Templates
Indexed by
Citedness
Pada masa kolonial, kata dayak dan melayu digunakan oleh para peneliti pada masa itu untuk membedakan antara penduduk Kalimantan yang masih menganut kepercayaan leluhur dan yang telah menjadi muslim. Penduduk yang muslim dan tinggal di sekitar muara disebut orang Melayu, sedangkan yang tinggal di bagian hulu dan menganut kepercayaan leluhur disebut Dayak. Pada masa itu kata dayak sering digunakan dalam konotasi yang negatif dan rasis sehingga banyak yang merasa tidak nyaman menjadi orang Dayak.
Seiring dengan berjalannya waktu, kini istilah Dayak telah menjadi sebuah identitas etnis yang membanggakan. Orang tidak malu-malu lagi menyebut dirinya sebagai orang Dayak. Tapi, benarkah Dayak Meratus merupakan bagian dari suku Dayak Ngaju? Ada tiga hal utama yang akan disampaikan melalui buku ini, yaitu religi, peralatan tradisional, dan rekonstruksi identitas Dayak Meratus.
Buku ini mengungkap bukti-bukti arkeologis dan etnografi yang kemudian dianalisis dengan pendekatan etnoarkeologi dan sejarah. Data primer dalam buku ini diperoleh dari penelitian tahun 2011 di Kabupaten Balangan, tahun 2012 di Kotabaru, dan tahun 2013 di Paramasan Kabupaten Banjar. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode survei (observasi) dan wawancara. Sebagian besar data primer bertumpu pada data etnografi, terutama yang berkaitan dengan konsep dan peralatan religi. Sebagai sebuah peneltian arkeologi etnografi, penulis berupaya menggali informasi etnografi dari pemillik idioteknik (narasumber) semaksimal mungkin.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.