Templates
Indexed by
Citedness
Etika merupakan sebuah ilmu kritis dan rasional yang mempelajari tingkah laku manusia. Etika selalu berkembang dengan membuka cakrawala dialog melalui gagasan dan pemikiran baru, seperti bertemunya etika dengan pergelaran wayang. Etika wayang menggali pandangan moral dalam simbol-simbol pergelaran wayang menjadi bangunan sistem etika wayang yang mempunyai dasar rasional. Etika wayang mengandung kebijaksanaan hidup yang dapat menjadi inspirasi dalam mengatasi persoalan-persoalan penting pada masyarakat Indonesia yang plural. Kebijaksanaan hidup dalam wayang disampaikan oleh dalang yang berperan sebagai pendidik atau guru masyarakat untuk menyampaikan tuntunan atau ajaran moral agar masyarakat hidup dengan lebih baik. Dalam perannya menjadi guru, dalang juga dapat menyampaikan kritik terhadap penindasan dan ketidakadilan yang terjadi. Pergelaran wayang menjadi penyampai ide dan gagasan kritis dalam menghadapi fenomena kehidupan sehari-hari sebagai kebijakan publik. Buku Etika Wayang: Kebijaksanaan Hidup dalam Lakon Kresna Duta Sajian Pakeliran Ki Nartosabdo ini membahas etika wayang dari pergelaran wayang kulit purwa lakon Kresna Duta yang disajikan oleh Ki Nartosabdo. Dalam buku ini, penulis menempatkan pergelaran wayang sebagai objek materi kajian etika. Pembaca juga akan dibawa pada pengetahuan tentang struktur pergelaran wayang dengan adegan-adegan lakon di dalamnya. Buku ini dapat menjadi sumber referensi, baik bagi pencinta wayang, mahasiswa, peneliti, akademisi, dalang, seniman, maupun masyarakat umum yang tertarik dengan filsafat, etika, dan kebijaksanaan hidup dalam wayang.
Ia lahir di Banyuwangi, ujung timur Pulau Jawa. Ibunya adalah seorang guru Agama Islam dan ayahnya seorang prajurit TNI AD. Sejak kecil, ia sudah gemar menonton wayang. Ia aktif di organisasi pewayangan Senawangi. Sekarang, ia bekerja sebagai Peneliti Madya di Pusat Riset Masyarakat dan Kebudayaan, Badan Riset dan Inovasi Nasional, dengan bidang kepakaran Filsafat Kebudayaan.
Ia adalah lulusan dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (S-2) dan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (S-1). Ia aktif melakukan penelitian kebudayaan serta menulis buku dan artikel di jurnal ilmiah. Tulisan-tulisannya tentang wayang banyak dimuat di jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional. Pada tahun 2010, ia mendapat beasiswa dari Korean Culture and Tourism Institute untuk melakukan penelitian tentang seni pertunjukan boneka di Korea Selatan.
Beberapa kali ia mengikuti seminar internasional dalam dan luar negeri, salah satunya pernah memaparkan kertas kerjanya berjudul “Moral Consciousness in Kresna Duta’s Characters: An Analysis through Moral Theory of Lawrence Kohlberg and the Discourse Ethics of Jürgen Habermas” yang diterbitkan oleh Taylor and Francis Group pada tahun 2018. Artikel ilmiah lainnya tentang wayang dimuat di Jurnal Antropologi Indonesia dengan judul “The View of Samin People on The Moral Dilemma of Wayang Story”. Pada tahun 2014, ia memaparkan kertas kerjanya yang berjudul “The Problem in Cia-Cia Language Preservation: Reflection on Discourse Ethics” di Goethe University of Frankfurt, Jerman.
Amir, H. (1991). Nilai-nilai etis dalam wayang. Pustaka Sinar Harapan.
Anderson, B. R. O’G. (2000). Mitologi dan toleransi orang Jawa (Ruslani, Penerj.). Penerbit Qalam. (Karya original diterbitkan 1965).
Anh, T. T. (1984). Nilai budaya timur dan barat: Konflik atau harmoni? (J. Y. Pareira, Penerj.). Gramedia. (Karya original diterbitkan 1975).
Aristoteles. (2004). Nicomachean ethics: Sebuah “kitab suci” etika (E. Kenyowati, Penerj.). Teraju.
Aristoteles. (1992). Aristotle eudemian ethics: Books I, II, and VIII (M. Woods, Translator, Writer of added commentary, Writer of introduction, Writer of preface; Second edition;). Oxford University Press.
Armstrong, K. (2008). A short history of myth. Canongate Books Ltd.
Bakker, A., & Zubair, A. C. (1990). Metodologi penelitian filsafat. Kanisius.
Bertens, K. (2007). Etika. Gramedia Pustaka Utama.
Edgar, A. (2006). Habermas: The key concepts. Routledge. https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9780203608715
Fernandez, S. O. (1990). Citra manusia budaya timur dan barat. Nusa Indah.
Geertz, C. (1992). Kebudayaan dan agama (F. B. Hardiman, Penerj.). Kanisius. (Karya original diterbitkan 1974).
Gosling, B. M. (1938). Wayang di Jawa dan Bali dahulu dan sekarang (M. Dwidjosumarto, Penerj.) Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia.
Guritno, P. (1988). Wayang, kebudayaan Indonesia dan Pancasila. Universitas Indonesia Press.
Habermas, J. (2007). Moral consciousness and communicative action (C. Lenhardt, & S. W. Nicholsen, Penerj., 1st paperback ed.). Polity Press.
Hardiman, F. B. (2009). Demokrasi deliberatif: Menimbang ‘negara hukum’ dan ‘ruang publik’ dalam teori diskursus Jurgen Habermas. Kanisius.
Holt, C. (2000). Melacak jejak perkembangan seni di Indonesia (R. M. Soedarsono, Penerj.). Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. (Karya original diterbitkan 1967).
Kant, I. (1909). Kant’s critique of practical reason and other works on the theory of ethics (T. K. Abbott, Penerj., Sixth edition). Longmans, Green and Co. (Karya original diterbitkan 1788).
Kebung, K. (2011). Filsafat berpikir orang timur (India, Cina, dan Indonesia). Prestasi Pustaka.
Ki Nartosabdo. (1958). Kresna duta [Rekaman audio pertunjukan wayang].
Magnis-Suseno, F. (1982). Kita dan wayang. Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional.
Magnis-Suseno, F. (1991). Wayang dan panggilan manusia. Gramedia Pustaka Utama.
Magnis-Suseno, F. (1996). Etika Jawa: Sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan hidup Jawa (Cetakan ke-6). Gramedia Pustaka Utama.
Magnis-Suseno, F. (1997). 13 tokoh etika: Sejak zaman Yunani sampai abad ke-19. Kanisius.
Mills, S. (2007). Diskursus: Sebuah piranti analisis dalam kajian ilmu sosial. Qalam.
Moens-Zorab, M. (1942). Wayang dan animisme. Madjalah Djawa, 4, 151–153.
Moerdowo. (1958). Reflection on Indonesia arts and culture. Publishing House Permata.
Mulyono, S. (1975). Wayang, asal usul, filsafat & masa depannya. Badan Penerbit Alda Jakarta.
Murtiyoso, B. (2004). Pertumbuhan dan perkembangan seni pertunjukan wayang. Etnika.
Narasimhan, C. V. (2015). Mahabarata berdasarkan bait-bait pilihan. Narasi bekerja sama dengan Lembu Jawa (Lembaga Budaya Jawa).
P.A.A. Mangku Nagoro VII. (1932). Mengenai wayang kulit (purwo): Secara umum dan mengenai unsur-unsur simbolis dan mistis yang ada di dalamnya (M. Dwidjosumarto, Penerj., Diterjemahkan atas prakarsa Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia). Kantor Darmoworo Solo.
Pudja, G. (2003). Bhagawad Gita (Pancama Veda). Paramita.
Rajagopalachari, C. (2012). Kitab Epos Mahabarata. IRCiSoD.
Riantiarno, N. (2016). Mahabarata Jawa. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Soetarno, Heriawati, S. H., & Sinarto, M. W. N. (2004). Laporan penelitian filsafat wayang. Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia.
Solichin. (2010). Wayang: Masterpiece seni budaya dunia. Sinergi Persadatama Foundation.
Solichin, Siswanto, J., Hadiprayitno, K., Sunjoyo, S., Rusdy, S. T., Suwasono, H., Sutrisno, S., Suyanto, Nurrochsyam, M. W., & Sulistyono, E. (2016). Filsafat wayang sistematis. Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia.
Supadjar, D. (1993). Nawangsari. Media Widya Mandala.
Suryomentaram, G. (2015). Kawruh jiwa: Wejanganipun Ki Ageng Suryomentaram. Pasinaon Kawruh Jiwa.
Tim detikJateng. (2022, 29 Juni). Ki Nartosabdo, sang pembaru yang pertama sandang gelar ‘dalang edan’. detikJateng. https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6153025/ki-nartosabdo-sang-pembaru-yang-pertama-sandang-gelar-dalang-edan
van Groenendael, V. M. C. (1987). Dalang di balik wayang. Pustaka Utama Grafiti.
van Peursen, C. A. (1988). Strategi kebudayaan. Kanisius.
Zoetmulder, P. (1940). Geen eigen wijsbebeerte [Bukan falsafat sendiri]. Majalah Djawa Java Institute Deel, XXI(6), 49–54.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.