Lontar Sri Tanjung: Kidung Kuno Ujung Timur Jawa
Keywords:
Lontar, Sri Tanjung, Manuskrip, Kidung, BanyuwangiSynopsis
SRI TANJUNG, sebuah puisi lirik Jawa Kuno, merentangkan romansa percintaan yang diliputi pertemuan, intrik, kemalangan, kisah penyucian jiwa, perjumpaan kembali, dan kebahagiaan. Kisah ini tidak hanya tertera dalam manuskrip, namun ia mewujud dalam bentuk pahatan relief, menjadi legenda etiologis, dan pernah hidup dalam ritual pelantunan tembang di ujung timur Jawa. Sri Tanjung diyakini merupakan kelanjutan dari cerita Sudamala, kisah lika-liku petualangan si kembar Pandawa, yaitu Sakula dan Sadewa. Sedangkan Sri Tanjung merupakan kisah lanjutan yang menceritakan keturunan si kembar Pandawa tersebut, Sri Tanjung dan Sidapaksa. Kedua kisah itu memiliki akar pada epos besar Mahabharata, yang tercatat sebagai salah satu hasil kebudayaan India kuno dan memiliki andil terhadap perkembangan kesusastraan Jawa pada umumnya.
Dalam wujud naskah, puisi Sri Tanjung diduga ditulis di mandala dan asrama sastra Blambangan, yang berkembang pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas. Larik-larik puisi yang dikenal sebagai kidung Sri Tanjung itu dianggap sebagai hasil sastra dan kebudayaan kerajaan Blambangan di ujung timur Jawa. Ketika dikuasai oleh VOC pada tahun 1770-an, wilayah Banyuwangi merupakan kepingan terakhir dari kerajaan Hindu Blambangan - sebuah kerajaan di ujung timur Jawa - yang berdasarkan legenda etiologisnya berkait erat dengan kisah Sri Tanjung.
Manuskrip Sri Tanjung terbagi setidaknya atas versi Bali dan versi Banyuwangi. Perbedaan naskah Sri Tanjung versi Banyuwangi dengan versi Bali, salah satunya adalah dalam pola pembagian pupuh. Semua naskah Sri Tanjung versi Bali memiliki bentuk yang sama, hanya menggunakan satu pupuh ukir, dengan bait panggalang di kawitan (bagian awal pupuh). Sedangkan Sri Tanjung Banyuwangi terdiri atas setidaknya empat pupuh berbeda (ukir, mijil, mahesa langit, dan durma). Buku ini merupakan tulisan pertama yang menulis secara lengkap transliterasi dan terjemahan atas manuskrip Sri Tanjung versi Banyuwangi.
Downloads
References
Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Aminoedin, Anis, Widodo Hs, Mansur Hasan & Zuchridin Suryawinata. 1986. Penelitian Bahasa dan Sastra dalam Naskah Cerita Sri Tanjung di Banyuwangi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arifin, Winarsih P. 1987. “Babad-babad Balambangan”. Dalam 10 Tahun Kerjasama Puslitnas Arkenas dan EFEO. Jakarta:
Proyek Penelitian Purbakala Depdikbud.
Arifin, Winarsih P. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta: EFEO & Bentang Budaya.
Arifin, Winarsih P. 1995. Babad Sembar : chroniques de l'est javanais. Paris: EFEO.
Arps, Bernard. 1990. “Singing the life of Joseph: An all-night reading of the lontar Yusup in Banyuwangi, East Java”, dalam
Indonesia and Malay World, No. 53 November 1990. DOI: 10.1080/03062849008729747.
Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
Baribin, R., Rahajoe, S., Ekowardono, B. K., Suharianto, S. & Indiatmoko, S. B. 1992. Inventarisasi Sastra Jawa Pesisir Sebelum Abad XX. Jakarta: Depdiknas.
Downloads
Published
Series
Categories
License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

























