Templates
Indexed by
Citedness
Cuaca adalah fenomena perwujudan distribusi energi matahari yang diterima daratan, lautan, dan atmosfer. Interaksi daratan, lautan, dan atmosfer dalam mendistribusikan energi tersebut tampak sebagai angin, awan, dan hujan. Posisi matahari yang secara periodik beralih utara–selatan, menyebabkan energi matahari pun dibagi secara periodik pula di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Pada saat matahari di belahan utara (sekitar Juni), tekanan udara di belahan utara lebih rendah daripada belahan selatan maka angin pun bertiup dari selatan ke utara. Sebaliknya, ketika matahari di belahan selatan (sekitar Desember), angin bertiup dari utara ke selatan. Anginlah yang memengaruhi pembentukan gugusan awan yang terkait dengan cuaca dan musim di Indonesia. Fenomena angin yang beralih periodik dengan ikutan musim hujan dan kemarau itulah yang dikenal sebagai fenomena monsun. Cuaca di Indonesia sangat dipengaruhi oleh monsun, yaitu monsun Asia-Australia. Untuk memahami dan memprakirakan cuaca di Indonesia, penelitian tentang monsun menjadi sangat penting. Itulah salah satu penelitian di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, LAPAN dalam kerangka besar pemahaman dinamika atmosfer ekuator. Prof. Dr. Eddy Hermawan telah lama meneliti karakteristik monsun Asia-Australia yang dinyatakan sebagai indeks monsun. Buku ini, “Indeks Monsun Asia-Australia dan Aplikasinya”, menguraikan hasil penelitian tentang karakteristik monsun Asia-Australia diharapkan menjadi rujukan bagi para peneliti atmosfer dan menjadi penambah wawasan bagi publik.
Eddy Hermawan adalah seorang peneliti ahli utama yang saat ini bekerja di Pusat Riset dan Teknologi Atmosfer Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) BRIN. Dikukuhkan sebagai Profesor Riset BRIN bidang Meteorologi tahun 2012. Saat ini menduduki jabatan sebagai Waka-III Majelis Profesor Riset BRIN dan juga Waka-I Majelis Asesor Peneliti BRIN. Menghasilkan berbagai Karya Tulis Ilmiah (KTI) baik berbahasa Indonesia maupun Inggris. Saat ini sedang menekuni masalah Tenggelamnya Pantura (khususnya Jakarta Sink) dan juga berbagai kajian bencana hidrometeorologi (khususnya terkait dengan masalah banjir dan longsor) akibat kenaikan curah hujan esktrim yang melanda berbagai kawasan di Benua Maritim Indonesia.
Abe, M., Kitoh, A., & Yasunari, T. (2003). An evolution of the asian sum- mer monsoon associated with mountain uplit-simulation with the MRI atmosphere-ocean coupled GCM. J. Meteor. Soc. Japan, 81, 909–933.
Aldrian, E., & Susanto, R.D. (2003). Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface tempera- ture. Int. J. Climatol, 23,1435–1452.
Azteria, V. (2009). Pemanfaatan data Equatorial Atmosphere Radar (EAR) dalam mengkaji terjadinya monsun di kawasan barat Indonesia. (Skripsi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2009). Prakiraan cuaca. http://www.meteo.bmkg.go.id/prakiraan/diakses tanggal 24 Feb- ruari 2014.
Berliana, S. (1995). The spectrum analysis of meteorological elements in Indo- nesia. (Master Thesis, Nagoya University).
Bhalme, H.N. (1991). El-Niño Southern Oscillation (ENSO)–onset, growth and decay. WMO/TD, 496, 84–87.
Boer, R. (2012). Menuju sistem pertanian yang climate smart (climate resil- ience agriculture). CCROM SEAP-IPB, 21 hlm.
Chao, W.C. & Chen, B. (2001). The origin of monsoons. J. Atmos. Sci, 58, 3497–3507.
Darwis, S., Pasaribu, Pasaribu, Nurani, B., & Hermawan, E. (2002). Forecast- ing El-Niño based on space-time models. Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional, ISBN 979-8554-65-5.
Gadgil. (2007). Monsoon varibility: Links to major oscillations over the equatorial pacific and indian oceans. Current Science, 93, 182–194.
Gernowo, R. (2010). Dinamika atmosfer pada curah hujan ekstrem dan penera- pan teknologi modifikasi cuaca statis di daerah DKI Jakarta.(Disertasi, Institut Teknologi Bandung)
Goswani, B.N., Krishnamurthy, B., & Annamalai, H. (1999). Broad-scale circulation index for interannual variability of the Indian summer mon- soon. Quart. J. Roy. Meteor. Soc.,125, 611–633.
Harijono, S.W.B. (2008). Analisis dinamika atmosfer di bagian utara ekua- tor Sumatra pada saat peristiwa El-Niño dan dipole mode positif terjadi bersamaan. Jurnal Sains Dirgantara (JSD), 5(2), 130–148.
Hasan, M.I. (2003). Pokok-pokok materi statistik 2 (Statistik iterensif ). Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Hermawan, E. (2003). Characteristics of indian ocean dipole as the pre- liminary study of monsoon variability in the western part of Indonesia region. Jurnal Sains Dirgantara (JSD), 1(1), 23-31, ISSN: 1412-808X.
Hermawan, E. & Komalaningsih, K. (2007). Karakteristik Indian ocean dipole di Samudera Hindia hubungannya dengan perilaku curah hujan di kawasan Sumatra Barat berbasis analisis mother wavelet. Jurnal Sains Dirgantara (JSD), 5(2), 109–129.
Hermawan, E. (2008). Intraseasonal variability of the South Asian monsoon observed with the Equatorial Atmosphere Radar (EAR). Proceedings of International Symposium on Equatorial Monsoon System, ISBN: 978-979- 15549-4-7, hlm. 102–112
Hermawan, E. (2009). Detection of monsoon signal over Kototabang, Bukit- tinggi, West Sumatra based on the Equatorial Atmosphere Radar (EAR) data analysis. Proceedings of International Symposium on Equatorial Mon- soon System, ISBN: 978-979-15549-6-1 hlm.78–87.
Hermawan, E. (2010a). Pengembangan model interaksi antara fenomena monsun, dipole mode dan ENSO dalam mengkaji perilaku curah hujan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, FMIPA UNY, Yogyakarta, ISBN: 978-979-99314-4- 3, hlm. F63–F86.
| Indeks Monsun Asia-Australia dan Aplikasinya
Hermawan, E. (2010). Analisis parameter monsun, ENSO dan dipole mode- dan MJO sebagai precursor iklim. Prosidng Seminar Nasional Sains Atmosfer 2010, 16 Juni 2010, ISBN: 978-9779-1458-38-2, hlm. 1–10.
Lapan: Pusfatsatklim
Hermawan, E. (2010c). Analisis interkoneksi fenomena atmosfer di atas kawasan Indonesia terkait dengan proyeksi iklim di masa mendatang. Prosiding Seminar Perubahan Iklim di Indonesia, Mitigasi dan Strategi Adaptasi dari Tinjauan Multi Displin Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, ISBN: 978-602-8683, hlm.67–84.
Hermawan, E. (2010d). Investigasi datangnya awal monsun di kawasan barat Indonesia berbasis hasil analisis data EAR. Jurnal Elektronika 2, 10, ISSN: 1411-8289, hlm. 145–150, ter-Akreditasi LIPI No: 276/AU1/ P2HPAI/05/2010.
Hermawan, E., Visa, J., Trismidianto, Azteria, V., PSurbakti, P.Br., Sunarsih, I., & Kaparang, N.E. (2010e). Intraseasonal variability of the south Asian monsoon observed with the Equatorial Atmosphere Radar (EAR). Proceedings of International Symposium on Equatorial Monsoon System, ISBN: 978-979-15549-4-7, hlm.102–112.
Hermawan, E. (2011a). Analisis perilaku curah hujan di pulau Jawa disaat fenomena El-Niño dan dipole mode terjadi secara bersamaan (Simultant). Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, FMIPA UNY, Yogyakarta, 14 Mei 2011.
Hermawan, E., Visa, J., Noersomadi, Setyawati, W., & Gusnita, D. (2011b). Pengembangan model interkoneksi berbagai fenomena global sebagai indikasi awal (precursor) datangnya kejadian iklim ekstrem (khususnya curah hujan) di kawasan sentra produksi tanaman pangan. Seminar Nasional Fisika 2011, P2F LIPI, 12–13 Juli 2011.
Hermawan, E., & Harjana, T. (2011c). Identifikasi datangnya awal musim kemarau di kawasan barat Indonesia berbasis hasil analisis data EAR. Prosiding Seminar Nasional VIIII Teknik Lingkungan ITS dan Seminar Nasional VII IATPI dengan tema “Masalah dan Teknologi Lingkungan di Negara Tropis”, diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS, Surabaya dan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia, ISSN: 2088-4818, hlm. 43–51.
Daftar Acuan | 119
Hermawan, E., Yulihastin, E., & Risyanto. (2011d). Pengembangan indeks monsun Indonesia berbasis hasil analisis data Wind Profiler Radar (WPR). Prosiding Seminar Nasional Fisika 2011, P2F LIPI, ISSN: 2088- 4176, hlm. 487–494.
Hermawan, E. (2011e). Estimasi datangnya musim kemarau/hujan di kawasan barat Indonesia berbasis hasil analisis data observasi radar dan satelit. Pro- siding Scientific Jurnal Club Tahun 2011, diselenggarakan oleh BMKG, ISBN: 978-079-1241-36-6, hlm. 1–9.
Hermawan, E. 2012(a). Penentuan datangnya musim kemarau/hujan di Provinsi Kalimantan Timur berbasis hasil analisis data satelit. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, ISBN: 978-979-99314-5-0, hlm. F-1–F-8.
Hermawan, E. (2012b). Peran data indeks monsun global terhadap peren- caaan pembangunan food and rice estate di Provinsi Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional “Kebijakan dan Strategi dalam Pembangunan Infrastruktur PengembanganWilayah Berbasis Green Technology”. Fakultas Teknik Unissula, Semarang, ISBN: 978-602-7525-08-5, hlm. 41–47.
Hermawan, E. (2012c). Pengembangan model regresi multivariate terkait dengan terjadinya musim kering panjang di sentra pangan Provinsi Kali- mantan Timur (studi kasus: Kutai Kartanegara dan Bulungan). Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro (Undip), Semarang.
Hermawan, E. (2012d). Perilaku curah hujan kabupaten Kutai Kartanegara berbasis hasil analisis data indeks monsun global terkait dengan program food and rice estate di Provinsi Kalimantan Timur. Prosiding Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2012, ISSN: 2088-4818 hlm.433–441.
Hermawan, E., & Witono, A. (2012e). Penerapan metode analisis komposit dalam menentukan terjadinya perbedaan musim kemarau/hujan di Kab. Kukar, Bulungan dan Berau Provinsi Kalimantan Timur secara simultan. Prosiding Seminar Nasional Sains Atmosfer dan Sains Antariksa 2012, ISBN: 978-979-1458-64-1, hlm. 84–91.
Hermawan, E., Witono, A., & Lestari, A.W. (2012f ). Estimasi datangnya ke- marau panjang 2013/2014 di beberapa kawasan sentra produksi tanaman pangan Provinsi Kalimantan Timur berbasis teknik ARIMA. Prosiding Seminar Nasional Sains Atmosfer dan Sains Antariksa 2012, ISBN: 978- 979-1458-64-1, hlm.92–100.
| Indeks Monsun Asia-Australia dan Aplikasinya
Hermawan, E., & Edwuard, R. (2013). Interkoneksi monsun dan El-Niño terkait dengan curah hujan ekstrem. Prosiding Seminar Nasional Sains Atmosfer 2013, ISBN: 978-979-1458-73-3, hlm.97–113.
Hidayat, Resa. (2011). 5 negara dengan garis pantai terpanjang. http://uniknya. com/2011/10/5-negara-dengan-garis-pantai-terpanjang/5-negara-dengan- garis-pantai-terpanjang/ diakses pada tanggal 5 Maret 2014, pukul 08:43 WIB.
Hung, C-W., Liu, X., & Yanai, M. (2004). Symmetry and asymmetry of the Asian and Australian summer monsoons. J. Climate, 17, 2413–2426.
IPCC. (2014). Climate Change 2014: Impacts, Adaptation, and Vulnerability. Contribution of Working Group II to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, was held from 25 to 29 March 2014 in Yokohama, Japan. Diakses pada 20.09.2015 pukul 17:34 WIB dari https://www.ipcc-wg2.gov/AR5/
JAMSTEC. (2013). Using meteorological monitoring data to clarify the causes and mechanisms of torrential rainfall in Jakarta. http://www.jamstec. go.jp/e/about/press_release/20130514/ diakses pada tanggal 6 Maret 2014, pukul 07:59 WIB.
Jourdain, N.C., Gupta, A.S., Tasehetto, A.S., Ummenhofer, C.C., Moise, A.F.,
& Ashok, K. (2013). The Indo-Australian monsoon and its relationship to ENSO and dipole mode in reanalysis data and the CMIP3/CMIP5 simulations. Clim Dyn, 41, 3073–3102.
Kajikawa, Y., Wang, B., & Yang, J. (2010). A multi-time scale Australian monsoon index. Int. J. Climatol doi: 10.1002/joc.1955.
Kajikawa, Y., & Wang, B. (2010). Monsoon monitoring page: realtime monsoon index. http://iprc.soest.hawaii.edu/users/ykaji/monsoon/realtime-monidx. html diakses pada tanggal 6 Maret 2014, pukul 10:31 WIB.
Kajikawa, Y., & Wang, B. (2014a). Monsoon monitoring page: monsoon index. http://apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon/index.html. diakses pada tanggal 5 Maret 2014, pukul 15:56 WIB.
Kajikawa, Y., & Wang, B. (2014b). Indian summer monsoon index. http:// apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon/def-smidx.gif diakses pada tang- gal 6 Maret 2014, pukul 9:33 WIB.
Kajikawa, Y., & Wang, B. (2014c). Webster and Yang monsoon index. http:// apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon/def-wyidx.gif diakses pada tang- gal 6 Maret 2014, pukul 9:35 WIB.
Daftar Acuan | 121
Kajikawa, Y., & Wang, B. (2014d). Australian monsoon index. http://apdrc. soest.hawaii.edu/projects/monsoon/def-ausmidx.gif diakses pada tanggal 6 Maret 2014, pukul 09:37 WIB.
Kajikawa, Y., & Wang, B. (2014e). Monsoon monitoring page: seasonal monsoon index. http://www.iprc.soest.hawaii.edu/users/ykaji/monsoon/seasonal- monidx.html diakses pada tanggal 6 Maret 2014, pukul 09:59 WIB.
Kajikawa, Y., & Wang, B. (2014f ). Monsoon monitoring page: realtime monsoon index. http://apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon/realtime-monidx. html diakses tanggal 6 Maret 2014, pukul 11:00 WIB.
Kaparang, N.E. (2010). Identifikasi sinyal monsun di Indonesia berbasis hasil analisis data radar dengan studi kasus Biak, Manado, Pontianak, Serpong, dan Kototabang. (Skripsi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor).
Khrisnamurti, N.T. (1971). Tropical east-west circulations during the northern summer. J. Atmos. Sci., 28, 1342–1347.
Khrisnamurti, N.T. & Bhalme, N.H. (1976). Oscillations of monsoon system.
Observational Aspects, 33, 1937–1953.
Krisnanto, R. (2012). Pengembangan model telekoneksi antara kejadian el- niño dengan dipole mode dan pengaruhnya terhadap fluktuasi curah hujan di daerah sentra produksi pangan (studi kasus: Sukamandi dan Padang Panjang). (Skripsi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor).
Lestari, A.W. (2011). Karakteristik sirkulasi udara di atas Indonesia secara analisis zonal (timur-barat) dan hubungannya dengan curah hujan D.I. Yogyakarta. (Laporan Kegiatan Magang, Program Studi Fisika, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta).
Lestari, A.W. (2012). Pengembangan model prediksi anomali curah hujan di sentra tanaman pangan Kalimantan Timur berbasis ARIMA. (Skripsi, Program Studi Fisika, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta).
Madden, R.A., & Julian, P.R. (1971). Detection of a 40–50 day oscillation in zonal wind in tropical Pacific. J. Atmos.Sci, 28, 702–708.
Madden, R.A., & Julian, P.R. (1972). Description of global-scale circulation cells in tropics with a 40–50 day per Dipole Mode. J. Atmos. Sci, 29, 1109–1123.
| Indeks Monsun Asia-Australia dan Aplikasinya
Madani, N. (2012). Pengembangan model prediksi Madden-Julian Oscillation (MJO) berbasis hasil analisis data Wind Profiler Radar (WPR). (Skripsi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor).
Matthews, A.J. (2000). Propagation mechanisms for the Madden-Julian Oscillation. Quart J. Roy. Meteor. Soc, 126, 2637–2652.
Moron, V., Robertson, A.W., & Boer, R. (2008). Spatial coherence and seasonal predictability of monsoon onset over Indonesia. J. Climate, 21, 1–11.
Mulyana. (2004). Analisis spektral untuk menelaah periodesitas tersembunyi dari data deret waktu. Bandung: Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran.
Mustofa, M.A. (2000). Identifikasi daerah monsun dan curah hujan berdasar- kan sifat angin permukaan di Indonesia bagian barat. (Tesis, Institut Teknologi Bandung).
Naylor, R.L., Battisti, D.S., Vimont, D.J., Falcon, W.P., & Burke, M.B. (2007). Assessing risks of climate variability and climate change for In- donesian rice agriculture. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of Amerika, 104(19), 7752–7757.
Neale, R., & Slingo, J. (2003). The maritime continent and its role in the global climate: A GCM Study. J. Clim, 16, 834–848.
NOAA. (2011). Monthly atmospheric and SST indices: nino34. http://www. cpc.noaa.gov/data/indices/nino34.mth.ascii.txt diakses pada tanggal 6 Maret 2014, pukul 10:29 WIB.
Pachauri, R.K. and Reisinger, A. (Eds.). (2007). Climate Change 2007: Synthesis Report (p. 104). Contribution of Working Groups I, II and III to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Geneva, Switzerland: IPCC. Diakses pada 20.09.2015 pukul 17:32 WIB dari https://www.ipcc.ch/publications_and_data/ar4/ syr/en/contents.html
Prawirowardoyo, S. (1996). Meteorologi. Bandung: ITB.
Puspawardhany, M. (2005). Pemanfaatan data BLR dan EAR dalam meng- kaji fenomena MJO dan keterkaitannya dengan curah hujan di wilayah Kototabang dan sekitarnya. (Skripsi, Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung).
Ramage, C.S. (1968). Role of tropical “maritime continent” in the atmo- spherecirculation. Mon. Wea. Rev, 96, 365–370
Daftar Acuan | 123
Ramage, C.S. (1971). Monsoon Meteorology, 1(7), 231–238. New York and London: Academic Press.
RISH Kyoto University. (2014). Boundary layer radar. http://www.rish.kyoto- u.ac.jp/radar-group/blr diakses pada tanggal 6 Maret 2014, pukul 09:57 WIB.
Sari, W.P. (2012). Perilaku curah hujan di beberapa kawasan di Indonesia pada saat fenomena monsun dan dipole mode saling berinteraksi. (Skripsi. Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor).
Senitawati, E.A. (2011). Studi curah hujan dan indeks monsun menggunakan teknik PSD dan Wavelet D.I. Yogyakarta. (Laporan Kegiatan Magang, Program Studi Fisika, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta).
Senitawati, E.A. (2012). Pengembangan model indeks monsun Indonesia (IMI) sebagai penentu awal musim hujan, kering dan transisi di kawasan barat Indonesia. (Skripsi, Program Studi Fisika, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta).
Seoul National University. (2005). Climate dynamic lab: monsoon index. http:// climate.snu.ac.kr/2005_new/res/monsoon/indedx.gif diakses pada tanggal 6 Maret 2014, pukul 09:29 WIB.
Sudiantoro, R. & Hermawan, E. (2013). Sains atmosfer, teknologi dan aplikasinya. Dalam Buku I: Penyusunan indeks monsun Indonesia (IMI) berbasis hasil analisis data Wind Profiler Radar (WPR). ISBN: 978-979- 1458-68-9, hlm.124–140.
Sunarsih, I. (2008). Analisis perilaku curah hujan di Kototabang, Pontianak, dan Biak berbasis hasil analisis EAR dan WPR. (Skripsi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor).
Supiah, R. (1992). The Australian summer monsoon: A review. Progress in Physical Geography, 16, 283–312.
Surbakti, P. Br. (2010). Pengembangan model prediksi monsun Indonesia ber- basis hasil analisis data iklim global. (Skripsi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor).
| Indeks Monsun Asia-Australia dan Aplikasinya
Suryantoro, A. (2010). Pengaruh monsun Asia Timur dan Tenggara terhadap variabilitas temporal curah hujan Denpasar, Mataram, dan Makasar. Jurnal Lingkungan Tropis, 4(1), 1–16.
Takayabu, Y.N. (1994). Large-scale cloud disturbances associated with equa- torial waves. Part I: Spectral features of the cloud disturbances. J. Meteor. Soc. Japan, 72, 433–449.
Tang, Y. (2009). Wavelet theory approach to pattern recognition 2nd. Ed. Sin- gapore: Singapore World Scientific Publishing Co. Ltd.
Tjasyono, B. (1996). The impact of El Nino on season in the Indonesian monsoon region. Proc. of the International Workshop on the Climate System of Monsoon Asia, Kyoto, Japan.
Tjasyono, B. (2004). Klimatologi umum. Bandung. ITB.
Tjasyono, B. (2008). Sains atmosfer, 243–276. Bandung: Badan Meteorologi dan Geofisika.
UCAR. (2015). Climate data analysis tools and methods. https://climatedatagu- ide.ucar.edu/climate-data-tools-and-analysis diakses tanggal 23 Januari 2015, pukul 08:39 WIB.
Wang, B., & Xu, X.(1997). Noorthern hemisphere summer monsoon sin- gularities and climatological intraseasonal oscillation. J. Climate, 10, 1071–1085.
Wang, B., & Fan, Z. (1999). Choice of south Asian summer monsoon indices. Bull. Amer. Meteor. Soc, 80, 629–638.
Wang, B., R. Wu, R., & Fu, X. (2000). Pacific-East Asia teleconnection: How does ENSO affect East Asian climate? J. Climate, 13, 1517–1536.
Wang, B., Wu, R., & Lau, K.M. (2001). Interannual variability of Asia summer monsoon: Contrast between the Indian and Western North Pacific-East Asian Monsoons. J. Climate, 14, 4073–4090.
Wang, B., & Ho, L. (2002). Rainy season of the Asian-Pacific monsoon. J. Climate, 15, 386–398.
Wang, B., & Zhang, Q. (2002). Pacific-East Asian teleconnections, part II: How the Philipine sea anticyclone established during development of El-Niño? J. Climate, 15, 3252–3265.
Wang, B., Wu R., & Li, T. (2003a). Atmosphere-warm ocean interaction and its impact on Asian-Australian monsoon variation. J. Climate, 16, 1195–1211.
Daftar Acuan | 125
Wang, B., Clemons, S.C., & Liu, P. (2003b). Constracting the Indian and East Asian monsoons: implications on geologic timescales. Marine Geol- ogy, 201, 5–21.
Wang, B., I-S Kang, & J-Y. Lee. (2004a). Ensamble simulations of Asian- Australian monsoon variability by 11 AGCMs. J. Climate, 17, 803–818.
Wang, B., Ho, L., Zhang, Y., & Lu, M.M. (2004b). Definition of South China sea monsoon onset and commencement of the East Asian sum- mer monsoon. J. Climate, 17, 699–710.
Wang, B., & Ding, Q. (2006). Changes in global monsoon precipitation over the past 56 years. Geophys. Res. Lett., 33, L06711, doi: 10.1029/ 2005GL025347.
Wang, B., & Ding, Q. (2008). The global monsoon: Major modes of annual variatinos in the tropics. J. Dynatmoce, Dinamics of Atmos. and Ocean Special Issue 2, doi: 10.1016/2007.05.002.
Wang, B., Yang, J., & Zhou, T. (2008a). Interdecadal changes in the major modes of Asian-Australian monsoon variability: Strengthening relation- ship with ENSO since the Late 1970s. J. Climate, 21, 1771–1789.
Wang, B., Bao, Q., Hoskins, B., Wu, G., & Liu, Y. (2008b). Tibetean plateau warming and precipitation change in East Asia. Geophys. Res. Lett., 35, L14702 doi: 10.1029/2008GL034330.
Wang, B., Liu, J., Kim, H.J., Webster, P.J., & Yim, S.Y. (2012). Recent change of the global monsoon precipitation (1979–2008). Clim Dyn, 39, 1123–1135.
Weather Street. (2013). Monsoon. http://www.weatherquestions.com/monsoon. gif diakses pada tanggal 6 Maret 2014, pukul 09:16 WIB.
Webster, P.J. (1987). The elementary monsoon. Dalam Monsoons, ed. Fein, J.S., & Stephens, P.L., 3–32. New York: Wiley.
Webster, P.J., & Yang, S. (1992). Monsoon and ENSO: Selectively interactive systems. Quart. J. Roy. Meteor. Soc, 118, 877–926.
Wheeler, M.C. & Mc Bride, J.L. (2005). Australian-Indonesian monsoon in variability in the atmosphere-ocean climate, 125–173. Springer Praxis Books.
Wu, P., Hara, M., Fudeyasu, H., Yamanaka, M.D., Matsumoto, J., Syamsu- din, F., Sulistyowati, R., Yusuf, R., & Djajadihardja, Y.S. (2007). The impact of trans-equatorial monsoon flow on the formation of repeated torrential rains over Java Island. SOLA, 3, 93–96.
| Indeks Monsun Asia-Australia dan Aplikasinya
Wu, R., & Wang, B. (2000). Interannual variability of summer monsoon onset over the Western North Pacific and the Underlying Processes. J. Climate, 13, 2483–2501.
Wu, R., & Wang, B. (2001). Multi-stage onset of summer monsoon over the western North Pacific. Climate Dyn, 17, 277–289.
Wu, R., & Wang, B. (2002). A contrast of the East Asian summer monsoon and ENSO relationship between 1962–1977 and 1978–1993. J. Climate, 15, 3266–3279.
Yu, R., Wang, B., & Zhou, T. (2004). Tropospheric cooling and weaking of East Asia Monsoon trend. Geophys. Res. Lett., 31, L22212, doi: 10.1029/2004GL021270.
http://www.goes-r.gov/users/comet/tropical/textbook_2nd_edition/media/ graphics/indian_seasonal_cycle.jpg
http://www.weather.gov.sg/wip/pp/rndops/web/ship/gif/wxchart.gif diakses pada tanggal 25 Maret 2015, pukul 14:44 WIB.
http://www.weather.gov.sg/wip/pp/ssops/mtsat/mtsat_latest.jpg diakses pada tanggal 25 Maret 2015, pukul 14:53 WIB.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.