Sastra dan Ekologi
Keywords:
Sastra, Preservasi, Eksploitasi, AlamSynopsis
Kerusakan lingkungan telah menjadi masalah pada saat ini. Rusaknya alam telah mengakibatkan terjadinya banyak bencana di bumi. Manusia yang seharusnya menjadi khalifah di bumi untuk menjaga serta merawat bumi justru banyak melakukan kerusakan pada lingkungannya. Hal inilah yang menjadi inspirasi para pengarang untuk mengangkatnya dalam karya sastra.
Buku berjudul Sastra dan Ekologi yang terdiri dari sembilan bab ini mengangkat tema isu lingkungan sebagai pembicaraan dalam sastra dan budaya. Dalam buku ini, persoalan preservasi atau pelestarian lingkungan dan gugatan terhadap eksploitasi alam digali dari karya sastra, baik sastra tradisional maupun sastra modern, termasuk di dalamnya cerita lisan dan manuskrip dari masa lampau.
Buku ini sangat tepat dibaca oleh para penggiat lingkungan hidup maupun masyarakat umum. Hadirnya buku ini diharapkan dapat memberikan pilihan referensi dalam rangka mendukung gerakan merawat lingkungan hidup. Isu lingkungan hidup saat ini menjadi penting agar ancaman berbagai bencana yang melanda bumi dapat dimitigasi.
Chapters
-
PRESERVASI DAN GUGATAN EKSPLOITASI ALAM DALAM SASTRA
-
LINGKUNGAN HIDUP DALAM DESA WARNANA: SEBUAH SIMBOLISME RELIGI
-
MENJAGA LINGKUNGAN ALAM MELALUI KARYA SASTRA: CERITA RAKYAT YOGYAKARTA
-
GAMBARAN ALAM DALAM CERITA LISAN RAWA PENING, JAWA TENGAH
-
KISAH PERJUANGAN SUKU NAGA: MENYELAMATKAN EKOSISTEM DAN MENGGUGAT PEMBANGUNAN
-
TANAH TABU CERMINAN KERUSAKAN ALAM YANG KOMPLEKS: SEBUAH KAJIAN EKOKRITIK
-
TRADISI LISAN POU HARI DALAM PENDEKATAN EKOKRITIK
-
PARADOKS NARASI “MARI MABUK DI DALAM LAUT!” DALAM ‘THE JOURNEYS 3- YANG MELANGKAH DAN MENEMUKAN’: SEBUAH KAJIAN EKOKRITIK
-
INTROSPEKTIF EKOLOGIS "CA LÉLÉNG DO, DO LÉLÉNG CA"
-
KAJIAN EKOLOGI SASTRA TERHADAP SAJAK “LOBAK PUTIH” KARYA INGGIT PUTRIA MARGA
-
MERAWAT BUMI MELALUI SASTRA
Downloads
References
Amri, U. (2011). Globalisasi dan dampaknya terhadap lingkungan dan keamanan manusia di Asia Pasifik: Kasus China dan Papua Nugini. Jurnal Kajian Wilayah, 2(1), 56–71.
Garrard, G. (2004). Ecocriticism. Routledge.
Soemarwoto, O. (1997). Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Djambatan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. (2009). https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38771/uu-no-32-tahun-2009.
Wiyatmi, M. S., & Swastikasari, E. (2017). Ekofeminisme: Kritik sastra berwawasan ekologis dan feminis. Cantrik Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (t.t.). Matahari. KBBI daring. Diakses pada 10 Juli, 2023, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/matahari
Cooper, J. C. (1978). An illustrated encyclopaedia of traditional symbols. Thames & Hudson.
Edwards, P. (1996). Reincarnation: A critical examination. Prometheus Books.
Mu’jizah, Purwaningsih, & Rohim. (2019). Rintisan kebangsaan dalam manuskrip di Jawa Timur [Laporan penelitian]. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Mulyana, S. (2006). Negarakertagama dan tafsir sejarahnya. Bharata Karya Aksara.
Munandar, A. A. (2008). Ibu kota Majapahit, masa jaya dan pencapaian. Komunitas Bambu.
Noth, W. (1995). Handbooks of semiotics. Indiana University Press.
Peraldo, E. (Ed.). (2016). Literature and geography: The writing of space throughout history. Cambridge Scholar Publishing.
Perkasa, A. (2012). Orang-orang Tionghoa dan Islam di Majapahit. Ombak.
Pramudito, B. (2006). Kitab negara kertagama: Sejarah tata pemerintahan dan peradilan keraton. Gelombang Pasang.
Riana, I. K. (2009). Kakawin desa warnnana uthawi nagara krtagama: Masa keemasan Majapahit. Kompas.
Ricklefs, M. C. (2005). Sejarah Indonesia modern 1200–2004. Serambi Ilmu Semesta.
Rivai, M. (2017). Desawarnana: Saduran kakawin Nagarakertagama untuk bacaan remaja. Komunitas Bambu.
Robson, S. (1995). Desawarnana (Negarakertagama) by Mpu Prapanca (Verhandelingen van het Koninklijk Instrituut voor taal-land en Volkenkunde). KITLV Press.
Tarigan, J. (2008). Lingkungan hidup manusia ahimsa dan transformasi budaya. Respons: Jurnal Etika Sosial, 13(2).
Endraswara, S. (2016). Ekokritik sastra: Konsep, teori, dan terapan. Morfalingua.
Garrard, G. (2004). Ecocriticism. Routledge.
Hughes, J. D. (2013). Ecology and literature. Mahatma Gandhi University Kottayam.
Keraf, A. S. (2014). Filsafat lingkungan Hidup: Alam sebagai sebuah sistem kehidupan. Kanisius.
Lestari, U. F. R. (2018). Pesan kearifan lingkungan dalam buku 366 Cerita Rakyat Nusantara (Sebuah kajian ekokritik sastra). Dalam Makalah Kongres Bahasa Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Lina, & Dhilah. (2016). Dongeng, legenda, dan cerita rakyat Nusantara. Dua Media.
Muhajir. (2014). Kearifan lokal dan pelestarian alam dalam cerpen Indonesia.Dalam Wiyatmi, N. Kusmarwanti, A. Wahyudi, & D. Budiyanto, Bahasa dan sastra dalam perspektif ekologi dan multikulturalisme. UNY dan Interlude.
Marfai, M. A. (2013). Pengantar etika lingkungan dan kearifan lokal. UGM Press.
Prabowo, D. P. (Ed.). (2004). Antologi cerita rakyat Yogyakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Penerbitan dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. (1981). Cerita rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Abi/Tm. (2019, 15 September). Sedekah Rawa Pening wujud ungkapan dyukur dan pelestarian alam. UngaranNews. https://ungarannews.com/2019/09/15/sedekah-rawa-pening-wujud-ungkapan-syukur-dan-pelestarian-alam/
Endraswara, S. (2016). Sastra ekologis: Teori dan praktik pengkajian. CAPS
Herlambang, A. A. (2020, 24 Juni). Kodam IV Diponegoro dukung revitalisasi danau Rawa Pening. Ayo Semarang. https://www.ayosemarang.com/read/2020/06/24/59213/kodam-ivdiponegoro-dukung-revitalisasi-danau-rawa-pening
Jayanti, I. K. (2009). Kajian sumberdaya danau Rawa Pening untuk pengembangan wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Pandiman. (1984). Legenda Rawapening dan sekitarnya [Laporan penelitian].
Prawiroatmodjo, S. (1981). Bausastra Jawa-Indonesia. Gunung Agung.
Ratna, N. K. (2007). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Pustaka Pelajar.
Soraya. (2013, 12 Juni). Penyelamatan 15 danau dirancang. Media Indonesia.
Sudikan, S. Y. (2013). Kearifan budaya lokal. Damar Ilmu.
Sudikan, S. Y. (2016). Ekologi sastra. Pustaka Ilalang Group.
Suniarti, P. M. P. S. (Ed.). (2008). Metodologi kajian tradisi lisan. Asosiasi Tradisi Lisan.
Suwondo, K. (2007). Civil society dan demokrasi di Indonesia (Suatu perspektif kritis) [Makalah]. Universitas Kristen Satya Wacana.
Budianta, M., & Budiman, M. (2011). Kebijakan kebudayaan di masa Orde Baru: Kebijakan sastra [Laporan penelitian VII, publikasi terbatas]. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI dengan The Ford Foundation.
Esslin, M. (1979). An anatomy of drama. Hill and Wang.
Garrard, G. (2004). Ecocriticism (The new critical idiom). Routledge.
Noer, A. C. (1975). Kapai-kapai. Pustaka Jaya.
Noer, A. C. (1977). Mega-mega. Pustaka Jaya.
Noer, A. C. (2000). Orkes Madun. Pustaka Firdaus.
Rendra, W. S. (1975). Kisah perjuangan suku naga. Bank Naskah Dewan Kesenian Jakarta.
Wellek, R., & Warren, A. (1990). Teori kesusastraan (M. Budianta, Penerj.). Penerbit PT Gramedia.
Yoesoef, M. (2007). Sastra dan kekuasaan: Pembicaraan atas drama-drama karya W.S. Rendra. Wedatama Widya Sastra.
Amri, U. (2011). Globalisasi dan dampaknya terhadap lingkungan dan keamanan manusia di Asia Pasifik: Kasus China dan Papua Nugini. Jurnal Kajian Wilayah, 2(1), 56-71.
Bertens, H. (2008). Basics literary theory. Taylor & Francis.
Clark, T. (2011). The Cambridge introduction to literature and the environment. Cambridge University Press.
Dewi, S. (2018, 10 November). Pidato kebudayaan Sembahyan Bhuvana. Dewan Kesenian Jakarta.
Endraswara, S. (2016). Sastra ekologis, teori dan praktik pengkajian. CAPS.
Garrard, G. (2004). Ecocriticism. Routledge.
Keraf, A. S. (2010). Etika lingkungan hidup. Penerbit Buku Kompas.
Kerridge, R., & Sammells, N. (1998). Writing the environment: Ecocriticism and literature. Zed Books.
Mahayana, M. S. (2008). Ekstrinsikalitas sastra Indonesia. Rajawali Press.
Rasia. (2014). Representasi alam perkebunan Amerika bagian selatan dalam novel Gone with the Wind karya Margaret Mitchell. Dalam Wiyatmi, Nurhadi, Kusmarwanti, A. Wahyudi., & D. Budiyanto (Ed.), Bahasa dan sastra dalam perspektif ekologi dan multikulturalisme (267-283). UNY dan Interlude.
Teeuw, A. (2003). Sastra dan ilmu sastra. Pustaka Jaya.
Thayf, S. A. (2009). Tanah tabu. Gramedia Pustaka Utama.
WALHI. (2006). Dampak lingkungan hidup operasi pertambangan tembaga dan emas Freeport-Rio Tinto di Papua. https://newberkeley.files.wordpress.com/2017/03/dampak-lingkungan-hidup-operasi-pertambangan-tembaga-dan-emas-freeport-rio-tinto-di-papua.pdf
Wiyatmi, M. S., & Swatikasari, E. (2017). Ekofeminisme: Kritik sastra berwawasan ekologis dan feminis. Cantrik Pustaka.
Amrih, P. (2008). Ilmu kearifan Jawa. Pinus Book Publiser.
Buell, L. (1995). The environmental timagination. Harvard University Press.
Dewi, N. (2016). Ekokritik dalam sastra Indonesia: Kajian sastra yang memihak. Adabiyyat, 15(1), 19–37.
Garrard, G. (2004). Ecocriticism. Routledge.
Glotfelty, C., & Fromm, H. (Ed.). (1996). The ecocriticism reader: Landmarks in literary ecology. University of Goergia Press
Juliasih, K. (2012). Manusia dan lingkungan dalam novel Life in The Iron Mills karya Rebecca Hardings Davis. LITERA, 11(1), 83- 96.
Keraf, S. A. (2010). Etika lingkungan hidup. Penerbit Buku Kompas.
Kerridge, R., & Sammells, N. (Ed.). (1998). Writing the environment. Zed Books.
Sukmawan, S., Setiawati, E., Rizal, M. S., & Febriani, R. (2020). Dimensi ekologi folklor unan-unan Tengger. Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, 11(1), 60-66.
Sukmawan, S. (2014). Model-model kajian ekokritik. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya. https://fib.ub.ac.id/wp-content/uploads/1-MODEL-KAJIAN-KEARIFAN- LINGKUNGAN-DALAM-SASTRA.pdf
Soekanto, S. (2012). Sosiologi suatu pengantar. Raja Grafindo Persada
Uniawati. (2017. Nelayan di laut Utara: Sebuah Kajian Ekokrtik. Jurnal Kandai, (2), 246-257.
Appignanesi, R., & Garrat, C. (1997). Mengenal posmodernisme. Mizan.
Croall, S., & Rankin, W. (1996). Mengenal ekologi. Mizan.
Drucker, P. F. (1997). Realita-realita baru. PT Elex Media Komputindo.
Endraswara, S. (2016). Ekokritik sastra. Morfalingua.
Gaban, F. (2013). Mari mabuk di dalam laut. Dalam W. Ariestanty, G. Romadhona, R. W. Febriratri, The journeys 3: Yang melangkah dan menemukan. GagasMedia.
Garrad, G. (2004). Ecocriticism. Routledge.
Juliasih, K. (2012). Manusia dan lingkungan dalam novel Life In The Iron Mills karya Rebecca Hardings Davis. LITERA, 11(1), 83–97.
Keraf, A. S. (2010). Etika lingkungan hidup. Penerbit Buku Kompas.
Kholijah, K., Priyadi, A. T., & Sanulita, H. (2017). Nilai budaya dalam novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye. Jurnal Studi Pendidikan Bahasa, 1–18.
Murphy, P. (1995). Literature, nature, and other ecofeminist critiques. State University of New York Press.
Odum, E. P. (1996). Dasar-dasar ekologi. Gajah Mada University Press.
Barker, C. (2009). Cultural studies: Teori & praktik. Kreasi Wacana.
Keraf, S. A. (2010). Etika lingkungan hidup. Penerbit Buku Kompas.
Nurgiyantoro, B. (1998). Teori pengkajian fiksi. Gajah Mada University Press
Pradopo, R. D. (2005). Beberapa teori sastra, metode, kritik dan penerapannya. Pustaka Pelajar.
Pujiharto. (2010). Perubahan puitika dalam fiksi Indonesia dari modernisme ke pascamodernisme. Elmatera.
Stanton, R. (2012). Teori Fiksi. (Sugiastuti, & R.A.A. Irsyad, Penerj.). Pustaka Pelajar.
Sutam, I. (2016). Ca leleng do, do leleng ca: Satu sama dengan banyak, banyak sama dengan satu. STKIP St. Paulus.
Teeuw, A. (2013). Sastra dan ilmu sastra: Pengantar ilmu sastra. Pustaka Jaya.
Endraswara, S. (2013). Metodologi kritik sastra. Ombak.
Juliasih, K. (2012). Manusia dan lingkungan dalam novel Life in The Iron Mills karya Rebecca Hardings Davis. LITERA, 11(1), 83–97.
Kaswardi. (2011). Paradigma ekologi dalam kajian sastra. Universitas Wijaya Kusuma.
Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar keterampilan bersastra. Yrama Widya.
Marga, I. P. (2011, 3 April). Lobak Putih. Kompas.
Pranoto, N., Sastro, S., & DS, S. S. (2013). Seni menulis sastra hijau bersama perhutani. Perhutani.
Salirawati, D., Meiliana, F., Suprihatinigrum, J., & Inayati, F. (2007). Belajar kimia secara menarik. Grasindo.
Sastrowardoyo, S. (1983). Bakat alam dan intelektualisme. Balai Pustaka.
Setijowati, A. (2010). Sastra dan budaya urban dalam kajian lintas media. Airlangga University Press.
Suka, I. G. (2012). Teori etika lingkungan. Udayana University Press.
Tjahjono, T. (2010). Mendaki unung puisi ke arah kegiatan apresiasi. Banyumedia.
Wellek, R., & Warren, A. (2014). Teori kesusastraan (M. Budianta, Penerj.) Gramedia.
Dewi, S. (2018, 10 November). Pidato kebudayaan Sembahyan Bhuvana. Dewan Kesenian Jakarta.
Keraf, A. S. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Penerbit Buku Kompas.
Tucker, M. E., & Grim, J. A. (2003). Agama filsafat dan lingkungan hidup. Kanisius.
Wiana, I. K. (2007). Konsep Hindu tentang pelestarian lingkungan hidup. Dalam A. A. G. R. Dalem, I. N. Wardi, I. W. Suarna, & I. W. S. Adnyana (Ed.), Kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan hidup (29–51). Universitas Udayana.
Downloads
Published
Series
Categories
License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

























