Carettochelys insculpta. The IUCN Red List Of Threatened Species 2018: e.T3898A2884984. Diakses pada 4 September, 2020, dari http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2018-2.RLTS.T3898A2884984.en
Georges, A., Alacs, E., Pauza, M., Kinginapi, F., Ona, A., & Eisemberg, C. (2008). Freshwater turtles of the Kikori Drainage, Papua New Guinea, with special reference to the pig-nosed turtle, Carettochelys insculpta. Wildlife Res 35(7), 700–711. https://doi.org/10.1071/WR07120
Georges, A., Guarino, F., & Bito, B. (2006). Freshwater turtles of the TransFly region of Papua New Guinea–notes on diversity, distribution, reproduction, harvest and trade. Wildlife Research 33, 373–384. https://doi.org/10.1071/WR05087
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (2018). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.20_Jenis_TSL_.pdf
Triantoro, R. G. N. (2018). Kura-kura moncong babi: Status dan tantangan survey. Warta Matoa 5(1), 20–23.
Triantoro, R. G. N. (2016). Wilayah adat pemanenan telur labi-labi moncong babi dan pemanfaatan sumber makanan alami oleh suku lokal di Sungai Vriendschap Kabupaten Asmat, Papua. Prosiding Symbion, 257–267.
Triantoro, R. G. N. (2012). Ekologi peneluran dan intensitas pemanfaatan Labi-labi moncong babi (Carettochelys insculpta Ramsay 1886) di Sungai Vriendschap Kabupaten Asmat, Papua [Tesis tidak diterbitkan]. Institut Pertanian Bogor.
Triantoro, R. G. N., Kusrini, M. D., & Prasetyo, L. B. (2017). Intensitas perburuan dan pola perdagangan kura-kura moncong babi di Sungai Vriendschap, Kabupaten Asmat, Papua. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indonesia 3(3), 339–344.
Triantoro, R. G. N., & Yuliana, S. (2017). Jenis vegetasi pada pasir peneluran dan pengaruhnya terhadap keberadaan sarang kura-kura moncong babi di Kaimana, Papua. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indonesia 3(3), 287–293.
van Dijk, P. P., Iverson, J. B., Rhodin, A. G. J., Shaffer, H. B., & Bour, R. (2014). Turtles of the world, 7th edition: annotated checklist of taxonomy, synonymy, distribution with maps, and conservation status. In: A. G. J. Rhodin, P. C. H. Pritchard, van Dijk, P. P., R. A. Saumure, K. A. Buhlmann, J. B. Iverson, R. A. Mittermeier. (Ed.). Conservation Biology of Freshwater Turtles and Tortoises: A Compilation Project of the IUCN/SSC Tortoise and Freshwater Turtle Specialist Group. Chelonian Research Monographs, 5(7), 000.329–479, doi:10.3854/crm.5.000.checklist.v7, www.iucn-tftsg.org/cbftt/.
Atmoko, T., Sudiono, E., Rifqi, M. A., & Dharma, A. P. (2021). Praktik Terbaik Pengelolaan Habitat Satwa Terancam Punah Dalam Sekala Bentang Alam: Sebuah pembelajaran dari Kawasan ekosistem Esensial Wehea-Kelay. IPB Press.
Deere, N. J., Guillera-Arroitab, G., Swinfieldc, T., Milodowskie, D. T., Coomesc, D. A., Bernard, H., Reynolds, G., Daviesa, Z. G., & Struebig, M. J. (2020). Maximizing the value of forest restoration for tropical mammals by detecting three-dimensional habitat associations. PNAS 117(42), 26254–2626. www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.2001823117
Dirjen PKTL (2019). Data and information Indonesian forestry thematic mapping, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. https://geoportal.menlhk.go.id/~appgis/publikasi/Lainnya/Booklet%2C%20Leaflet%2C%20dan%20Brosur/Booklet%20Data%20dan%20Informasi%20Peta%20Tematik%20Kehutanan%202019%20%28English%29.pdf
Mardiastuti, A. (2018). Ekologi satwa : pada lanskap yang didominasi manusia. IPB Press.
Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor P.69/Menhut-II/2013 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 19/MENHUT-II/2005 Tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar. (2013). https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.69_.pdf
Tisdell, C. (2003). Economic aspects of ecotourism: wildlife-based tourism and its contribution to nature. Sri Lankan Journal of Agricultural Economics 5(1), 83–95. https://doi.org/10.4038/sjae.v5i0.3478
König, H. J., Kiffner, C., Kramer-Schadt, S., Fürst, C., Keuling, O., Ford, A. T. (2020). Human–wildlife coexistence in a changing world. Conservation Biology 34(4), 786–794. https://doi.org/10.1111/cobi.13513
Downloads
Published
Series
Categories
License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

























