Kearifan Lokal dalam Seni Reyog Ponorogo

Authors

Alip Sugianto
Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Keywords:

Kearifan Lokal, Reyog Ponorogo, Tari tradisional, Budaya

Synopsis

Reyog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional berupa tari yang berasal dari Jawa Timur. Reyog merupakan seni yang memadukan banyak unsur, mulai dari tari, musik, pencak silat, busana tradisional, hingga seni rias. Sebagai seni topeng terbesar di dunia, reyog beberapa kali mencuri perhatian masyarakat dunia, bahkan ada beberapa negara yang turut mengembangkan kesenian ini secara intens, seperti Malaysia, Suriname, Belanda, dan beberapa negara lainnya.

Buku Kearifan Lokal dalam Seni Reyog Ponorogo ini mengungkap secara komprehensif seluruh aspek yang ada di dalam kesenian Reyog Ponorogo, baik itu sejarah, versi, pakaian, gerak tari, strategi pelestarian, dan keberlangsungan. Buku ini berupaya menghadirkan ruang yang bermanfaat bagi penguatan kearifan lokal yang terdapat dalam tontonan seni Reyog Ponorogo yang memiliki banyak tuntunan dan perlu disajikan kepada masyarakat luas.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Alip Sugianto, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Alip Sugianto merupakan staf ­penga­jar di Universitas ­Muhammadiyah ­Ponorogo. Ayah dari 4 anak, yaitu ­Sayyidah Al Mumtaza, Zainab Al ­Kamila, Amira Al Mafaza, dan Alima Al Mazaya. Memiliki beberapa ­aktivitas, di antaranya ­mengelola Taman Baca ­Masyarakat Padepokan ­Singa­jaya, Ketua Bidang Litbang Gerakan ­Pemasya­rakatan Minat Baca (GPMB) PD Ponorogo 2020–2024, Ketua Lembaga Seni Budaya PDM Ponorogo 2022–2027. Beberapa karya yang telah di terbitkan dalam bentuk buku, antara lain Eksotika Pariwisata Ponorogo tahun 2015, Bahasa dan Budaya Etnik ­Panaragan tahun 2016, Sejarah Adipati dan Bupati Ponorogo tahun 2020, Sejarah Desa Era Adipati Batara Katong tahun 2021, dan Sejarah Adipati Sumoroto, Polorejo, dan Ardjowinangoen tahun 2022. Penulis dapat dihubungi melalui sugiantoalip@gmail.com

References

Abdullah, A. S. (2018). Bombongan ekspresive speech act ethnic Java of Panaragan in the reyog art (An ethno pragmatic study). Advance in social science, education and humanities research, 4th PRASASTI international conference. Atlantis Press.

Abdullah, W. (2010.). Kearifan lokal komunitas petani di pesisir selatan Kebumen di balik bahasa dan adat istiadatnya (Kajian etnolinguistik). Jurnal Nuansa Indonesia, XI(2), 109–200. https://library.brin.go.id/index.php?p=show_detail&id=426183

Abdullah, W. (2011). Kategori dan ekspresi bahasa Jawa komunitas nelayan di pesisir selatan Kebumen (Kajian etnolinguistik). Jurnal Penelitian Budaya Etnik, XI (2), 20-30 https://unsla.uns.ac.id/neounsla/index.php?p=show_detail&id=218908.

Abdullah, W. (2013). Kearifan lokal dalam bahasa dan budaya Jawa masyarakat nelayan di pesisir selatan Kebumen (Sebuah kajian etnolinguistik) [Tesis]. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Abdullah, W. (2014). Kearifan lokal dalam peribahasa Jawa studi kearifan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Jurnal Etnografi, IV(2), 29-39. https://unsla.uns.ac.id/neounsla/index.php?p=show_detail&id=78804

Abdullah, W. (2015). Local wisdom of the fishermen’s language and livelihood traditions in the southern coast of Kebumen, Central Java, Indonesia (An ethnolinguistic study). International Journal of Humanities and Social Science, 5(10), 50-62. https://www.atlantis-press.com/proceedings/basa-18/25906079

Abdullah, W. (2016). Javanese language and culture in the ekspresion of Kebo Bule in Surakarta: An ethnolinguistic. International Journal of Indonesian Society and Culture, 8 (2), 286-294. DOI: 10.15294/komunitas.v8i2.7195

Abdullah, W. (2017). The local wisdom summarized in the Javanese proverbs: A case study of the Javanese community in e-resident on Surakarta (An etnhollinguistic study). Journal Advance Science Letters, 4519-4523 https://doi.org/10.1166/asl.2016.8208.

Achmadi, A. (2012). Reog Ponorogo dalam tinjauan aksiologi relevansinya dengan pembangunan karakter bangsa [Disertasi]. Fakultas Filsafat Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. https://www.academia.edu/80655716/Reog_Ponorogo_Dalam_Tinjauan_Aksiologi_Relevansinya_Dengan_Pembangunan_Karakter_Bangsa

Achmadi, A. (2013). Pasang surut dominasi Islam terhadap kesenian reog Ponorogo. Jurnal Analisis, XIII(1), 4-15. DOI: http://dx.doi.org/10.24042/ajsk.v13i1.644

Achmadi, A. (2014). Aksiologi reog Ponorogo relevansinya dengan pembangunan karakter bangsa. Jurnal Teologia, 25(1), 3-27. DOI: 10.21580/teo.2014.25.1.336

Adam, L. (1938). Geschiedkundige aanteekeningen omtrent de Residentie Madioen. II. Bergheiligdommen op Lawoe en Wilis (Historical notes about the Madiun residency. II. Sacred Mountain Domains of Lawu and Wilis). Djawa, 18(6), 97-120.

Adiwimarta, S. S.. (1983). Kamus bahasa Indonesia I. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Ahearn, M. L. (2012). Living language an introduction to linguistic anthropology. Wiley-Blackwell.

Ahimsa-Putra, H. S. (1997). Ethnolinguisik: Beberapa bentuk kKajian. Balai Penelitian Bahasa Widya Purwa, 1-18.

Anderson, B. R. (1990). The idea of power in Javanese culture, Dalam language and power: Esploring political cultures in Indonesia. Cornell University Press.

Anderson, B. R. (1996). Mitologi dan toleransi orang Jawa [Ruslani, penerj.]. Penerbit Qolam.

Anggoro, A. D. (2017). Studi dramaturgi perilaku komunikasi para aktor seni dalam group reyog obyok onggolono Ponorogo. Jurnal Wacana, 16(1), 148-156. DOI: https://doi.org/10.32509/wacana.v16i1.5

Arista, A. (2015). Pemberdayaan bahasa Osing melalui pendidikan non formal di kabupaten Banyuwangi. Jurnal Tutur, 91-98. https://adoc.pub/pemberdayaan-bahasa-osing-melalui-pendidikan-nonformal-di-ka.html

Asteja, M. (2021). Sejarah DPRD kabupaten Ponorogo. Ponorogo

Bascom, W. R. (1965). Four function of foklore. Prentice-Hall.

Bitungnews. (November 2015, 2). Kesaksian WNI di Davao: Reog dan naga dalam kondisi terawat. Bitungnews.com. https://bitungnews.wordpress.com/2015/11/02/kesaksian-wni-di-davao-reog-dan-naga-dalam-kondisi-terawat/

Budi, L. (tt). Kesenian reyog Ponorogo di era demokrasi terpimpin (Sejarah politik kesenian di Ponorogo). FIB Universitas Sebelas Maret.

Burhani, A. N. (2017). Geertz’s trichotomy of Abangan, santri and priyayi controversy and continuity. Journal of Indonesia Islam, 329-350. DOI: 10.15642/JIIS.2017.11.2.329-350

Chaer, A. (2009). Pengantar semantik. Rineka Cipta.

Corbin, A. S. (2003). Dasar-dasar penelitian kualitatif: Tatalangkah dan tehnik-tehnik teoretisasi data. Pustaka Pelajar.

Danandjaya, J. (1984). Foklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng dan lain-lain. Grafiti.

Dharsono. (2012). Seni lukis wayang. ISI Surakarta.

Dundes, A. (1965). The study of fokllore. Prentice-Hall.

Duranti, A. (1997). Linguistic antropologi. Cambridge University Press.

Emelia, T. H. (2017). Kearifan lokal dalam syair bordah masyarakat Melayu Panai Labuhan Batu [Laporan penelitian]. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Fauzannafi, M. Z. (2005). Reyog Ponorogo, menari di antara dominasi dan keragaman. Kapel Press.

Fernandez, I. Y. (2008). Kategori dan ekspresi dalam bahasa Jawa sebagai cermin kearifan lokal penuturnya: Kajian etnolinguistik pada masyarakat petani dan nelayan. Kajian Linguistik dan Sastra, 20(2), 166-177. https://doi.org/10.23917/kls.v20i2.4966

Finnegan, R. (2005). The how of literature. Oral Tradition, 20(2), 164-187. DOI: https://doi.org/10.1353/ort.2006.0004

Fokkens, F. (1877). De priesterschool te Tegalsari. TBG Vol XXIV

Foley, A. W. (2001). Anthropological linguistic: An introduction . Blackweel Publisher Ltd.

Galzaba, S. (1962). Mesdjid pusat ibadat dan kebudajaan Islam. Pustaka Antara.

Geertz, C. (1964). The religion of Java. Free Press.

Gribich, C. (2007). Qualitative data analysis: An introduction. Sage Pubication.

Grunden, A. (1999). Reyog: More than art identity construction in an East Javanese regency Ponorogo. University of Illnois at Urbana-Champaign.

Guba, L. d. (1985). Naturalistic inquiry. Sage Publication.

Gunawan, F. (2014). Pendidikan karakter, hipothesis Sapir Whorf dan bahasa intelek di media sosial. Jurnal Al-Ta’dib, 1-18. DOI: http://dx.doi.org/10.31332/atdb.v7i1.240

Hadijah, C. (2013) Uapaya pengelolaan lembaga PAUD yang berkarakter [Skripsi]. Universitas Pendidikan Indonesia

Haji, H. D. (2006). Dari Majapahit menuju pondok pesantren. Surya Alam Mandiri.

Hakim, A. (2014). Kearifan lokal dalam ekonomi: Studi atas aplikasi al urf sebagai dasar adops. Akademika, 8(1), 67-77. DOI:10.30736/akademika.v8i1.119

Harahap, N. (2017). Social functions ethnic Angkola Mandailing proverbs (Umpama) of North Sumatra. Asian Journal of Social Sciences and Humanities, 13-19. http://www.ajssh.leena-luna.co.jp/AJSSHPDFs/Vol.6(3)/AJSSH2017(6.3-02).pdf

Hardjomartono, S. (1962). Rejog, warok dan gemblakan di Ponorogo: Tritunggal jang tak dapat dipisahpisahkan dalam brosur adat istiadat dan tjerita rakat. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hardjowirogo, M. (1989). Manusia Jawa. CV Haji Masagung.

Harsono, J., & Santosa, S. (2015). Mitos di sekitaran reyog Ponorogo dan tantangan pedidikan lingkungan hidup. Seminar nasional pendidikan, inovasi pembelajaran untuk pendidikan berkemajuan 155-121). FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Hartini, M. (2010). Bahasa Jawa dan hubungannya dengan perilaku orang Jawa di Surakarta (Kajian etnolinguistik) [Laporan penelitian]. Hibah Fundamental Dikti Surakarta Universitas Sebelas Maret.

Hartini, M. (2014). Kategori dan ekspresi linguistik sebagai cermin kearifan lokal etnik Jawa di kabupaten Kebumen kajian etnolinguistik komunitas petani [Disertasi]. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Hartini, M. (2017). Javanese ethnic local wisdom in farmer community foklor in south coastal area of Kebumen Central Java. Jurnal JIBS, 4(1), 72-86. https://doi.org/10.21067/jibs.v4i1.2038

Hasanah, U. (2012). Bathara Katong, reyog Ponorogo dan penyebaran Islam di Jawa. Jurnal Kebudayaan Islam, 10(2), 231-241. https://doi.org/10.24090/ibda.v10i2.60

Hutagalung, M. (1997). Djalan tak ada ujung Muchtar Lubis. Pusaka Jaya.

Iman, N., Kurnianto, R., Harsono, J., & Santoso, S. (2018). Obyog, garapan, pelajar, santri 4 varian pelestari seni reyog Ponorogo. Buku Litera.

Kamil, M. (2009). Pendidikan nonformal pengembangan melalui pusat kegiatan belajar di Indonesia. Alfabeta.

Kanzunnudin, M. (2017). Peran cerita prosa rakyat dalam pendidikan karakter siswa. Seminar Nasional Pembelajaran Bahasa dan Saastra Indonesia Berbasis Kearifan Lokal (25-34). Universitas Muria Kudus. https://www.researchgate.net/publication/320987637_PERAN_CERITA_PROSA_RAKYAT_DALAM_PENDIDIKAN_KARAKTER_SISWA

Kodiran. (1971). Kebudayaan Jawa. Penerbit Jembatan.

Komothip. (2007). Local wisdom environtmental protection and community development : The clam farmers in Tambon Bangkhusai, Phitchamburi Province Thailang. Journal of Humanity, 10(1), 20-27. DOI:10.1163/26659077-01001001

Koran Sindo. (2015, 12 November). Seniman reyog Ponorogo kecam aksi pembakaran di KJRI Filipina. Koran Sindo.

Kreidler. (1998). Introducing english semantics. Routledge.

Kridalaksana, H. (2009). Kamus umum linguistik. Gramedia.

Krisyantono. (2007). Teknik praktis riset komunikasi. Kencana.

Kumorohadi, T. (2004). Reyog obyogan; perubahan dan keberlanjutan cara penyajian dalam pertunjukan reyog Ponorogo. PPS STSI.

Kurnianto, R. (2008). Marginalisasi perempuan dalam tradisi warok Ponorogo. Jurnal Fenomena, 5(1), 24-37. https://library.brin.go.id/index.php?p=show_detail&id=216356

Kurnianto, R., & Lestarini, N. (2016). Pendidikan karakter konco reyog Ponorogo berbasis pendidikan Islam. LPPM Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Kurnianto, R. (2017). Seni reyog Ponorogo sejarah, nilai dan dinamika dari waktu ke waktu. Buku Litera.

Levisen, C. (2014). Scandinavian semantics and the tuman body: An ethnolinguistic study in diversity and change . Language sciences xxx, 1–16.

Lewis. M. (1983). “Conservation: A regional point of view”. Dalam M Bourke, M Miles dan B. Saini (eds.), Protecting the past for the future. Australian Goverment Publising Service.

Lyons, J. (1977). Semantics volume 1. Cambridge University Press.

Manaf, A. N. (2010). Semantik bahasa Indonesia. UNP Press

Margaret, K. J. (1976). Performance, music, and meaning of reyog Ponorogo. Journal Southeast Asia Program Publication at Cornell University, 22, 85-130. https://ecommons.cornell.edu/items/331fe562-e177-4606-affa-84a917990c62/full

Mubah, A. S. (2011). Strategi meningkatkan daya tahan budaya lokal dalam menghadapi arus globalisasi. Masyarakat, Budaya dan Politik, 24(4), 302-308.

Mukarromah, S., & Shinta, D. I. S. R. (2012). Mobilisasi massa partai melalui seni pertunjukan reog di Ponorogo tahun 1950-1980. Verleden, 1(1), 66. https://journal.unair.ac.id/downloadfull/VERLEDEN4259-810f9a2e3dfullabstract.pdf

Mulder, N. (1984). Kebatinan dan hidup sehari-hari orang Jawa (A. A. Nugroho, penerj.). Gramedia.

Murdikantoro, H. B. (2016). Satuan lingual pengungkap kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan. Jurnal Bahasa dan Seni, 44(1), 47-59. https://doi.org/10.15294/komunitas.v5i2.2738

Onghokham. (1975). The residency of Madiun: Prijaji and peasant in the nineteenth century. [Disertasi].Universitas Yale.

Palmer, F. (1981). Semantics. Cambridge University Press.

Patton, M. (1980). Qualitative evaluation methode. Sage Publication.

Peeters, B. (2009). Language and cultural values: The ethnolinguistic pathways model. Flinders University Languages Group Online Review, 4(1), 60-73. https://www.researchgate.net/publication/44199633_Language_and_cultural_values_The_ethnolinguistic_pathways_model

Peeters, B. (2015). Language cultural and values toward an ethnolinguistics based on abduction and salience. Etnolingwistyka, 27-47. DOI:10.17951/ET.2015.27.47

Peeters, B. (2016). Applied ethnolinguistics is cultural linguistics, but is it cultural linguistics? International Journal of Language and Cultural, 3(2), 1--38. DOI: 10.1007/978-981-10-4056-6_23

Peraturan Daerah Ponorogo Nomor 63 jucto 10 Tahun 1987 tentang Kepariwisataan.

Pierce, C. S. (1982). Logis as semiotics: The theory of sign. Indiana University Press.

Poesponegoro, P., & Susanto, S. (1984). Sejarah nasional Indonesia jilid IV.

Ponorogo, P. K. (1993). Pedoman dasar kesenian reyog Ponorogo dalam pentas budaya bangsa. Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

Pradopo, R. D. (1985). Pengkajian puisi analisis strata norma dan analisis struktural dan semiotik. Gadjah Mada University Press.

Pramono, F. (2006). Raden Bathoro Katong bapak-e wong Ponorogo. Lembaga Penelitian, Pemberdayaan Birokrasi dan Masyarakat.

Purnanto, W. A. (2015). Kearifan lokal petani dan persepsinya terhadap pekerjaan nonpetani di kabupaten Ngawi (Kajian etnolinguistik). Jurnal Ilmiah Haluan Sastra Budaya, 67, 39-53. DOI:10.20961/hsb.v33i2.4256

Purwowidjoyo. (1965). Suromenggolao warok Ponorogo jilid II. Indomedia.

Purwowidjoyo. (1985). Babad Ponorogo jilid I. Depdikbud Kantor Kabupaten Ponorogo.

Purwowidjoyo (1986). Babad Ponorogo jilid II. Depdikbud Kantor Kabupaten Ponorogo

Purwowidjoyo. (1990). Babad Ponorogo jilid VII: Ponorogo zaman Belanda. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rabimin. (1979). Shalawat jamjaneng di kabupaten Kebumen. ASKI .

Repro Dinas Pariwisata Ponorogo. (1993). [Foto topeng potrojaya dan potrohala]. Ponorogo, Jawa Timur.

Samingin, F. (2016). Eksplorasi fungsi dan nilai kearifan lokal dalam tindak tutur melarang di kalangan penutur bahasa Jawa dialek standar. Transformatika, 12(1), 28-43. DOI 10.31002/transformatika.v12i1.198

Santosa, I. B. (2013). Kitab nasihat hidup orang Jawa. Dipta.

Santosa, R. (2017). Metode penelitian kualitatif kebahasaan. UNS Press.

Santoso, J. H. (2016). Sosiologi masyarakat Ponorogo. UMP Press.

Santoso, R. (2003). Semiotika sosial pandangan terhadap bahasa. Pustaka Uereka dan JP Press.

Saragih, A. (2011). Semiotika bahasa. USU Press.

Sartini, N. W. (2009). Menggali nilai kearifan lokal budaya Jawa lewat ungkapan (Bebasan, seloka dan peribahasa). Logat, 5(1), 28-36. https://fib.unair.ac.id/fib/2022/07/12/menggali-nilai-kearifan-lokal-budaya-jawa-lewat-ungkapan-bebasan-saloka-dan-peribahasa/

Saussure, F. D. (1988). A course in generale linguistics. McGraw Hill.

Setiyadi, P. (2012). Pemahaman kembali local wisdom etnik Jawa dalam tembang macapat dan pemanfaatannya sebagai media pendidikan budi pekerti bangsa. Jurnal Magistra, 79, 71-86. https://www.europub.co.uk/articles/-A-162320

Setiyadi, P. (2013). Discourse analysis of serat Kalatidha: Javaneses cognition system and local wisdom. Journal of Social Sciences & Humanties, 2(4) , 292-300.

Sibarani, R. (2004). Antropolinguistik: Antropologi linguistik dan linguistik antropologi. Poda.

Sibarani, R. (2013). Pendekatan antropolinguistik dalam menggali kearifan lokal sebagai identitas bangsa. Prosiding The 5th International Conference on Indonesian Studies: Ethnicity and Globalization (274-290). FIB UI.

Sibarani, R. (2015). Pendekatan antropolinguistik terhadap kajian tradisi lisan. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 1-17. DOI:10.22225/jr.1.1.9.1-17

Simatupang, L. (2004). Play and display: An ethnographic study of reyog Ponorogo, in East Java Indonesia. University of Sidney.

Soemarto. (2011). Melihat Ponorogo lebih dekat. Apix Offset.

Spoza, C. (2012). Psikologi lintas budaya: Riset dan aplikasi. Gramedia Pustaka.

Spradly, J. P. (1997). Metode etnografi (M. Z. Elizabet, penerj.). Tiara Wacana.

Subroto, D. E. (2011). Pengantar studi semantik dan pragmatik. Cakrawala Media.

Subroto, E., Sumarlam, D., Sumarno, T., & Raharjo, M. D. (2003). Kajian ethnolinguistik terhadap paribasan, bebasan, saloka, pepindahan dan senepa [Laporan penelitian]. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Subroto, H. (2008). Dewan revolusi PKI menguak kegagalan mengkomu­nikasikan Indonesia. Pustaka Sinar Harapan.

Sugianto, A. (2014). Gaya bahasa dan budaya mantra warok Ponorogo: Suatu kajian etnolinguistik [Tesis]. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Sugianto, A. (2016). Kajian stilistika mantra warok etnik Jawa Panaragan. Jurnal Leksema IAIN Surakarta, 1(2), 81-88. DOI: 10.22515/ljbs.v1i2.179

Sugianto, A., & Sumarlan, S. (2018). Analisis semantik nama paguyuban reyog di sekolahan kabupaten Ponorogo. Dalam I. N. Azhar, Misnadin, Sriyono, Z. Mufidah, Masduki, I. W. Harits, E. C. S. Hartanto, & M. Halili, Seminar Nasional Bahasa dan Sastra (SENABASTRA) X 2018: Multilingualism Perspective on Language, Literature and Culture (1-11). Universitas Trunojoyo Madura. https://sasing.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/10.-PROSIDING-SENABASTRA-X-JADI.pdf

Sungkowati, Y. (2000). Makna cerpen-cerpen Jawa dalam penjabar semangat tahun 1999 (Analisis semiotika). Balai Bahasa Surabaya.

Soekanto (1990). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta Raja Grafindo

Susanto, B. (2007). Sisi senyap politik bising. Kanisius.

Sutarja, I. (2000). Berfikir untuk berbuat: Dimanakah posisi anda dalam perjalanan sejarah. Majalah Haluan Sastra Budaya, 133.

Suwandi, S. (2011). Semantik pengantar kajian makna. Media Perkasa.

Tarigan, K. S. (2015, 2 November). Komunitas reog ke kemlu minta klarifikasi pembakaran reog rusak di Davao. detikNews. https://news.detik.com/berita/d-3059506/komunitas-reog-ke-kemlu-minta-klarifikasi-pembakaran-reog-rusak-di-davao

Taufiq, A. (2013). Perilaku ritual warok Ponorogo dalam perspektif teori tindakan Max Weber. Jurnal Sosiologi Islam, 3(2), 112-122. DOI:https://doi.org/10.15642/jsi.2013.3.2.%25p

Toebari. (1996). Hari jadi kabupaten Ponorogo. Pemerintah Kabupaten Ponorogo Daerah Tingkat II.

Vesink-Slamet. (1994). Traditional leadership in rural Java. Routledge

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Umaya, A. A. (2012). Semiotika teori dan aplikasi pada karya sastra. UPGRIS Press.

Wallace, A. F. (1956). Revitalization movement. American Anthropoligist, G 8(2).

Warto, R. S. (2014). Revitalisasi kesenian kethek ogleng untuk mendukung pengembangan pariwisata di kabupaten Wonogiri. Paramita, 24(2), 48. DOI: https://doi.org/10.15294/paramita.v24i1.2863

Warto, R. S. (2009). Revitalisasi seni pertunjukan tradisional reyog Ponorogo sebagai identitas nasional melalui pengembangan pariwisata. LPPM UNS.

Widodo, S. T. (2005). Wawasan jagad sistem nama diri masyarakat Jawa. Linguistika Jawa, 1(1) .

Widodo, S. T. (2010). Nama orang Jawa kepelbagian unsur dan maknanya. Sari-Journal of the Malay World and Civilisation, 28(2), 259-277. https://www.academia.edu/990054/Nama_orang_Jawa_Kepelbagaian_unsur_dan_maknanya

Widodo, S. T. (2012). Petangan tradition in Javanese personal naming practice: An etnolinguistik study. Gema Online Journal of language Studies, 12(4), 1165-1177. DOI: http://dx.doi.org/10.17576/gema-2023-2304-01

Widodo, S. T. (2013). The linguistic characteristics of Javanese names, a case study in Surakarta Central Java. Asian Journal of Social Sciences and Humanities, 156-163.

Wijayanto, H., Kurniawan, E., & Harmanto, B. (2018). Philosophy of the reyog Ponorogo equipment. Trames-journal of The Humanities and Social Sciences, 22, 289-297.

Wilson, L. (1999). Reyog Ponorogo: Spirituality, sexuality and power in a Javanese performence tradition. Journal Intersection: Gender and Sexuality in Asia and the Pasific, 2. http://intersections.anu.edu.au/issue2/Warok.html

Woodward, M. R. (2001). Islam Jawa: Kesalehan normatif versus kebatinan. LKis.

Yayasan Reyog Ponorogo. (2017). [Foto: Wisuda warok kehormatan]. Ponorogo, Jawa Timur.

Yanuartuti, S. (2015). Revitalisasi Pertunjukan Wayang Topeng Jati Duwur Jombang Lakon Patah Kuda Narawangsa. Surakarta: Program Pascasarjana ISI.

Yuwono, A. S. (2008). Studi Pemetaan Kebudayaan Jawa Timur Studi Deskriptif Pembagian 10 Sub Kebudayaan Jawa Timur. Jember: Fisip Universitas Jembe.

Zaimar, O. K. (1991). Menelusuri Makna Ziarah Karya Iwan Simatupang. Jakarta: Intermasa.

Zukefli, N. N. (2018). Paralinguistik dalam Pemerolehan Bahasa Kanak-Kanak. International Journal of Language Education and Applied Linguistics (IJLEAL), 1-13. DOI: https://doi.org/10.15282/ijleal.v8.526

Downloads

Published

August 23, 2024

Categories

HOW TO CITE

Details about this monograph

ISBN-13 (15)

978-623-8372-90-4