Templates
Indexed by
Citedness
Sebaran batuan gunung api dan sedimen asal gunung api sangat luas, baik di Indonesia bagian barat maupun Indonesia bagian timur. Akan tetapi, terdapat permasalahan dalam batuan gunung api dan sedimen asal gunung api, salah satunya adalah jarang dijumpainya fosil indeks penunjuk umur dan lingkungan pengendapan. Hal ini berakibat pada simpangsiurnya tata nama dan korelasi antar satuan batuan. Dalam satu wilayah atau satu cekungan sedimen yang sama, tidak jarang dijumpai penamaan satuan batuan yang berbeda-beda. Bahkan dalam cekungan sedimen yang berbeda sering terjadi kesamaan penamaan satuan batuan atau formasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, buku ini hadir untuk memperkenalkan sebuah metode penamaan satuan batuan sehingga dapat dikenali atau diklasifikasikan sebagai satuan yang sama. Selain itu, pembahasan buku ini juga berdasarkan hasil penelitian di Cekungan Serayu—merupakan salah satu cekungan sedimen yang diperkenalkan oleh Badan Geologi, Kementerian ESDM—yang ditulis berdasarkan hasil disertasi dan hasil-hasil penelitian yang diterbitkan selama penulis menjadi peneliti di Pusat Survei Geologi sehingga kesimpulan-kesimpulan yang diambil dalam buku ini tidak diragukan lagi.
Anonim. (2009a). Peta Cekungan Sedimen Indonesia Berdasarkan Data Geologi dan Gayaberat. Pusat Survei Geologi, Badan Geologi.
Anonim. (2009b). Persamaan garis lurus. Dikutip pada 5 Juni 2009 dari
http://www.matkita.com/pg_lurus.php.
Anonim. (2011). Information about ysch. Dikutip pada 21 Mei 2011 dari http://english.turkcebilgi.com/Flysch.
Asikin, S., Handoyo, A, Pratistho, B. dan Gafoer, S. (1992). Peta Geolo- gi Lembar Banyumas, Jawa, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Bachri, S. (2011). Karakteristik fasies sedimen paleogen–neogen cekungan serayu sebagai respons atas kegiatan tektonik dan vulkanisme (Disertasi Program Pasca Sarjana). Universitas Padjadjaran, Bandung, 130 hlm.
Bachri, S., Agustiyanto, D. & Hutubessy, S. (2006). Evolusi cekungan paleo- gen–neogen daerah Banjarnegara, Jawa Tengah. Pusat Survei Geologi. Laporan penelitian, tidak terbit.
Bachri, S., Agustiyanto, D.A., Sihombing, T. & Hutubessy, S. (2007). Evolusi cekungan paleogen–neogen daerah Banjarnegara–Purbalingga dan seki- tarnya, Jawa Tengah. Pusat Survei Geologi, Bandung. Laporan pene- litian, tidak terbit.
Bachri, S., Agustiyanto, D.A. & Slameto, E. (2008). Penelitian evolusi cekun- gan paleogen-neogen daerah Banjarnegara-Purbalingga, Jawa Tengah. Laporan Akhir, Pusat Survei Geologi, Bandung, tidak terbit.
Bachri, S. & Panggabean, H. (2008). Sedimentologi endapan paleogen di pegunungan serayu utara. Dalam: Studi dinamika cekungan paleogen- neogen dan geologi sumberdaya energi di beberapa lokasi tepilih di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Laporan Kegiatan Desk Work Kelompok Program Penelitian Dinamika Cekungan tahun 2008. Pusat Survei Geologi, Bandung, tidak terbit.
Blow W.H. (1969). Late Middle Eocene to Recent planktonic foraminifera biostratigraphy. Int. Conf. Plank. Microfossil 1st,1967, Geneve, Vol. 1: 199–422.
Boogs, Jr., S. (2001). Principles of sedimentology and stratigraphy. 3rd, Prentice Hall, New Yersey, 726p.
Bronto, S., Bijaksana, S., Sanyoto, P., Ngkoimani, L., Hartono, G., & Mu- lyaningsih, S. (2004). Tinjauan vulkanisme Paleogen Jawa (Prelimi- nary Study of Jawa Paleogene Volcanism). Makalah dalam Lokakarya Stratigraf Paleogen Jawa, 28-29 September 2004, UGM, Yogyakarta.
Condon, W.H., Pardiyanto, L. & Ketner, K.B. (1975). Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, skala 1 : 100.000. Direktorat Geologi, Bandung.
Condon, W.H., Pardiyanto, L., Ketner, K.B., Amin, T.C., Gafoer, S. & Samo- dra, H. (1996). Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa, skala 1 : 100.000. Edisi ke-2, Puslitbang Geologi, Bandung.
Djuri. (1975). Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, skala 1 : 100.000. Direktorat Geologi, Bandung.
Folk, R.L. (1980). Petrology of sedimentary rocks. Hemphill Publishing Company, Austin, Texas.
Hall, R. (1996). Reconstructing Cenozoic SEAsia, In: Hall,R. & Blundell, D. (eds), 1996, Tectonic Evolution of Southeast Asia. Geological Society Special Publication No.106, pp.153–184.
Hamilton, W. (1979). Tectonics of the Indonesian Region. Geological Survey Professional Paper 1078, Washington.
Kabe, D. G. (1985). On some multivariate statistical methodology with applications to statistics, psychology, and mathematical programming. Journal of the Industrial Mathematics Society, 35, 1–18.
Katili, J. A. (1975). Volcanism and plate tectonics in the Indonesian island arcs. Tectonophysics 26: 165–188.
Katili, J.A. (1989). Evolution of the southeast asian arc complex. Geol. Indon. Vol.12, No. 1 : 113–143.
Levin, H.L. (2005). e earth through time. Dikutip pada 2 Juni 2011 dari http://higheredbcs.wiley.com/legacy/college/levin/0471697435/chap_tut/ chaps/chaper05-11.html
Leeder, M.R. (1982). Sedimentology, Process and Product. George Allen & Unwin, London, 344 h.
Martini, E. (1971). Tertiary calcareous nannoplankton from the western equatorial Paci c. In Winterer, E. L. et al, 1971, Initial Reports of the Deep Sea Drilling Project, Volume VII. Washington (U. S. Government Printing O ce), 1471
Martodjojo, S. (2003). Evolusi Cekungan Bogor. Penerbit ITB, Bandung.
Ngkoimani, Bijaksana, S., Utoyo, H. & Permanadewi, S. (2004). Data baru umur absolut batuan beku dari daerah Istimewa Yogyakarta dengan metode K-Ar. Makalah dalam Lokakarya Stratigra Paleogen Jawa, 28–29 September 2004, UGM, Yogyakarta.
Powell, D.E. (1976). e geological evolution of the continental margin of Northwest Australian Petroleum Exploration Association Journal, Vol. 16, No. 13–23.
Pulunggono, A. & Martodjojo, S. (1994). Perubahan tektonik paleogen– neogen merupakan peristiwa tektonik terpenting di Jawa. Proceedings Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa: 37–50.
Pubellier, M., Rangin, C., & Le Pichon, X. (2005). Deep o shore tectonics of southeast Asia, a synthesis of deep marine data in Southeast Asia. Memoires de la Socie?te? ge?ologique de France.
Rancher, A. C. (1998). Multivariate Statistical Inference and Applications. New York: Wiley.
Rancher, A.V. (2002). Methods of multivariate ana?lisis. John Wiley and Sons, Second Edition.
Rosalina (2005). Analisis statistik menggunakan aplikasi excel. Cetakan Pertama. CV Alfabeta: Bandung.
Smyth, H. (2005). Volcanism and basement character onshore East Java: Impacts on sediment provenance andbasin development (Ph.D. esis). Royal Holloway Univesity of London, unpublised.
Soeria-Atmadja, R., Bellon, R.C., Pringgoprawiro, H., Polve, M. & Priadi, B. (1994). Tertiary magmatic belts in Java. Jounal of South East Sci- ence., 9, No. 1–2: 13–27.
Sujanto, F.X. & Sumantri, Y.R. (1975). Preliminary study on the tertiary depositional patterns of Java. Proceedings Indonesian Petroleum As- sociation. Sixth Annual Convention.
van Bemmelen, R.W. (1937). Toelichting bij Blad 66 (Karangkobar),Geologie Kaar van Java, 1: 100.000. Dienst Mijn Bouw Ned, Indie, Jakarta.
van Bemmelen, R.W. (1949). e Geology of Indonesia: General Geology Indonesia and adjacent archipelagoes. Vol. 1A, 742. Government Print- ing O ce, Martinus Nijho , e Hague.
Willian, R.C.R. (2003). Provenance of Triassic–Cretaceous sandstone in Atlantic Peninsula: Implication for Terrane Models During Gondwana Breakup. Journal of Sedimentary Research, 73 (6): 1062–1077.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.